Menurut sebuah studi dari Central Connecticut State University, Amerika Serikat, budaya literasi Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara. Maka tidak heran, jika ada yang menyebut kondisi Indonesia memang sedang darurat literasi.
Saya setuju dengan pendapat kalau yang menjadi penyebabnya adalah minat baca yang rendah. Hal itu juga semakin diperparah oleh kecerobohan kita ketika berargumentasi, bernarasi atau juga saat hanya sekedar berkomentar ‘receh’ di media sosial.
Logical fallacy, cacat logika, sesat logika atau juga sesat pikir adalah kesalahan dalam aktivitas berpikir karena penyalahgunaan bahasa dan relevansinya. Hal ini berpotensi menyesatkan pembaca yang sesuai dengan sifat kecacatan logika itu sendiri, apalagi bagi yang tidak terbiasa berpikir secara kritis atau skeptis.
Tentunya hal ini akan semakin menambah friksi yang sebenarnya tidak diperlukan dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini.
Sepengetahuan saya ada puluhan jenis logical fallacy, tapi berikut ini adalah beberapa yang sering saya lihat terjadi pada masyarakat kita sehari-hari.
- Bandwagon
Cacat logika yang membenarkan sesuatu karena melihat orang banyak melakukannya juga.
Contoh :
“Gak apa-apa kok, keluar tanpa memakai masker. Banyak juga tuh orang di luar sana yang tidak pakai masker saat beraktivitas.”
- Ad Hominem
Cacat logika karena menyerang hal pribadi lawan bicara yang tidak ada kaitannya dengan topik yang sedang dibahas.
Contoh :
“Duh, anak kemarin sore kayak kamu mendingan urusin tugas sekolah saja deh. Gak usah suruh-suruh orang dewasa pakai masker segala. Tau apa coba kamu tentang Covid-19?”
- Anekdotal
Cacat logika karena mempercayai pengalaman pribadi atau perspektif yang sempit, alih-alih menggunakan validitas data.
Contoh :
“Covid-19 ini hoax. Sudah satu bulan terakhir saya tidak pakai masker, buktinya masih sehat-sehat saja tuh.”
- Appeal to Hypocrisy
Menghindari sebuah kritikan dengan mengkritik balik lawan bicaranya.
Contoh :
“Tidak perlulah mengkritik pemerintah. Mereka sudah pasti pintar-pintar. Memangnya kamu lebih pintar dari mereka?”
- Ambiguity
Mencari-cari celah pada kata atau kalimat yang bersifat ambigu atau bisa diartikan lain.
Contoh:
“Dalam masa pandemi ini tidak dianjurkan untuk mengadakan acara yang mengundang keramaian. Jadi bagaimana kalau reuninya kita pindah dari cafe ke rumahku saja? Rumahku kan lumayan luas tuh, cukuplah untuk 100 orang.”
- Strawman
Cacat logika karena menanggapi argumen orang lain dengan representasi yang berbeda.
Contoh:
“Jon, ngapain sih lo pakai masker? Takut bener sama pemerintah.”
*padahal alasan Joni memakai masker agar tidak tertular virus.
- False Cause
Menyimpulkan sebab suatu peristiwa dari hal-hal yang terjadi secara bersamaan atau berurutan.
Contoh:
“Gara-gara Jack Ma tahun kemarin ke Indonesia, jadi Covid 19 masuk ke sini.”
- Burden of Proof
Di mana yang pertama mengemukakan sebuah klaim tidak mau membuktikannya sendiri, malah meminta orang lain/ lawan bicara untuk membuktikan jika klaim itu salah.
Contoh:
“Rebusan biji salak itu bisa menyembuhkan Covid-19. Ini hal yang benar, sebelum ada yang bisa membuktikan kalau rebusan biji salak tidak bisa jadi obat Covid-19!”
- Circural Reasoning
Sebuah proses penalaran yang menunjukkan kesimpulan dengan menggunakan premis yang mengasumsikan kebenaran dari kesimpulan itu.
Contoh:
“Covid-19 ini pasti konspirasi, karena banyak yang menyebut kalau ini konspirasi.”
- Association Fallacy
Menerapkan kesimpulan bagi suatu kelompok berdasarkan keadaan seseorang yang termasuk dalam kelompok tersebut.
Contoh:
“Pasien 01 itu berprofesi sebagai penari. Maka dari itu, mulai sekarang harus jauh-jauh dari penari.”
- Ad Hominem Circumstantial
Sedikit berbeda dengan Ad hominem. Tipe yang ini menyerang pribadi lawan bicara dari keyakinan atau latar belakangnya.
Contoh:
“Pantas saja kamu nurut sama protokol kesehatan dari pemerintah, wong Presidennya satu suku dengan kamu.”
- Ad Baculum
Mengajukan argumen berupa ancaman dan intimidasi kepada lawan bicara.
Contoh:
“Kalau kamu tidak setuju bahwa Covid-19 ini konspirasi, sama saja kamu lebih mendukung elite global daripada rakyat kecil.”
- Poisoning the Well
Menganggap tercela lawan dengan berbagai tuduhan lain yang tidak sesuai topik.
Contoh:
“Badannya saja penuh tato. Kelakuannya urakan. Sudah tidak perlu dibela, bukankah pandangannya juga berbeda dengan kita?”
*padahal konteks yang sedang dibahas adalah kebebasan dalam mengeluarkan pendapat.
- Appeal to Authority
Mempercayai apapun perkataan dari suatu otoritas atau sumber sebagai kebenaran yang mutlak, tanpa menyelidikinya lebih lanjut.
Contoh:
“Saya dapat info itu dari grup WA keluarga loh. Itu alasan kenapa saya berani meneruskannya ke grup WA yang lain.”
- Two Wrongs Make a Right
Asumsi bahwa jika terjadi tindakan salah, maka tindakan salah yang lain akan menyeimbangkannya.
Contoh:
“Jadi gini Pak, saya sebenarnya tidak mau posting konten hoax. Tapi karena yang sono sudah posting, jadi saya harus posting juga. Supaya impas!”
- False Analogy
Penganalogian yang keliru atau juga menarik sebuah kesimpulan yang dipaksakan oleh logika pribadi.
Contoh:
“Rokok itu kan bisa membunuh, jadi sering-sering saja merokok biar virusnya mampus kalau masuk ke dalam tubuh kita.”
- Perfect Solution
Cacat logika karena mengira solusi sempurna itu ada, dan sebuah solusi ditolak karena masalah akan tetap ada.
Contoh:
“Percumalah ikutin protokol kesehatan, buktinya yang terjangkit juga malah makin banyak.”
- Cherry Picking
Membangun argumen hanya berdasarkan data yang menyokong klaimnya saja.
Contoh:
“Jangan mau diisolasi, ke pengobatan tradisional saja. Kemarin, tetangga sebelah yang sakit parah juga sembuh.”
.
Penutup :
Semoga dengan mengetahui berbagai logical fallacy ini, kita jadi lebih berhati-hati dalam membangun sebuah argumentasi. Baik itu ketika berdiskusi, berkomentar atau juga saat merumuskan sebuah artikel yang sifatnya informatif.
C’est Tout!
Referensi bacaan:
Sering menemukan kesalahan-kesalahan logika ini di komentar-komentar media sosial. π Omong-omong, tulisannya bagus! Mudah dipahami.
LikeLiked by 2 people
Terima kasih apresiasinya π
LikeLike
Banyak dijumpai nih kalau baca komen di twitwar π€£ ahh ada istilahnya sendiri-sendiri ya.
Terima kasih sudah berbagi ilmu.
LikeLiked by 1 person
Sama-sama Kak Momo
LikeLike
Ini istilah latin-Inggris yang sudah dicari-cari lengkapnya lama. Makasih sharingnya
LikeLiked by 1 person
Sama-sama, Kak Phebie
LikeLike
Two wrongs make a right..
Ini bikin ngakak. . ;D
Makasih Rakha. Nice info
LikeLiked by 1 person
You’re welcome! π
LikeLike
It’s deep. Penuturan dan contohnya juga lengkap.
Sedikit koreksi :
– dsri pada (daripada)
LikeLiked by 1 person
Siap Kang. Segera dikoreksi.
LikeLike
Salam kenal ka Rakha π bagi2 ilmu nulisnya ya, keren ππ»
LikeLiked by 1 person
Salam kenal juga. π
LikeLiked by 1 person
Komunitas IK beruntung mendapatkan penulis seperti Rakha.
Tetap semangat menulis!
LikeLiked by 1 person
Rasanya ini terlalu berlebihan. Tapi terima kasih atas apresiasinya.
LikeLike