Janji kepada Mamak

Foto : dokumen pribadi

“Mamak akan mengizinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati Mamak. Pergilah anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada di dalam dirimu. Pulang…”

Itu adalah kata-kata yang dikutip dari Mamaknya Agam/Bujang/Si Babi Hutan. Tokoh utama dalam novel Pulang karya Tere liye. Novel itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama Pulang, dan untuk bagian kedua berjudul Pergi.

Dari novel Pulang ini, saya memilih episode kedua yang berjudul Janji Kepada Mamak. Sebenarnya, ini bukan bagian episode favorit saya, karena episode lainnya pun, banyak yang saya sukai.

Namun, ketika membaca ulang episode kedua untuk tugas Ketik9 ini, saya sukses dibuat menangis oleh isinya. Karena episode ini menceritakan tentang momen orang tua melepas anak tunggal dari asuhan mereka, yang akan ikut ke kota untuk mencari masa depan.

Ketika itu, Syahdan, ayah Agam, berdebat dengan istrinya, yaitu Midah yang merupakan ibu dari Agam. Mereka berdebat tentang pelepasan kepergian sang putera. Midah sangat tidak menginginkan Agam pergi, sementara Syahdan sangat menginginkannya, demi masa depan Agam. Dan Agam sendiri pun, memang ingin pergi ke kota, bersama para anggota Shadow Economy di keluarga Tong, yang merupakan tempat Syahdan menggapai masa depannya dulu.

Meskipun berat hati, akhirnya Midah melepas Agam dengan segenap doa dan harapan, juga air mata yang bercucuran. Dia tidak melambaikan tangan ketika puteranya pergi, melainkan bersimpuh di atas sajadah kumalnya, mengadukan segala resah, sedih dan lara hati kepada-Nya, tentang kepergian sang putera.

Kata “Pulang” dalam buku ini, saya tafsirkan begini, : mungkin maksudnya adalah pulang pada diri sendiri yang sejati. Diri yang sebenarnya. Sungguh episode kedua ini sangat menyentuh hati, tentang betapa kasih sayang orang tua kepada anaknya. Ibu yang selalu mendoakan dengan penuh kelembutan, tak segan menunjukkan cinta secara langsung. Lalu tentang ayah yang meskipun terlihat dingin dan keras, namun tetap ingin anaknya hidup lebih baik di masa depan, dibandingkan dirinya sendiri.

Itulah pelajaran yang saya kutip dari episode ke dua novel Pulang.

Novel ini adalah salah satu novel favorit saya dari karya novelis Tere Liye, selain Negeri Para Bedebah dan Pergi.

Untuk genre sendiri, novel ini didominasi oleh aksi dan drama, serta sedikit komedi karena ada tokoh yang berkarakter jenaka di dalamnya.

Isi novel Pulang mengisahkan tentang Shadow Economy dan orang-orang yang menjalankannya. Saya mengartikannya sebagai kegiatan transaksi bisnis yang tidak terlihat, dan lebih mengarah ke negatif. Shadow Economy bergerak secara tersembunyi di balik kegiatan bisnis yang terlihat normal. Entahlah, terlalu rumit untuk menjelaskannya.

Pulang, Pergi, Negeri Para Bedebah, merupakan daya tarik bagi saya untuk menggemari penulis Tere Liye.

Bagi saya, beliau bukan hanya sekadar berkarya, melainkan juga menuangkan isi pikiran dan hatinya. Itu bisa terlihat dari semua karyanya baik di dalam novel, kutipan kata-kata, maupun tulisan di Fanpage Facebook.

Gaya bahasa yang formal dalam setiap tulisan, menjadi ciri khasnya. Namun cukup mudah dimengerti. Tetapi, terkadang saya kurang suka dengan tulisan baku yang dipakainya di adegan jenaka. Karena seperti mengurangi rasa humor di adegan tersebut.

Dan selebihnya, saya suka. Gaya bahasa dalam karya beliau sangat keren. Apalagi, semua tulisannya memang mengandung makna dan pesan mendalam yang positif.