Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat: Tugu Pamandengan

Istana Mataram Islam awalnya berada di Kartasura (sekarang masuk wilayah Sukoharjo). Akibat huru-hara etnis Tionghoa yang memberontak kepada VOC, istana (keraton) Kartasura akhirnya terkena imbasnya akibat Raja diduga bersekongkol dengan VOC.

Akhirnya Raja memindahkan istananya beberapa kilometer ke arah timur dari Keraton Kartasura, ke daerah yakni Desa Sala (Solo) pada tahun 1745 yang sekarang dikenal dengan Surakarta.

Keraton Surakarta masih mengadopsi prinsip-prinsip istana sebelumnya nih, yang mana titik paling utara itu adalah tugu pamandengan. Apa tuh? Hihihi. Yuk, kita bahas tipis-tipis.

Pamandengan secara bahasa berarti tempat melihat. Jadi, pas Raja duduk di singgasananya di kompleks pagelaran (Sasana Sumewa), Raja selalu fokus melihat ke depan.

Apa yang dilihat? Yang dilihat Raja yaitu tugu pamandengan. Sekitar 300 meter dari gerbang utama keraton.

Tugu ini sebenarnya sudah ada semenjak awal pindahnya keraton, kemudian dipugar dan diperbaiki masa Sri Susuhunan PB X antara tahun 1893-1939. Tugu ini ada di barat Jembatan Kali Pepe dan Pasar Gedhe Hardjanagara, dan tepat di timur Balaikota Surakarta yang dulunya masih menjadi kantor Residen Surakarta.

Tugu Pamandengan memakai material batu dan campuran beton. Badan tugu sisi bawah memakai batu andesit ekspos yang sekarang dicat warna hitam. Tugu ini juga dipasangi empat buah hanging lamp ala kolonial.

---

Author: Tim lampaubercerita @lampaubercerita . Follow instagram kami di sini.

Kami tunggu komentar, kritik dan sarannya ya! 😊