Saya tidak menduga, pada usia seperti ini, saya harus mengumumkan rahasia ini pada dunia. Saya tidak ingin menikah. Yeap, kamu tidak salah mendengarnya, saya tidak ingin menikah.
Ide untuk duduk di pelaminan, menggenakan pakaian pengantin dan seterusnya bukanlah sesuatu yang saya inginkan. Saya bahkan sangat tidak menyukai ide tentang menikah. Bagi saya, menikah itu bukanlah suatu keharusan atau kewajiban. Menikah itu adalah pilihan, dan pilihan itu adalah pilihan yang tidak akan saya ambil dalam hidup ini.
Trauma
Banyak orang yang mendengar kalimat ini keluar dari mulut saya akan berkata seperti ini, “Apakah kamu memiliki trauma yang berhubungan dengan pernikahan?”, “Apakah kau pernah mengalami pengalaman yang menyakitkan ketika menjalin hubungan dengan orang lain?” dan masih banyak pertanyaan yang lainnya. But, no!
Saya tidak memiliki trauma atau pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Hubungan kasih saya berjalan baik-baik saja. Setidaknya, dalam perspektif saya adalah baik-baik saja. Saya mengawali dan mengakhiri hubungan kasih dengan seseorang dengan baik, dan sampai saat ini saya malah menjadikan mereka teman baik.
Hubungan pernikahan kedua orang tua saya, well tidak seluruhnya mulus. Tapi, nahkoda pernikahan mana yang perjalanannya mulus terus, tidak ada. Tapi, pernikahan seperti itu normal. Saya melihat dan menyaksikan lebih banyak pernikahan-pernikahan lainnya yang lebih tidak terselamatkan, dan saya bisa menerima itu semua. Yeap, setidaknya menurut persepsi saya saat ini, saya bisa menerima semua itu.
Tidak siap
Ini mungkin adalah alasan yang paling mendekati. Saya tidak siap untuk menikah. Tidak siap, dalam artian karena tidak memiliki rencana atau bahkan pikiran ke arah itu. Mengutip perkataan sahabat saya, “Kamu itu ‘ALIEN’ ”, maka saya pun membenarkan bahwa saya memang adalah seorang alien. Saya tidak menganggap bahwa ide untuk menikah sebagai ide yang baik untuk saya sendiri. Menikah nampaknya bukan tujuan saya, dan saya nampaknya tidak dapat melihat diri saya di masa yang akan datang sebagai seorang istri dan bahkan seorang Ibu.
Ketiadaan pemikiran ini membuat saya secara otomatis tidak siap, ketika dihadapkan pada ide pernikahan atau menikah.
Saya terbiasa hidup sendiri
Kata orang, “Tiada satu pun orang yang mampu, dan sanggup bertahan untuk hidup seorang diri”, ada juga yang mengatakan, “Manusia sudah diciptakan berdua-dua, berpasangan. Sudah kodratnya untuk menikah dan berpasangan”. Saya, bukan orang yang paham dan mengerti betul dengan hal ini. Saya tidak merasa bahwa premis-premis ini ditujukan kepada saya.
Saya sudah sangat terbiasa untuk hidup sendiri, dan selama ini saya masih dalam keadaan baik-baik saja. Setidaknya sampai saya menuliskan dan menerbitkan tulisan ini. Mengatakan hal ini, bukan berarti bahwa saya hidup tidak membutuhkan orang lain. Saya sangat membutuhkan orang lain. Tapi, karena saya adalah seorang yang sangat independent, maka saya sangat sulit untuk meminta bantuan dari orang lain. Saya akan mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan, seorang diri. Hanya seorang diri saja.
So, jika alasan untuk menikah adalah hanya untuk mengubah status saya dari “jomblo” menjadi menikah atau suami orang, saya rasa, sangatlah tidak adil. Saya tidak menginginkan hal ini.
…
Catatan di balik layar:
Tulisan ini adalah tulisan yang sudah saya persiapkan beberapa minggu yang lalu. Saya membutuhkan waktu untuk benar-benar memutuskan dan yakin akan menerbitkan tulisan ini.
Tulisan yang lahir untuk memenuhi #ketik22 ini lahir begitu saja. Inspirasinya adalah diri saya sendiri. Well, pada saat itu.
Sekarang, rahasia ini sudah bukan rahasia lagi. Ingin berdiskusi lebih jauh tentang tulisan ini ? Tulis pertanyaanmu di kolom komentar.
Saya sebagai org yg pernah gagal diusia 24thn, sedang mempunyai pemikiran sm dgn tulisan ini. Seolah semuanya menjadi pesimis. Adakah jalan untuk keluar dari perasaan itu? :)))
LikeLiked by 1 person
Memaafkan dan move on! Dua hal ini secara otomatis keluar dari pikiran saya ketika membaca pesan Mbak.
Tidak mudah, memang. Tapi, pelan-pelan. Beri waktu pada diri sendiri untuk memulai lagi, dan mulai lagi.
But afterall, keputusan itu ada ditangan Mbak ya. Mbak yang akan menjalani keputusan itu. Semangat!
LikeLiked by 1 person
Sudah memaafkan. Dan sudah berlalu juga semua itu. Tapi anehnya saya yg malah jd org pesimis. Sedang mengumpulkan nyali untuk bs optimis lg huhu
LikeLike
Aku pernah juga berada pada fase itu.
Tapi uniknya, aku tidak ingin menikah tapi berkeinginan untuk memiliki anak dengan cara adopsi untuk menemani di hari tua.
Tapi seiring waktu berlalu, semua berubah.😊
LikeLiked by 1 person
Benar, Mam. Ayu menunggu kesempatan “seiring waktu berlalu…” itu.
LikeLike
Nah ini yg saya pikirin berkali kali “menemani di hari tua” dititik ini saya masih berusaha untuk menikah karena kebayang di hari tua kita hidup sendiri. gak punya keluarga, siapa yg mau ngurus kita kalau udah meninggal ??! siap gak siap harus saya usahakan, tapi belum kepikiran utk menikah juga sih karena belum ada jodohnya. faktor tanggung jawab & faktor keuangan mengingat kan saya terus menerus karena saya nanti sebagai kepala rmh tangga. Saya dari sumedang usia saya skrng 24thn saya anak bungsu dari 3saudara yg ke 1 cowo & 2 cewe udh berumah tangga semua hehehe💪
LikeLiked by 1 person
Aku juga hampir memiliki pemikiran yang sama dengan judul tulisan ini. Hehe
LikeLiked by 1 person
heeee
Lalu?
LikeLike
eh, ada alumni
LikeLike
Hahahhaa, aduuuuh jadi maluu 😭😅😆
LikeLike
malu mah 4
LikeLike
Haha. Berselibat tuh menyenangkan kok.
LikeLiked by 1 person
Yeaaaah!! Pasukan hidup selibat mari berjaya! haa
LikeLiked by 1 person
Aku sepakat dengan tulisan ini! 2 tahun belakangan sedang memantapkan untuk berselibat!
LikeLiked by 1 person
Apapun pilihan kita, semoga itu adalah pilihan yang terbaik. Semangat, Mbak!
LikeLiked by 1 person
apa kabar?
LikeLike
Hidup itu fluid, kita bisa memilih jadi apa saja. Tapi yang namanya mati hidup, jodoh itu takdir yang di Atas. Apapun pilihan orang saya hormati…
LikeLiked by 1 person
Ini soal “pilihan” ya Mbak…
LikeLike
Can relate
LikeLiked by 1 person
Kompak!
LikeLike
Semangat Mbak Ayu! Aku sepakat juga!
LikeLiked by 1 person
Semangattt!!!
LikeLike
Membaca tulisan Kak Ayu Frani ini, saya jadi ingat caption2nya penulis Judith Chung di instagram! 😃 Hampir serupa.
LikeLiked by 2 people
Wah, ini baru pertama kali saya mengetahuinya. Nanti akan saya coba cari tentang Judith Chung ini.
Hampir serupa ya? heee
Serupa tapi tak sama.
LikeLiked by 1 person
Pendapatku sih satu, “Kamu belum bertemu jodohmu saja.”
Jodoh termasuk dari bagian takdir. Mau dipercepat, diperlambar, ditolak atau sanga didambakan, tapi kalau sudah waktunya bertemu, bertemulah.
Semoga kamu bisa menemukan ‘the one’
LikeLiked by 1 person
Terima kasih banyak atas pendapatnya, Kak.
Kalau pun sudah menemukan orang yang demikian, keputusan tetap pada tangan Ayu . Apakah menerima atau tidak , apakah ingin melanjutkan atau tidak? Ia tidak heee
LikeLike
ya, benar
kadang-kadang manusia itu seringkali mengumbar untuk menolak sesuatu tetapi pada saatnya terjadi takdir itu, ia tidak bisa menolaknya
misal ada teman saya (cewek) yang bilang kalau dia tidak suka dengan lelaki hitam dan gendut, tapi di akhir dia menikah dengan lelaki yang seperti itu
LikeLiked by 1 person
Ayu hanya bisa berharap (dan berdoa), semoga apapun itu, adalah hal yang baik dan mendatangkan kebaikan bagi siapapun itu.
Terima kasih insight-nya Kak.
LikeLike
amin.
doa terbaikku untuk Ayu
LikeLiked by 1 person
Aku juga takut nikah Kak 😅
Usia baru 22. Pernah nyeletuk pengen nikah di umur 28-30 ke atasnya.
Tapi gak tau deh…gimana takdir saja. Yang pasti, kalau sekarang memang belum siap…
Tulisan Kak Ayu makin menguatkan pikiran, kalau menikah itu memang hanya pilihan ya
LikeLiked by 1 person
Semoga ketakutan untuk menikah itu pun diiringi dengan keinginan untuk mempersiapkan pernikahan dengan sebaik-baiknya.
Tidak apa-apa, Red. Usia 22 tahun masih sangat muda, nikmati saja hidupmu dulu ya.
Ia, pada akhirnya, semuanya adalah pilihan.
LikeLiked by 1 person
Hehe iya kak Ayu. Mkasih lho tulisanmu bikin kepikiran 3 hari 😁
LikeLiked by 1 person
Wah, semoga “kepikiran” yang dimaksud adalah kepikiran yang baik dan menyehatkan.
LikeLiked by 1 person
😆 iya
LikeLiked by 1 person
I’m over 30. Kadang aku ngerasa nggak normal karena sampe sekarang belum juga ada keinginan buat menikah, apalagi punya anak. Ada yang bilang katanya keinginan menikah dan punya anak itu adalah sifat alami manusia sebagai makhluk hidup. Seperti hewan yang punya naluri kawin dan beranak pinak untuk menjaga spesiesnya supaya bertahan dan berpartisipasi dalam evolusi. Trus, sy jadi mikir kalo saya ngga punya keinginan ini, apakah saya sebuah kesalahan evolusi ya? Meskipun, kalo saya ga nikah, manusia juga ga akan punah sih wkwk.
Bisa aja sih di masa depan sy berubah pikiran. There is always room for that. Tapi rasa2nya, kecil kemungkinannya. Sya juga ga percaya kalo manusia itu diciptakan berpasangan. Buktinya, ada yang uda mati sebelom dapet pasangan. Mau dibantah pake argumen apaan kalo begitu ceritanya? Haha
LikeLiked by 1 person
Hi, Kak.
Senang sekali membaca pesan ini. Saya pun sempat berpikir demikian, dan memang, membawa berdebat hal-hal seperti ini, ujung-ujungnya hanya akan membuat sakit kepala.
Saya rasa, pada akhirnya semuanya tergantung pada keputusan apapun yang kita buat. Selanjtunya, dengan berani mengambil tanggung jawab atas pilihan apapun yang sudah kita buat juga. Keputusan itu, haruslah benar-benar kita sadari, demikian juga efek dari keputusan tersebut.
Omongan orang lain, jujur saja, saya menggunakan jurus “masa bodo” haaa.
Saya pun masih memberikan ruang untuk “kemungkinan” lain. Tapi, pada saat ini, saya menikmati dengan full hidup saya. Saya rasa, ini yang paling penting hee
LikeLike
Kak Ayu, apakah kita berdua kembar siam? Soalnya kita sehati O.O /digebuk
Saya setuju dengan pandangan bahwa menikah atau tidak itu pilihan. Memang nggak ada Yang tahu apa yang bakal kita pilih di kemudian hari; apakah memang sama dengan apa yang kita pilih sekarang atau bakal berubah, tapi keputusan untuk menikah, punya anak, itu sama kayak keputusan buat mau ambil jurusan apa, atau mau kerja di mana, alias hak masing-masing. Kuharap apa pun jalan yang Kak Ayu pilih bisa membuat Kak Ayu bahagia. 🎉
LikeLiked by 1 person
Nampaknya jiwa kita kembaran wkwkwkwk
Benar, semuanya terletak pada “pilihan kita”, maka pilihlah dengan bijak.
Demikian juga untukmu, apapun yang dipilih, semoga berbahagia dengan pilihan dan tentu saja semoga bahagia dalam memilihnya. Peyukkkk
LikeLike
eh ada Mira. Apa kabar Nona Elipsis?
LikeLike