Pahlawan itu Nyata

Percakapan sewaktu sekolah dasar be like:

“Eh, kamu kalau sudah besar mau jadi apa?” Tanyaku penasaran.

“Aku mau jadi superman, biar bisa terbang dan membantu banyak orang seperti di televisi itu, bisa dikagumi banyak orang, dikenal banyak orang, dan punya kekuatan super, pasti seru!” Balas temanku dengan sangat antusias.

“Kalau kamu?”

Nah, pernah gak sih kalian seperti itu? semasa sekolah dasar dulu? Yaitu, sekadar iseng Menanyakan cita-cita atau impian, yang akan dilakukan kalau kalian sudah besar nanti. Sejatinya, mereka belum mengerti betul, tentang arti sebuah impian dan cita-cita. Mereka menjawab seperti itu karena sering melihat serial di televisi dan membuat memori yang kuat di ingatan otak mereka, kalau menjadi pahlawan itu, keren! Dan mereka ingin mengikuti jejaknya.

Semasa kecil, kalian pernah dong, lihat kartun ataupun film di televisi yang bertemakan pahlawan. Dengan sebuah alur cerita, menceritakan seseorang yang mempunyai kekuatan super dan dipergunakan untuk melawan kejahatan, serta membantu manusia yang lemah.

Berawal dari sana, kita jadi mengerti, bahwa menolong orang lain atau tolong-menolong adalah sebuah pekerjaan yang mulia. Dan sebenarnya, apa definisi dari kata pahlawan yang sesungguhnya? Menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya, dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero.

Menurut aku sendiri, pahlawan adalah seseorang yang berjasa untuk hidup orang tersebut, dan bantuan itu sangatlah bermakna, sehingga ia akan selalu teringat kejadian saat ia di bantu oleh orang tersebut.

Jika di awal pembukaan tulisan ini, aku mengatakan bahwa pahlawan adalah tokoh fiksi yang ada di serial televisi, dan menjadi idola banyak anak, apakah di dunia nyata juga ada sesosok yang bisa disebut sebagai pahlawan? Jawabannya adalah ya!

Setiap orang pasti punya seseorang yang sangat berharga di hidupnya dan menyebutnya dengan pahlawan. Aku ceritakan versi pahlawan di hidupku ya.

Aku sangat bersyukur, diberikan dua pahlawan. Ya, mereka adalah kedua orang tua ku, jika diibaratkan di karakter fiksi film kartun, ayah adalah Mr Incredible di film The Incredible, beliau akan mengerahkan semua kekuatannya, untuk melindungi  anggota keluarganya – sesosok yang paling aku kagumi, memang pendidikannya, hanya sampai sekolah dasar, kemudian langsung melanjutkan ke pesantren, yang ada di Madiun Jawa Timur. Beliau sering menceritakan pengalamannya saat mondok di sana. Saat mondok, untuk makan saja harus menumbuk jagung terlebih dahulu supaya bisa dijadikan nasi jagung, dan nantinya bisa dimasak dan baru bisa untuk dimakan.

Betapa prihatinnya beliau saat mondok. Selain belajar ilmu agama di sana, beliau juga mengambil kursus menjahit baju, dan itu menjadi pekerjaannya sekarang.

Ibuku adalah pahlawanku yang kedua, jika diibaratkan di film The Incredible, ia adalah Elastigirl. Atau lebih tepatnya ibu yang elastis. Yup. Elastis. Bagaimana tidak, ia mengurus semuanya yang ada di rumah termasuk aku, saudaraku, dan ayahku. Jika membicarakan sosok seorang ibu, aku jadi teringat peristiwa dulu, saat akan masuk sekolah menengah pertama (SMP) yaitu sekitar tujuh tahun yang lalu. jadi begini ceritanya.

Saat itu, keluargaku benar-benar sedang mengalami krisis ekonomi. Bisa dibilang uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari dengan lauk seadanya. Aku yang saat itu sedang merayakan kelulusan sekolah dasar, merasa senang sekali bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, dan tidak sabar untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Di saat teman-teman yang lain sudah mulai mendaftar di SMP yang mereka idamkan, aku pun cepat-cepat mendaftar di sekolah yang dekat dengan rumah, supaya ongkos yang dikeluarkan tidak banyak untuk biaya transportasinya sehari-hari, dengan berbekal dokumen, bergegaslah aku pergi ke sekolah untuk melakukan pendaftaran, dengan ditemani kedua teman yang saat itu juga mendaftar di sekolah yang sama. Setelah menunggu beberapa hari, tibalah waktu untuk daftar ulang. Tiba di sekolah, pegawai tata usaha memberikan sebuah selebaran yang berisi jumlah uang yang harus dibayarkan.

Sesampainya di rumah, aku memberitahukan perihal tersebut kepada ibu, di kertas tertera sekitar 870 ribu jika tidak salah ingat, yaitu jumlah uang yang harus dibayar, untuk bisa membawa pulang kain dan perlengkapan sekolah lainnya jika sudah lunas. Setelah membaca isi surat dengan seksama, beliau berkata dengan sangat tenang. “Iya nanti ibu usahakan ya.” Kata beliau lirih.

Malamnya, ternyata ibu tidak ada di rumah, setelah menengok lewat jendela, terlihat ibu sedang ada di rumah tetangga, yang rumahnya hanya bersebelahan dengan rumahku. Saat sampai rumah, beliau mengatakan bahwa uang untuk melunasi biaya administrasi sekolah masih kurang. Uang yang kurang sekitar 400 ribu. dengan perasaan bersalah, aku berkata seperti ini . “bu, kalau uangnya tidak mencukupi, Ina mending berhenti sekolah dulu nggak papa buk.” kataku dengan mata yang ssedikit berair menahan tangis.

Perjuangan tak sampai di situ saja, ibu  langsung beranjak dari duduknya dan menyeret tanganku pertanda beliau seperti ingin menunjukkan sesuatu. ternyata sampailah aku dan ibu di tetangga desa yang rumahnya lumayan jauh dari rumahku, Ibuku langsung bilang. “Alhamdulilah, ini rejeki kamu Na, besok langsung dibayar ya, buat ngelunasin biaya, pokoknya harus belajar yang rajin kalau udah mulai sekolah.” ujar beliau. “tapi nanti ibu ngelunasinnya gimana?” sahutku gelisah. “Sudah, tidak usah dipikirkan, itu urusan ibu, pokoknya, tugas kamu belajar yang rajin ya.” timpal ibu dengan suara yang lirih.

Dari kejadian itu, aku menjadi tahu, bahwa ada orang yang harus dibahagiakan, dan aku banggakan. Mendengar ibuku berbicara seperti itu, jiwa semangatku langsung mengembara, seakan akan aku harus cepat-cepat menjadi dewasa dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Karena mereka sudah bersusah-payah untuk bisa menyekolahkanku.

Kejadian itu sangat mengena di pikiranku, aku selalu teringat saat ibuku bersusah-payah mencari pinjaman uang untuk aku bisa bersekolah. Dan beliau adalah pahlawanku. Sudah sekian dulu cerita yang aku ceritakan. Kalau kalian, siapa pahlawan nyata yang ada di hidup kalian? Yuk ceritakan.

 

Advertisement

7 thoughts on “Pahlawan itu Nyata

  1. Hi Febri.
    Sudah bagus tulisanmu.

    Tinggal sedikit tata ejaan ya. Di paragraf ke dua coba cari kata yang huruf awalnya seharusnya huruf kecil karena ditulis di tengah kalimat.

    Kata udah di kalimat pertama mungkin bisa dijadikan dialog tag, agar bahasa yang tidak.baku bisa dibenarkan penulisannya.

    Kemudian tanda hubung “-” pada kata diam – diam harusnya tanpa spasi, jadi cukup ditulis “diam-diam”.

    Btw, bagus sudahnsampai ketik5. Semangat.

    Like

  2. Akhirnya terbit juga tulisanmu, Febri.

    Koreksi:
    1. sekolah dasar belike (be like:)
    2. Eh, kamu kalau udah gede pengen jadi apa? Tanyaku penasaran. Aku mau

    jadi superman ah, biar bisa terbang dan bantuin banyak orang kayak di

    televisi itu, bisa dikagumi banyak orang, dikenal banyak orang dan punya

    kekuatan super, pasti seru! Balas temanku dengan sangat antusias. Kalau

    kamu? (untuk percakapan atau kalimat langsung, berikan tanda kutip

    pembuka dan penutup)
    3. cita – cita (cita–cita)
    4. udah gede (sudah besar)
    5. liat kartun (lihat)
    6. Nah, dari situ (sana)
    7. tolong – menolong (tolong–menolong)
    8. di bantu (dibantu)
    9. Mereka adalah orang tuaku, ayahku adalah pahlawan super, jika

    diibaratkan di karakter fiksi film kartun, beliau adalah Mr Incredible di film

    The Incredible, ia akan mengerahkan semua kekuatannya untuk melindungi

    semua anggota keluarganya – sesosok yang paling aku kagumi, memang

    pendidikannya hanya sampai sekolah dasar, kemudian langsung melanjutkan

    ke pesantren yang ada di Madiun Jawa Timur. (gunakan tanda baca titik dan

    koma yang pas. baca satu kalimat panjang ini ngos-ngosan)
    10. di jadikan (dijadikan)
    11. benar – benar (benar–benar)
    12. sehari – hari (sehari–hari)
    13. teman – teman ku (teman–temanku)
    14. cepat – cepat (cepat–cepat)
    15. sehari – hari (sehari-hari)
    16. akupun (aku pun)
    17. Saat itu, aku pergi bersama 2 sahabatku yang juga melanjutkan ke

    sekolah yang sama denganku. (terlalu banyak mengulang aku’)
    18. sekolahan (sekolah)
    19. Bergegas pulanglah aku untuk segera memberitahukan ibu mengenai hal itu. (Aku bergegas pulang aku untuk memberitahukan ibu mengenai hal itu.) // bergegas itu artinya ‘pergi dengan segera atau terburu-buru’ jadi tidak perlu ada kata segera lagi
    20. diam – diam (diam–diam)
    21. uang nya (uangnya)
    22. tau (tahu)
    23. cepat – cepat mennjadi (cepat–cepat menjadi)
    24. bersusah payah (bersusah-payah)
    25. Kejadian itu sangat mengena di pikiranku, aku selalu teringat saat ibuku bersusah payah mencari pinjaman uang untuk aku bisa bersekolah. (banyak mengulang kata ‘aku’. gunakan kalimat efektif)

    Like

  3. Elastis girl yang di The Incredible,,, dulu aku pernah membayangkan begitulah aku, sewaktu LDR dengan suami dan mengurus 4 anak plus bekerja. Rasanya aku bisa cus cus melakukan semua tanpa banyak cakap. Tapi setelah sudah bersama dgn suami, semua berbanding terbalik. Sekarang aku jadi seperti tokoh ibu subangun yang super bawel😂

    Like

Comments are closed.