Abah

Sosok  pahlawan menurut ku adalah sosok yang berjuang, walaupun dalam berjuang adakalanya pasang surut. Itu sangat wajar. bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk orang lain. Sebenarnya diri kita pun adalah pahlawan. Dalam kehidupanku sosok pahlawanku adalah ayahku. Mungkin bukan hanya aku. Banyak perempuan-perempuan diluar sana, yang sosok pahlawan adalah ayahnya sendiri. karena ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.

Seorang pria  berusia 55 tahun yang kupanggil dengan sebutan abah. Dia adalah ayahku. Yang mempunyai sejuta cerita untukku. Tak pernah sekali pun aku melihatnya tidur di kamar. Tidurnya hanya beralaskan karpet dan bantal seadanya. Pernah sekali, aku bertanya tentang keengganannya tidur di kamar. Abahku menjawab. Kalau kebiasaan tidur di ruang tamu adalah kebiasaan  turun temurun dari kakek ke-empatku. Mbah abu bakar. Tidak pernah tidur di kamar. Ternyata abah tafa’ulan sekaligus melestarikannya. Rumahku sedikit berbeda, Ruang tamu hanya berisikan karpet luas. Bukan sofa empuk yang seperti lazimnya rumah.

Abah adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Tapi perawakannya  tidak seperti anak bungsu. Abah terlihat lebih tua dari kakak-kakaknya. Kata orang, karena abah terlalu banyak berfikir. Abah bukanlah sosok yang memanjakan putra-putrinya. Abah sosok pendiam, kaku, dan hanya berkutat dengan kitab-kitabnya. Mungkin karena waktu abah lebih sering dihabiskan untuk menelaah kitab.

 Terkadang aku putrinya merindukan sosok seorang ayah.  Aku dan adik-adikku akan mundur pelan-pelan jika ada abah. Kehadirannya, selalu membawa ketakutan bagiku. Interaksiku sebatas dengan ummi. Namun, ada satu waktu sosok  abah yang berbeda kala bercerita.

 jangan bertanya  cerita tentang 25 nabi padaku. Aku hafal diluar kepala. Karena abah selalu menceritakannya berulang-ulang. Sempat sekali waktu itu aku enggan mendengarkan abah bercerita. Aku protes, abah sempat bercerita bahwa rasul  ada 313 dan nabi jumlahnya lebih banyak dari rasul sekitar 2000-an lebih. Abahku tertawa. dan setelah itu, baru aku mendengar cerita rasul selain 25 yang wajib diketahui.

 Sesekali bukan nabi, sahabat-sahabat nabi. Jika ada haul simbahku. Abah akan bercerita tentang simbah-simbahku. Aku yang waktu itu harus menghafal kakekku hingga kakek ke-7. Entah untuk apa, tapi aku tetap menghafalnya. Oh iya, bukannya aku tidak menghafal dari jalur ibuku. Akan tetapi kakek jalur abah dan ibu bertemu di kakek ke- 4 ku.

Bagiku, abah yang selalu kurindukan ketika dia sedang bercerita. Abah sangat tegas, apalagi urusan sholat. Aku ingat sekali waktu aku kelas 4 SD. Waktu itu sholat maghrib, dan mati lampu  sejak sore. Aku enggan beranjak menunaikan sholat.  Hingga waktu sholat maghrib hampir habis. Abah tau, aku belum sholat. Abah marah, aku cepat-cepat ke kamar mandi. Alasanku waktu itu, karena takut. Aku berwudhu sambil menangis. Sampai sholat pun aku masih sesenggukan. Abah menemaniku hingga sholatku selesai.

Abah hanyalah seorang guru. dan sekarang merangkap pula sebagai petani. karena, masa pandemi ini belum juga berakhir. minggu lalu, abah terlihat sakit. tapi abah tak mengeluh. bahkan masih berangkat ke kebun. pulang dari kebun pergi berangkat mengajar pengajian. aku menegur abah, takut abah sakit. jawabannya membuatku mundur. “kalau murid abah yang absen, itu tidak berpengaruh lain halnya kalau abah yang absen. ada berapa murid abah nanti yang bodoh?”. ujar abah tegas.

Semakin beranjak dewasa, aku mengerti sifat kekakuan abah ku. Turunan dari mbah kung dan mbah putri. Bahkan mbah putri itu sosok perempuan yang  keras. Abah ku juga garis keras dalam anak perempuannya di larang keluar malam. Dan itu berlanjut hingga aku kuliah. Ketika liburan aku biasa bertemu dengan teman-teman SMA-ku. Dan habis ashar pasti ada notifikasi dari ummi. Aku disuruh cepat pulang. Teman-temanku hafal, kalau aku sudah disuruh pulang. Salah satu temanku ada yang menyahut. “aku iri sama kamu, aku pulang jam berapa pun nggk pernah di tanya” pernyataan itu menohokku harusnya aku bersyukur. Aku sering kali mengeluh karena jam 4 sore, selalu ada notifikasi dari abah kalau aku sedang tidak berada dirumah.

Sekali waktu abah pernah berujar padaku. “mendidik anak perempuan itu seperti berjalan di atas duri”. Sekarang, aku paham betapa susah mendidik seorang anak perempuan. Pantas saja ada hadits yang mengatakan, mendidik 2 atau 3 anak perempuan jika hasilnya baik, Jaminannya adalah surga. Kata ummi hati anak perempuan cenderung lebih terkait dengan ayahnya. “maka, dengarkan ucapan abah, karena nanti ketika kamu sudah menikah bukan abah dan ummi yang kamu dengarkan melainkan suamimu, karena hidup ini berkisar tentang timbal balik nak, kalau kamu berbuat baik, maka akan di balas baik pula, entah itu balasannya ke kamu sendiri, atau anak cucu mu atau ke abah dan ummi, dan kalau kamu sekarang mendengarkan ucapan abah, kelak kamu akan mempunyai anak laki-laki yang selalu mendengarkanmu seperti sahabat…..” aku langsung menyahut “ sahabat uwais alqarni”.

Abah, terimakasih tak terhingga telah menjagaku dengan baik. Dari putrimu yang terkadang tak tau cara berterima kasih. Abah adalah sosok pahlawanku.

Advertisement

2 thoughts on “Abah

  1. hai zumi, akhirnya menulis lagi ya

    Koreksi :
    – menurut ku (menurutku) // pelajari juga tentang preposisi
    – banyak pengulangan kata ‘ku’ // gunakan kalimat efektif // pelajari hal ini

    Liked by 1 person

Comments are closed.