Tantangan kali ini adalah menuliskan sebuah ulasan novel karya Andrea Hirata berjudul Ayah. Saya sudah membaca tuntas novel ini sudah lama, sekitar tahun 2018. Tetapi saya agak lupa detail cerita dari novel ini dan hanya bisa mengingat sedikit-sedikit. Walaupun sudah baca dua tahun yang lalu, bukan berarti saya ingat keseluruhan ceritanya. Ketika mengerjakan ketik 9 inilah saya mencoba membuka kembali novel dari penulis best seller dari Belitung ini agar bisa mengingat sedikit demi sedikit kisah Sabari, Indonesia Lonely Man.
Buku ini merupakan karya Andrea Hirata yang ketiga saya baca setelah Laskar Pelangi dan Orang-Orang Biasa. Novel Ayah merupakan karya favorit saya sejauh ini dari ketiga karya Andrea Hirata yang sudah saya baca. Tidak tahu nanti setelah menikmati karya lain Andrea Hirata selanjutnya. Awalnya saya lebih banyak bingung dengan alur cerita novel ini, alhasil saya menjadi pembaca rempong yang sering membolak-balikkan halaman agar mengerti dengan ceritanya. Meskipun agak ribet membacanya, saya tidak berhenti sebab rasa penasaran yang tinggi dengan nasib tokohnya di akhir Sehingga saya sering mengulangi bab tiap bab demi mengetahui jalan ceritanya.
Kembali kepada tantangan ketik 9 ini, menurut saya tantangan ini berbeda dengan jenis tulisan review yang biasanya membahas keseluruhan buku. Pada tantangan yang satu ini saya diminta mengulas hanya satu bab saja, terserah bab yang mana saja. Maka dari itu, saya memilih bab ke-5 yaitu Volare.
Kebanyakan tiap bab dalam buku ini dijelaskan singkat dan sederhana. Tidak seperti beberapa buku yang biasa saya temui, ada yang hampir 10 lembar dalam satu bab. Terkadang bab dengan jumlah lembar yang banyak bisa saya selesaikan dua hari. Berbeda dengan novel yang satu ini, hampir setiap bab hanya beberapa lembar saja. Salah satu contohnya pada bab kelima berjudul Volare. Hanya perkara rusaknya radio pun dibahas detail bahkan dibuat khusus dalam satu bab. Mulai dari radio rusak akibat sambaran petir, kemudian Amirza membawanya ke kios reparasi elektronik, sampai dengan percobaan ilmiah yang Amirza coba pecahkan agar radio bisa berfungsi kembali. Hal yang sederhana, tetapi sangat asik dan menghibur untuk dibaca. Saya sangat suka gaya bahasa Pak Cik Andrea dalam bercerita tentang hal-hal sederhana dalam tulisannya. Bab ini berhasil membuat saya tertawa dengan kelakuan Amirza bersama dengan keluarganya yang serius bereksperimen dengan radio rusak. Cerita ini mengingatkan saya dengan radio portable Panasonic yang sering digunakan bapak saya untuk mendengarkan berita, apalagi ketika Ramadhan menjelang buka puasa. Saya pun sesekali ikut mendengarkan siaran radio yang menyuguhkan musik-musik yang enak masuk ditelinga saya waktu itu. Radio itu sudah tak ada lagi, entah di mana keberadaannya setelah tak bisa dipakai lagi (eh malah nostalgia).
“Tiba-tiba dia tersenyum. Sesuatu memantik dalam kepalanya.” Membaca ini membuat saya berkata dalam hati, “Aha!” dan membayangkan tingkah Amirza akankah seperti pada adegan film yang ketika seorang pemeran mendapatkan ide akan berkata “Aha!” sambil menjentikkan jari ke atas. Hahaha.
Ketika Amirza berusaha keras melakukan percobaannya, Amiru dan Ayahnya sendiri seperti kurang percaya diri dengan ide yang didapatkan Amirza, menurut mereka cara ini akan gagal dan radio tidak akan berfungsi lagi.
“Amiru menyaksikan tingkah laku ayahnya sambil berusaha keras menahan tawa.”
“Amiru terpingkal-pingkal di dalam hati”
Amirza berjuang dan berharap radionya bisa kembali berfungsi, awalnya ya gagal tetapi lama kelamaan radio tersebut tiba-tiba mengeluarkan suara musik Latin yang berdendang nyanyian Gipsi Kings “Volare o.. oo…” Saya bisa bayangkan bagaimana senangnya Amirza mendapati usahanya berhasil dan hasilnya radio tersebut mengeluarkan suara jernih bak radio baru.
Pada bab dengan cerita sederhana ini saya mendapatkan sebuah pelajaran bahwa mencoba sesuatu tidak perlu takut gagal, coba saja dulu, soal gagal atau berhasilnya itu persoalan terakhir. Terkadang jika kita ingin mengerjakan sesuatu, ada saja seseorang yang meremehkan dan tidak percaya akan berhasil. Meskipun begitu kita tidak boleh goyah akan perkataan orang lain, yang penting terus maju dan lakukan sesuai caramu.
Sejauh ini saya sangat suka dengan gaya penulisan Andrea Hirata dalam bercerita dalam novel Ayah ini. Alur ceritanya yang unik, walaupun saya bacanya bolak-balik tapi saya bisa terhibur dengan gaya bahasa Pak Cik Andrea Hirata. Kepiawaiannya membuat saya kagum, gaya bahasa yang formal khas Belitung selalu melekat dalam penulisannya. Terdapat ungkapan-ungkapan Melayu yang baru saya tahu ketika membaca karya-karyanya. Bahasa-bahasa yang dirangkai terasa indah dan menyegarkan ketika saya membacanya. Memang the best lah Pak Cik ini. Tidak salah lagi jika karyanya bisa best seller dan sampai ke kancah internasional.
Singkat saja ulasan saya mengenai bab Volare dalam novel Ayah karya Andrea Hirata ini. Melalui tantangan ini saya bisa belajar lagi dalam membuat tulisan ulasan buku dan berani mengemukakan pendapat tentang buku tersebut. Dengan mengerjakan tulisan ini saya bisa menikmatinya dan kembali bernostalgia dengan kisah kehidupan Sabari. Meskipun menulis dengan terburu-buru karena hari ini adalah deadline hari terakhir saya mengerjakan ketik ini, saya juga takut dikeluarkan hehe. Soalnya saya masih ingin tinggal dan belajar menulis di komunitas ini. 🙂
Aku ingat bab ini, dan cukup terhibur membacanya. Membayangkannya seperti film komedi zaman dahulu semacam yg diperankan Benyamin S yang natural. Ada kalanya aku membayangkannya seperti film P Ramli juga, mungkin karena ada unsur Melayu itu.
LikeLike
Iya bu, cerita sederhana yang mengasyikkan untuk dibaca.
Wah saya jadi penasaran dengan film komedi zaman dulu, soalnya belum pernah nonton sampai saat ini.
LikeLiked by 1 person
Perkara radio rusak saja bisa epik sekali diurai oleh Pak Cik ya, Nurul. Saya juga perlu belajar lebih banyak lagi supaya bisa selihai beliau dalam mendeskripsikan sesuatu.
Koreksi:
1. selanjutnya. Awalnya (elanjutnya. Awalnya // hapus dua spasi sebelum kata ‘Awalnya’)
2. di akhir Sehingga (di akhir. Sehingga // berikan tanda titik setelah kata ‘akhir’)
3. ditelinga (di telinga)
LikeLiked by 1 person
Iya betul Kak. Pak Cik emang the best🥰
LikeLike