Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra



Yang paling aku ingat saat belajar bahasa Indonesia di masa SMP dulu adalah pelajaran tentang gaya bahasa. Atau biasa juga disebut dengan istilah Majas. Tetapi aku akan menggunakan istilah gaya bahasa saja.

Waktu itu, aku sempat mengenyam pelajaran Bahasa Indonesia dari dua guru Bahasa. Ibu Jumini dan Bapak Hartono nama mereka. Saat itu mereka masih muda-muda, belum menikah dan belum lama lulus dari perguruan tinggi. Karena itu mereka memiliki semangat mengajar yang tinggi. Ditambah lagi mereka ditempatkan di SMP Negeri yang baru dua tahun berdiri. Waktu itu aku termasuk angkatan ke-2.


Kembali ke laptop.

Aku mencoba untuk mengulas kembali bab gaya bahasa. Karena buku Bahasa Indonesia yang kupakai saat SMP sudah tak tahu di mana rimbanya, maka aku akan merujuk dari referensi yang bertebaran di dunia maya. Dunia yang tak pernah terlintas oleh pikiranku di masa SMP bahwa kelak akan ada perpustakaan besar dalam format digital dan menjadi jalur informasi yang mengubah kehidupan manusia.

Gaya Bahasa sangat diperlukan dalam menulis sebuah karya sastra, apakah itu puisi, cerpen maupun novel. Dengan gaya bahasa maka penulis bisa mengungkapkan cerita dengan sebuah ungkapan yang imajinatif dan mampu menimbulkan efek emosional pada pembaca.

Gaya Bahasa dibagi dalam 4 kelompok besar

    1. Gaya Bahasa Perbandingan
    2. Gaya Bahasa Pertentangan
    3. Gaya Bahasa Sindiran
    4. Gaya Bahasa Penegasan

Gaya Bahasa Perbandingan

  1. Personifikasi

Adalah gaya bahasa yang cara mengungkapannya seakan menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia. Gaya bahasa ini membandingkan benda mati dan manusia. Jadi, intinya adalah pada kata ‘person’ yang berarti orang, atau meng-orang-kan benda mati. Contoh :

    • Laptopku sedang kelelahan karena digunakan semalam suntuk.
    • Pepohonan di hutan itu tampak sedih karena musim kemarau panjang.
    • Lautan biru itu seolah menatapku dalam hening.
  1. Metafora
    Adalah suatu gaya bahasa yang menggunakan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan, melalui suatu ungkapan. Jadi, satu objek dibandingkan dengan objek lain yang serupa sifatnya, tetapi bukan manusia. Contoh :

    • Mila adalah bunga desa yang selalu mengagumkan.
    • Lia selalu menjadi buah bibir karena tingkah lakunya yang urakan.
    • Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang tangan.
  1. Hiperbola :
    Adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan, dan bahkan membandingkan sesuatu dengan cara yang hampir tidak masuk akal. Contoh:

    • Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
    • Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.
    • Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.

Gaya Bahasa Pertentangan

  1. Paradoks
    Adalah gaya bahasa dengan ungkapan membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang berkebalikan. Contoh:
    • Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner.
    • Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih.
    • Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
  1. Antitesis
    Adalah gaya bahasa yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan. Contoh:
    • Sangat penting untuk menilai orang berdasarkan benar salah perbuatan mereka.
    • Suka benci itu adalah hak kita untuk mengatur perasaan kita sendiri.
    • Kita harus selalu menyapa kawan kita, lupa atau ingat mereka pada kita
  1. Kontradiksi
    Adalah gaya bahasa dengan ungkapan menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya, dan biasanya diikuti konjungsi, seperti kata kecuali atau hanya saja. Contoh:
    • Kota – kota besar ini semakin mewah, kecuali kota – kota pinggiran yang semakin tersisih.
    • Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
    • Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu terlihat buruk.

Gaya Bahasa Sindiran

  1. Ironi
    Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata bertentangan dengan fakta yang ada dengan maksud menyindir. Jadi, seperti memuji di awal, tapi menunjukkan maksud sebenarnya (yakni menyindir) di akhir kalimat. Contoh :

    • Bersih sekali tempat ini, sampai –sampai bisa jadi sarang tikus.
    • Wangi sekali bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuti.
    • Besar sekali kadomu, sampai bisa dimasukkan dalam kantong celana.
  2. Sinisme
    Gaya bahasa sinisme ini menggunakan gaya bahasa yang menyampaikan sindiran secara langsung pada hal yang disindir. Sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran juga tidak disampaikan secara kasar. Contoh :
    • Kotor sekali kamarmu sampai debu-debu bertebaran di mana -mana.
    • Apek sekali bantal ini seperti tidak pernah dicuci.
    • Kurus sekali kamu seperti orang yang sudah tidak makan setahun.
  1. Sarkasme
    Gaya bahasa ini menyampaikan sindiran secara langsung dan sifatnya kasar, sehingga cenderung seperti hujatan. Contoh :
    • Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna!
    • Dia itu sangat dungu dan tidak tahu apa-apa.
    • Anak itu sangat tolol sehingga membuatku muak.

Gaya Bahasa Penegasan

  1. Repetisi
    Gaya bahasa repetisi dilakukan dengan mengulang kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat. Contoh :

    • Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan milikmu.
    • Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi orang sukses.
    • Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
  2. Retorika
    Gaya bahasa retorika dilakukan dengan memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya, yang sesungguhnya tidak perlu dijawab.

    • Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?
    • Apa ada orang yang mau ditipu?
    • Siapa yang rela jika harus kehilangan orang yang dikasihinya?
  3. Klimaks
    Gaya bahasa ini mengurutkan sesuatu dari tingkatan yang rendah ke tinggi. Contoh:
    • Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera.
    • PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di setiap tahapannya.
    • Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.

Dalam tulisan ini aku ambil masing-masing 3 gaya bahasa untuk setiap kelompok besar serta 3 contoh untuk setiap gaya bahasa. Berharap contoh yang sedikit ini tidak melelahkan untuk membacanya. Jika ingin contoh-contoh lainnya bisa dikunjungi dari rujukan tulisan ini.

Mudah-mudahan bisa dipelajari dan dipraktekkan untuk memperindah karya fiksi teman-teman.

*

15 thoughts on “Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra

  1. Pagi-pagi buka HP, cek WP baca pos dari MasHP. Tulisannya kece.

    Sama saya juga paling senang dengan majas atau gaya bahasa.

    “Nanti singgah ya ke gubuk kecilku,” kata seseorang

    Eh, pas dilihat rumahnya Istana. Ternyata dia bicara memakai majas.

    Liked by 1 person

    1. hati2 kalau merayu cewek dg gaya bahasa kek gini, Kang: “Wajahmu indah bagaikan bulan purnama.” Kalau tahu permukaan bulan aslinya kayak apa, pasti marah tuh cewek. 😅😂

      Like

  2. Agak familiar sama pembahasan ini, wkwk. Final salah satu matkulku kemarin adalah mengupas tuntas majas yang ada di novel Orang-Orang Biasanya Andrea Hirata. 😹

    Btw, thanks Mas HP buat artikelnyaaa:))

    Liked by 1 person

  3. Jadi Ingat waktu Adikku masih kecil, dia menyebut tanteku yang masih kuliah “Ayam Kampus”. Eh tanteku marah, dikasih taulah artinya, bru adikku bilang “eeh kirain, ayam kampus yang suka bangunin orang biar rajin masuk kuliah” 🤣🤣

    Liked by 1 person

Comments are closed.