Mengutip dari buku Bahan Ajar Fonologi Bahasa Indonesia oleh Akhyaruddin, dkk., diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapan.
Dalam penulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal dan tidak dapat dipisahkan. Misalnya, bunyi “aw” pada kata harimau. Grafem pada suku kata -mau, tidak dapat dipecah menjadi ma-u.
Penggunaan diftong juga berbeda dari setiap deretan vokal. Tiap vokal pada barisan mendapat embusan napas yang sama atau hampir sama. Vokal tersebut juga termasuk ke dalam dua suku kata yang berbeda.
Contohnya, bunyi deretan au dan ai pada kata daun dan main, dua kata itu bukanlah diftong. Sebab, baik a maupun u atau i mendapat tekanan yang hampir sama dan membentuk suku kata tersendiri. Selain itu, kata daun dan main terdiri atas dua suku kata, yakni da-un dan ma-in.
Sering kali kita keliru dengan perbedaan diftong dan deret vokal biasa karena keduanya memiliki kemiripan. Di dalam buku Bahan Ajar Fonologi Bahasa Indonesia oleh Akhyaruddin, dkk., dijelaskan perbedaan di antara keduanya.
Menurut buku yang sama, diftong adalah dua vokal yang bersatu sebagai satu bunyi bahasa. Kedua vokal tersebut hanya memiliki satu puncak kenyaringan dan dilafalkan dengan satu embusan napas.
Sedangkan deret vokal adalah urutan dua vokal yang berbeda dan terdapat pada dua suku sata yang berbeda pula. Misalnya, deretan huruf vokal ai pada sungai. Barisan itu melambangkan bunyi diftong “ay” yang merupakan inti suku kata ngai.
Pada umumnya, huruf vokal dapat menjadi unsur pertama maupun unsur kedua deretan vokal. Meskipun demikian, tidak semua huruf vokal dapat berderet dengan huruf vokal lainnya.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berikut contoh huruf diftong.
1. Huruf diftong di awal kata
Contoh pemakaian huruf diftong dalam awal kata, ialah aileron, autodidak, eigendom. Sedangkan, penggunaan huruf diftong pada posisi tengah kata, yaitu balairung, taufik, geiser, dan boikot.
2. Huruf diftong di akhir kata
Pemakaian huruf diftong pada akhir kata adalah pandai, harimau, survei, dan amboi. Selain itu, contoh huruf diftong ai, au, ei, dan oi yang tidak dipenggal, yaitu pan-dai, au-la, sau-dara, sur-vei, dan am-boi.
Dalam kata bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari Bahasa Arab, contoh huruf diftong au akan dibaca menjadi aw. Hal itu juga termasuk yang diikuti dengan konsonan, misalnya, aurat menjadi awrat, haul – hawl, maulid – mawlid, dan walau menjadi walaw.
###
SUMBER : IG Ivan Lanin dan Kumparan
Yuk belajar tentang sastra lainnya di sini.