Tak Bisa Ke Lain Hati

kla p
Tak bisa ke lain hati
Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi
Tercipta nelangsa merenggut sukma
Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud
Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati
Pindah ke lain hati
Pindah ke lain hati

Sungguh kuakui tak bisa ke lain hati
Sungguh kuakui tak bisa ke lain hati
Sungguh kuakui tak bisa ke lain hati
 

Ada yang ingat lirik lagu ini? Ya KLA Project dengan Tak Bisa Ke Lain Hati. Apa-apaan sih ini kok tiba-tiba membahas lirik lagu, bukankah tugasnya membedah buku.

Boleh kan kalau lagu dan buku kupertemukan dalam satu tulisan. Kenapa aku suka lirik lagu semacam ini, ya karena puitisnya itu. Baiklah kita liat dulu Ayah besutan Andrea Hirata. Ketika membaca judulnya tanpa melihat isinya atau siapa yang menulis, maka tiba-tiba saja ada dua nama yang masuk dalam ingatanku. Sutan Takdir Alisyahbana yang kuingat darinya juga dua yaitu Siti Nurbaya dan Layar Terkembang. Orang kedua adalah Hamka ulama yang sastrawan salah satu novelnya berjudul Ayahku. Mohon maaf ini hanya ingatan spontan, bukan keterkaitan, kecuali ketiganya sama-sama dari Sumatra. Namanya juga ingatan spontan.

Novelnya Andrea Hirata baru kuselesaikan membaca yang serialnya Laskar Pelangi, karena ada yang menghadiahiku. Novel Ayah baru kuterima filenya setelah mendapat tugas dari Ikatan Kata. Pilihan yang paling cepat ya yang pertama, maka kupilih Purnama Kedua Belas.

Oh, kalau Purnama Kedua Belas berarti setengah bulan lagi tahun baru. Malam 1 Syuro, pastilah di Surakarta dan Yogyakarta sangat ramai. Sudahlah, kita fokus ke novel saja.

Untuk masuk ke cerita Andrea mencoba memaparkan setting secara detil. Ah, lagi-lagi aku teringat penulis lain, yang ternyata jauh lebih detil ketika menjelaskan setting pedesaan. Dialah Ahmad Tohari. Agak Kedodoran saat memaparkan setting perkotaan (bisa dibandingkan antara Bekisar Merah dengan Belantik). Maaf, malah ngelantur. Kembali ke novel Ayah. Habis lebih dari satu halaman Andrea mengantarkan kita, pembaca untuk memahami lokasi. Gaya pemaparannya mengalir seperti seseorang yang sedang mendongeng. Mungkin disitulah kekuatannya.

Sekilas kulirik bab-bab yang disusun seperti kumpulan puisi, tak kutemukan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Ini baru sekilas ya, isinya pastilah saling terkait, jika tidak bukan novel namanya. Kekuatan ini memberikan daya tarik tersendiri. Membuat penasaran, dan seseorang yang ingin membaca berpotensi memilih secara acak. Itu sah-sah saja.

Malam yang senyap, begitulah Andrea mengawali kisahnya. Dengan setting Danau Merantik, pada bulan April bertepatan purnama kedua belas, ada di bagian pertama dari buku ini.  Sabari yang merana ditinggal pergi Marlena. Hati Sabari sudah terpaut sangat kuat pada Marlena mirip lagunya KLA, tak bisa ke lain hati. Kesetiaan tiada batas.  Cinta pertamanya, belahan jiawanya, segala-galanya, sayang seribu sayang tak sedikit pun Marlena mengacuhkannya.

Kenangan silih berganti berkelebatan di pelupuk mata Sabari. Semuanya hanyalah kegetiran. Sekhidmat cara Paskibra Kabupaten menyerahkan bendera tak juga barang sedikit membuka hatinya.

Sabarai dirundung gelisah, resah, kecewa. Khalayak jadi heran melihat seorang lelaki yang hanya terpaku pada seorang perempuan, seakan dunia hanya selebar sapu tangan Marlena. Tak dapat dibelokkan ke perempuan lain. Selaiknya KLA Project yang menyanyikan Tak Bisa Kelaian Hati. Padahal jelas-jelas telah tercipta nelangsa. Keinginan cintanya yang tak terwujud. Sampai ditegaskan tak bisa pindah, pindah ke lain hati.

Kawan dekat Sabari, yakni Hasan Maulana Maghribi telah berulangkali mengingatkan resikonya jika Sabari tak segera menyadari akan kelakuannya itu bisa berujung di Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa Amanah.

Jika tak ada masalah dengan bertepuk sebelah tangan, sebenarnya kesetiaan itu luar biasa. Tak bisa pindah ke lain hati. Hanya setia dengan pasangannya. Sampai dengan tegas: sungguh kuakui tak bisa ke lain hati. Itulah yang diharapkan oleh pasangan yang serasi. Sama-sama saling mengerti. Tak perlu ada yang pindah ke lain hati.

Masalahnya, satu cinta satunya tak peduli. Cintanya sulit dibelokkan ke lain hati, yang menolak tak ada celah sedikit pun untuk mereima. Maka meranalah yang mencinta.

Mohon maaf, baru kubaca Purnama kedua Belas, berarti setengah bulan lagi tahun baru. Bagi umat Islam.

14 thoughts on “Tak Bisa Ke Lain Hati

  1. Aku pun sama. Hanya judul Tak Bisa Ke Lain Hati yang aku tahu.

    Beberapa penulis yang disebutkan oleh Mas Narno, belum pernah kubaca karyanya. Ini akan menjadi PR bagi saya untuk mencari tahu lebih banyak tentang mereka.

    Yang paling aku penasaran adalah penulis Tohari. Disebutkan bahwa dia lebih pandai menggambarkan suatu keadaan lebih baik daripada Andrea.

    Oia, di pos ini ada tipo. Mohon kiranya Mas bisa baca ulang dan lakukan proses sunting.

    Terima kasih

    Liked by 2 people

    1. lagi-lagi ini pendapatku pribadi mas, mungkin karena Tohari hampir semua karya sudah kubaca sedang Andrea Hirata baru beberapa judul. dismaping itu juga beberapa kali bertemu langsung dengan Ahmad Tohari,belum dengan Andrea Hirata

      Like

  2. Menarik! Baik bagian yang melantur maupun ulasan aslinya, hahaha. 😁

    Omong2, pas baca kalimat pertama, aku langsung mikir, “Hm … kayak lirik lagu.” Eh, betulan lirik lagu, hehe. Tak Bisa ke Lain Hati memang Sabari banget ya.

    Like

Comments are closed.