Ini waktu yang tepat untuk mengakui semua kesalahan dan dosa. Kapan lagi? Mumpung Ramadhan, saat Allah membukakan pintu-pintu langit dan malaikat berhamburan membawa Rahmat dan AmpunanNya. Kebaikan diganjar berlipat ganda dan kesalahan diputihkan. Kapan lagi? Mumpung Ramadhan, kala hati berlari menghampiri Sang Khalik, penuh harap. Janganlah asa dalam hati terputus karena Allah sendiri telah memberi pengajaran dalam sikap Nabi Ya’qub ‘alaihissalam, ketika ia berkata, “Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf:87).
Setelah lewat penghujung Ramadhan ke mana wajah kupalingkan? Apakah tetap berlari mendekatiNya ataukah kembali lagi seperti dulu, seperti tak pernah ada kenangan manis menggigit kurma dan meneguk air pelepas dahaga setelah seharian berpuasa. Apakah kan kubalas air susu pemberianNya dengan air tuba? Sungguh tak pantas, walau kutahu tak mungkin aku menambah KemuliaanNya dengan apa pun karena sejatinya aku tak punya apa pun. Ke mana kusembunyikan sejuta rasa dari Yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui, yang telah menanti di Jalan 11 Bulan. Jalan yang panjang dan berliku selepas Ramadhan. Dia ingin melihat kesungguhan cintaku. Sementara, aku masih tertunduk, mengintip, menghalau rasa yang membuat wajah memerah dan hati berdebar, mencoba mengais keberanian yang cuma seujung kuku.
Semoga kita masih bisa diberi umur hingga bertemu Ramadhan berikutnya
Btw, Bu untuk penulisan NYA sebagai referensi kepada Tuhan sebaiknya ditulis (kata)-Nya misal : ampunan-Nya.
Tolong perbaiki beberapa tulisan yang serupa
LikeLike