BTS 31 – Kejernihan Gaya dan Tata Bahasa

Trik Swasunting selanjutnya yang dibahas oleh Khrisna Pabichara adalah mengenai kejernihan gaya dan tata bahasa yang digunakan dalam tulisan. Beliau mengajari kita bagaimana cara menghasilkan tulisan yang baik. Sebuah tulisan akan enak dibaca dan mudah dipahami apabila di dalam penulisannya tidak ada kesalahan.

Sebagai blogger, kita mungkin berpikir bodo amat dengan semua metode swasunting ini. Tapi bukankah kita menginginkan perubahan menjadi seorang blogger dan lebih jauhnya lagi menjadi seorang penulis profesional?

Khrisna Pabichara berkata, “Adalah hak Anda selaku penulis untuk memperlakukan tulisan Anda sekehendak hati. Saya paham itu. Saya juga paham, Anda pasti habis-habisan menyusun kalimat sehingga Anda ingin–menyenangkan hati dengan–segera menyapa pembaca lewat tulisan yang baru saja Anda tata. Meski begitu, Anda perlu menyadari bahwa pembaca berhak membaca tulisan yang apik. Kalaupun tidak menggugah atau mengubah, setidaknya mereka membaca tulisan yang menyenangkan perasaan dan mengenyangkan pikiran.”

Bambang Trim (2005, 34) menandaskan bahwa ada dua keputusan penting dalam penyuntingan, yaitu perbaiki atau abaikan. Oleh karena itu, swasunting kita lakukan tetap dalam koridor menjaga kualitas tulisan. Dengan demikian, swasunting bahasa, pesan, logika, dan keindahan kalimat harus sesuai dengan mekanisme penyuntingan.

Jika pesan dalam kalimat sudah tergambar atau terhampar dengan jelas maka tidak perlu disunting. Bagian yang sudah jernih gaya paparnya dan jelas tata bahasanya, biarkan saja. Jangan mengubah (bukan merubah) substansi yang benar menjadi salah.

Itu sebabnya swasunting harus melewati proses berpikir yang matang sebelum mengambil keputusan. Proses swasunting tersebut, dalam udaran Bambang Trim (2005, 3), melalui fase membaca, memahami, dan memaknai. Simak contoh (2) di bawah ini.

Raja Leluasa bangkit dari takhta dan berkata: “Setiap aku melewati perkampungan, jangan ada seorang pun yang berdiri tegak. Semua orang harus menjura dan seluruh sesepuh mesti merunduk ke bumi, dan tunduklah mereka pada karisma dan kuasaku. Jangan pula saling bisik atau saling sapa satu sama lainnya”.

Hasil swasunting (2):

Raja Leluasa bangkit dari takhta dan berkata, “Setiap kulewati perkampungan, jangan ada seorang pun yang berdiri tegak. Semua orang harus menjura dan seluruh sesepuh mesti merunduk ke bumi, sehingga tunduklah mereka pada karisma dan kuasaku. Jangan pula saling bisik atau saling sapa satu sama lain.”

Berdasarkan contoh (2) di atas, ada beberapa perkara yang perlu kita cerap. Pertama, keliru menggunakan konjugasi “dan”. Begini. Konjugasi adalah sistem perubahan bentuk verba yang berhubungan dengan jumlah, modus, waktu, dan jenis kelamin.

Tunggu, jangan puyeng. Pada kalimat kedua dalam contoh (2) terdapat konjugasi berupa perubahan sebab-akibat. Semua orang merunduk mengakibatkan mereka tunduk. Karena konjugasinya dalam kalimat bertingkat maka penggunaan “dan” keliru.

Konjugasi “dan” digunakan untuk kalimat setara, padahal contoh (2) menunjukkan kalimat bertingkat yang bermakna sebab-akibat. Konjugasi yang tepat digunakan adalah “sehingga” karena menegaskan sebab-akibat. Silakan Anda baca lagi perbaikannya.

Kedua, keliru memakai partikel. Pada contoh (2) terdapat penggunaan partikel —nya, yakni pada satu sama lainnya. Partikel –nya di sana tidak jelas merujuk pada apa dan siapa. Jadi, sebaiknya tidak digunakan demi keefektifan bahasa.

Ketiga, keliru membubuhkan tanda baca. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, dalam Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan Tinggi (2004, 209), menguraikan cara menulis petikan langsung. Guna memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat maka kita menggunakan koma, bukan titik dua seperti dalam contoh (2).

Pada akhir kalimat, tanda kutip diterakan setelah tanda titik karena mengapit kutipan langsung. Bukan sebaliknya, tanda kutip dulu baru tanda titik. Supaya lebih jelah (jernih dan jelas), silakan baca kembali hasil swasunting (2).

SUMBER

Note : blogger (dalam bahasa inggris, ditulis miring), narablog atau bloger (dalam bahasa Indonesia) adalah orang yang mempunyai blog yang ia gunakan sebagai wadah untuk menuangkan ide-ide tulisan dari pikirannya.

###

Yuk belajar tentang sastra lainnya di sini.