Hai, Corona
Ingin kutanya kabarmu tapi apakah itu perlu
Dua tahun lewat hadirmu masih ada yang meragu
Apakah kau entitas kehidupan atau sebutir debu
Tak penting apa kata para peragu
Jelas namamu menjulang melebihi gunung Everest
Bahkan disebut-sebut sampai langit ketujuh
Setelah begitu populer
Belum selesaikah tour-mu mengelilingi bumi?
Sering aku takut padamu, Corona
Bila kau menyapa. bunga-bunga berguguran dan pepohonan meranggas
Kadang aku kesal dan marah
Melihat kau melenggang meninggalkan air mata dari jiwa-jiwa yang ditinggal kekasihnya
Aku ingin kau menengok ke belakang, pada akar yang tercerabut dari tanah
dan lubang yang menganga dalam kelam
Tapi kau tak putus menatap ke depan
Belum selesaikah perjalananmu menjelajahi negeri-negeri?
Tahukah kau, Corona
Aku tak pernah berhenti menimbang, apakah engkau baik atau buruk
Boleh jadi kau tak peduli jarum timbanganku berhenti di mana
Bagimu, hadirmu cuma berpasrah pada Ilahi
Kun fa ya kun, jadilah Corona maka jadilah
Karena itu
Mungkin aku akan menganggapmu baik saja
Itu lebih mudah dan melegakan
Corona yang baik,
Demikian aku memanggilmu setelah berbaik sangka padamu
Telah kau tunjukkan dzikirmu pada Ilahi
Berthawaf, memutari poros bumi tanpa henti
Menyentuh nurani kemanusiaan yang terjerat kelalaian dan dosa
Maka aku meminta pada Yang Menjadikanmu
Bersaksi atas pengabdianmu yang tak jemu
Bahwa kau telah menunaikan dzikir dan thawafmu
Siap kembali pada Ilahi Robbi
Depok, 19 November 2021
Dian Hendrayanti
Like this:
Like Loading...
Related