Mengenang Masa Kecil

Masa lalu memang selalu menyediakan stok kenangan setiap kali kita mengingatnya kembali. Sungguh tidak akan ada habisnya jika kita menceritakan tentang hal itu, kenangan indah maupun buruk tersimpan rapi dan terlalu sulit untuk dilupakan. Ada beberapa yang kadang tertimbun kenangan lain, tetapi pada saat-saat yang tepat kenangan itu kembali hadir begitu saja. Begitulah kenangan selalu punya tempat yang luas dalam ingatan kita.

Kenangan yang paling menyenangkan untuk diingat-ingat secara sengaja adalah kenangan masa kecil. Bahkan terkadang kenangan itu bisa muncul secara tiba-tiba ketika kita menemui suatu kejadian atau suatu hal yang erat kaitannya dengan masa di mana kita masih kanak-kanak.

Gambar oleh Markus Spiske di Unsplash

Kemarin saat menengok kondisi sawah yang kian memprihatinkan karena curah hujan tinggi, saya kembali teringat dengan beberapa teman saya ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada waktu itu saya dan 2 teman saya bermain ke sawah mencari ikan di sumuran. Untuk menangkap ikan yang terbilang sulit jika hanya mengandalkan tangan, maka cara yang tidak sehat harus kami lakukan. Ialah menggunakan racun dari getah tuba. Sandy, Alfan, dan saya berpetualang ke sawah dari selepas zuhur sampai menjelang maghrib. Nahasnya kami pulang dengan tangan kosong karena lebih banyak bergurau daripada serius menangkap ikan. Akan tetapi kegembiraannya kami bawa pulang dengan selamat, meskipun sesampainya rumah saya harus bersungut-sungut karena dimarahi almarhum ibu.

Sandy adalah teman sekelas saya yang paling pintar. Sebab itulah dia menjadi satu-satunya pesaing saya dalam kelas. Tidak hanya urusan pintar, dalam hal tinggi badan dia adalah satu-satunya anak yang tubuhnya paling jenjang di antara teman sekelas.

Setiap kali bermain ke rumah Sandy, saya selalu kegirangan karena ada banyak mainan di sana. Dia juga punya Playstation1 yang sangat menggoda hati untuk betah di depan layar bermain gim. Dari banyaknya mainan yang dia punya kadang saya merasa iri sekaligus heran. Iri karena mainan saya tak sebanyak mainannya. Herannya adalah kenapa dia sangat pintar dalam banyak pelajaran sekolah meskipun dia juga banyak bermain gim bahkan sangat betah juga menonton televisi. Sedangkan saya kalau di rumah selalu dituntut untuk banyak belajar dan mengurangi bermain. Dari kelas 1 sampai kelas 6 peringkat kami berdua selalu berkejaran, dan tentu dia selalu mengungguli saya. Namun sejak kejadian di sawah itu saya jadi tahu satu hal bahwa kami berdua sama bodohnya soal menangkap ikan. Hahaha.

Sedangkan Alfan masih satu kasta dengan saya dalam hal peringkat di kelas. Dalam hal tinggi badan kami pun sama. Dia tergolong anak yang rajin membantu orang tua. Orang tua kami sama-sama hidup dari sawah, tetapi yang membedakan antara dia dengan saya adalah urusan membantu pekerjaan orang tua di sawah. Dia selalu membantu orang tuanya di sawah, sedangkan saya sama sekali tidak pernah.

Ada satu hal yang saya kagumkan di dunia ini, bahwa corak kulit bawaan tidak pernah luntur bahkan sampai kita tua. Alfan memang berkulit cerah ketimbang saya. Meskipun dia sering terpapar sinar matahari di sawah, corak kulitnya tetap kuning langsat. Sedangkan saya yang jarang keluar rumah, kulit tubuh saya tetap tidak seputih kulitnya.

Ketika teringat kejadian di sawah bersama Sandy dan Alfan, saya juga teringat dengan seorang teman yang bernama Panji. Dia adik kelas saya, tetapi kalau urusan bermain selalu bersama kami. Rumah Panji dan Sandy berdekatan, karena mereka memang ada hubungan saudara.

Panji adalah kebalikan dari Alfan. Dia berkulit hitam tulen sejak lahir. Ditambah banyak keluyuran akhirnya makin hitam saja kulit tubuhnya.Karena kulitnya yang hitam dia dijuluki ‘betik buleng’. Buleng adalah sebuah istilah bahasa daerah kami yang artinya hitam pekat seperti arang. Dan satu hal lagi yang menjadi ciri khas dia adalah bekas borok yang ada di leher sisi kirinya. Menurut ceritanya, sewaktu masih balita dia bermain di dekat sepeda motor ayahnya dan tak sengaja terjerembap dan lehernya menyenggol knalpot. Alhasil bekas itu masih ada sampai sekarang.

Di antara teman bermain saya yang sejak sekolah dasar sudah punya gawai adalah Panji. Pada waktu itu Nokia entah tipe berapa sudah dia miliki, ya,meskipun secara fungsi hanya untuk bermain gim ular-ularan. Tidak hanya gawai, dia juga sudah punya Nintendo. Rumah yang sering didatangi teman selain rumah Sandy karena punya Playstation1, rumah Panji pun sering disinggahi teman untuk bermain Nintendo.

Teman sekelas Panji yang sampai sekarang menjadi sahabat karib saya adalah Buyung. Meskipun mereka berdua adik kelas saya, sebenarnya kami lahir di tahun yang sama. Mungkin itu yang membuat kami sangat akrab, meski di sekolahan kami statusnya kakak dan adik kelas.

Buyung adalah anak yang energik. Kami berdua punya kesukaan yang sama, ialah bela diri silat. Meskipun tubuhnya pendek, saya akui bahwa dia punya tenaga yang lebih kuat, karena tubuhnya yang atletis. Dia juga mendapat julukan pendekar, yang berasal dari akronim “pendek kekar”.

Awal pertemuan saya dengan Buyung adalah di perpustakaan sekolah. Saat jam istirahat saya banyak menghabiskan waktu untuk mengobrak-abrik buku di perpustakaan. “Aku pernah bikin percobaan ini,” sapanya dengan penuh keakraban saat melihatku sedang membaca buku yang berisi tentang percobaan-percobaan sederhana Ilmu Pengetahuan Alam. Kami pun mengobrol banyak hal. Hingga merencanakan pertemuan lagi sepulang sekolah di rumah saya untuk membuat mainan sederhana dari bekas kaleng susu dan seutas benang. Sejak itulah persahabatan kami di mulai.

Gambar oleh Jeet Dhanoa di Unsplash

Hal yang membuat saya tertarik dengan Buyung adalah gaya rambutnya yang sepenilaianku saat itu sangat modis. Rambutnya cepak mengarah ke atas dari seluruh sisi, sehingga menghasilkan efek kerucut seperti tokoh Super Saiyan di serial kartun Dragon Ball. Sampai-sampai dengan polos saya menceritakan keinginan punya model rambut yang sama seperti dia. Akhirnya di hari minggu dia mengajak saya cukur di tempat langganannya. Dari situlah kami semakin akrab. Di mana ada Buyung pasti ada saya.

Meskipun saya dan Buyung punya kesukaan dalam silat, sebenarnya saya adalah orang yang sangat lemah lembut. Saya lebih nyaman berteman dengan perempuan ketimbang dengan laki-laki. Bahkan ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama saya sampai dijuluki banci gara-gara lebih banyak bergaul dengan perempuan daripada laki-laki. Hal itu mungkin dikarenakan saya sejak masih balita selalu ikut almarhum ibu saya mengajar mengaji anak-anak perempuan di langgar samping rumah. Bahkan semua tetangga saya mempunyai anak perempuan. Alhasil dalam ruang lingkup tetangga, saya pun banyak bermain bersama anak perempuan daripada laki-laki.

Tetangga samping rumah saya ada dua kakak beradik yang sangat ngemong, yaitu Mbak Khusnul dan Mbak Sri. Dari balita, saya banyak bermain dengan mereka, terutama Mbak Khusnul. Usianya lebih tua 2 tahun dari saya. Sama halnya Sandy. Mbak khusnul adalah sosok yang sangat pintar bagi saya. Tidak hanya pintar, dia juga sangat baik hati. Darinya saya belajar banyak hal, tentang membaca, menulis dengan rapi dan berhitung.

Suatu siang selepas zuhur saya bermain ke rumah Mbak Khusnul. Biasanya kami bermain kempyeng, enthik, kecik, atau baju-bajuan. Namun ternyata dia masih sibuk menyelesaikan tugas Pekerjaan Rumah mata pelajaran matematika. Saya pun ikut nimbrung di sampingnya dan hanya diam saja mengamati bagaimana dia mengerjakan tugasnya. Akan tetapi mata saya tergiur dengan satu buku tebal. Sayapun membukanya dan mencermati isinya. “Mbak, boleh saya pinjam bukunya?” tanyaku kepadanya. Diapun memngizinkan buku itu saya pinjam. Tanpa basa-basa lagi saya langsung pulang membawa buku itu dan mengurungkan niat mengajaknya bermain.

Sebuah buku cerita yang ada beberapa gambar ilustrasi kejadian-kejadian dalam cerita itu. Yang membuat saya tertarik dengan buku itu adalah ceritanya sekaligus gambarnya. Sejak itu pula saya sangat suka membaca buku cerita dan mengagumi gambar-gambar di buku cerita.

Sedangkan dari Mbak Sri saya belajar bagaimana caranya menggambar dengan baik. Kejadiannya adalah di langgar tempat almarhum ibu saya mengajar mengaji. Selepas mendaras Alquran dan disimak oleh almarhum ibu, dia asyik menggambar di sebuah kertas sobekan koran dengan pulpen. Apa yang dia gambar? Sebuah pintu dan pemandangan di luarnya. Sangat detil dia menggambar, terlihat ada banyak tumbuhan dan beberapa ayam di luar pintu, bahkan dari teknik arsirannya saya merasa gambarnya timbul dari kertas, tidak sekadar dua dimensi saja. Padahal dia hanya menggunakan pulpen untuk menggambarnya. Sejak itulah saya jadi tambah sangat suka menggambar. Sering kali saya meminta dia untuk mengajari saya menggambar ketika bermian ke rumahnya.

Mbak Khusnul dan Mbak Sri juga yang mengajarkan saya perihal pentingnya menjaga kebersihan. Setiap pagi saya selalu ditugaskan oleh almarhum ibu saya untuk menyapu halaman rumah. Ketika hari libur maka saya harus menyapu halaman rumah sampai ke jalan yang melintang di depan rumah. Saat sedang malas dan tidak segera menyapu, beliau selalu bilang, “Lihat itu Mbak Sri sama Mbak Khusnul, rajin, tiap pagi dan sore menyapu rumah dan halamannya juga. Kalau bersih kan nyaman, Nak.” Jika sudah muncul kalimat itu, alih-alih takut dimarahi, dengan berat kaki saya menguatkan diri untuk beranjak dari kemalasan dan segera menyapu halaman rumah.

Lalu tetangga saya di seberang jalan depan rumah, adalah Mbak Lida. Meskipun umur kami terpaut sangat jauh, saya sering bermain ke rumahnya untuk melihat dia menyelesaikan tugas Pekerjaan Rumah. Hal ini memang menjadi kebiasaan aneh saya sejak kecil, mengamati seseorang yang lebih tua dari saya menyelesaikan Pekerjaan Rumahnya.

Setiap pagi Mbak Lida harus berangkat lebih awal karena harus menunggu angkutan umum di pasar untuk menuju sekolahnya. Saat itu dia sedang menempuh Sekolah Menengar Atas. Dari rumah dia diantar oleh kakaknya (Mbak Sus) menggunakan sepeda pancal menuju pasar di desa sebelah. Setelah itu akan ada angkutan umum mobil colt yang dia tumpangi untuk bisa sampai ke sekolahan. Letak sekolahannya di lain kecamatan desa kami. Setiap hari, dari Senin sampai Sabtu dia semangat untuk bersekolah.

Ketika sudah lulus akhirnya Mbak Lida merantau ke kota dan bekerja di sebuah supermarket menjadi Sales Promotion Girl. Memang betul, pantaslah dia cepat mendapat pekerjaan itu, dia bertubuh jenjang dan berwajah cantik. Saya bisa merasakan juga kepiawaiannya dalam menjelaskan sesuatu kepada saya yang masih kanak-kanak dengan sangat telaten ketika saya menanyakan perihal Pekerjaan Rumah yang sedang dirampungkannya. Tubuh yang proporsional,wajah yang cantik, ditambah dengan piawai dalam berkomunikasi, mungkin ketiga hal itu yang menunjang dia mendapat pekerjaan itu.

Dari Mbak Lida saya belajar bahwa segala hal harus diperjuangkan dengan gigih dan jangan mudah menyerah. Setiap kendala yang kita hadapi pasti ada jalan keluarnya, asalkan kita rida hati untuk bersabar.

Ah, masih banyak sekali kenangan masa kecil saya yang akan terlalu panjang jika harus saya ceritakan sekarang. Toh tidak akan ada habisnya jika kita menceritakan masa lalu.

Sekarang, Sandy sudah menjadi guru di salah satu Sekolah Menengah Atas di kota Malang. Alfan menjadi polisi yang gagah dan bersahaja. Panji terakhir saya dengar kabarnya sedang berkutat dengan kerajinan tangan, mengolah kayu menjadi alat-alat dapur. Buyung sudah menjadi bapak yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang bagi anaknya yang sekarang sudah berumur 1 tahun lebih. Mbak Khusnul pun menjadi ibu rumah tangga, bersuami seorang kepala toko swalayan tempat dulu dia bekerja. Mbak Sri kini menjadi ibu rumah tangga yang sangat suka merawat tanaman di pekarangan dan memelihara banyak unggas di rumahnya. Sedangkan Mbak Lida membangun rumah tangga harmonis dengan seorang sales juga.

Lalu, bagaiamana dengan orang yang menulis cerita ini?

9 thoughts on “Mengenang Masa Kecil

  1. Lalu, bagaiamana dengan orang yang menulis cerita ini?
    Tunggu di part selanjutnya😊😂
    Btw, tulisan ini membuatku kembali sekejap ke masa kanak-kanak juga. Termasuk bersawah2 ria untuk menangkap ikan itu😂

    Liked by 2 people

  2. Hai Ainin,

    Untuk seorang observer, kamu sudah pandai membuat tulisan dengan kalimat deskripsi. Hanya perlu membenahi beberapa kata/kalimat. Jangan terburu-buru menerbitkan pos sebelum melakukang swasunting.

    Beberapa hal yang perlu dikoreksi:
    1. Sandy adalah teman sekelas saya yang paling pintar, karena dia adalah satu-satunya pesaingku dalam kelas (ku pada kata ‘pesaingku’ membuat kalimat ini tidak konsisten. jika di awal menulis kata saya maka konsistenlah menggunakan kata itu)
    2. Ketika saya teringat kejadian di sawah bersama Sandy dan Alfan, saya juga teringat dengan teman saya yang bernama Panji. (Mengulangi kata ‘saya’. gunakan kalimat yang efektif)
    3. berasama (bersama)
    4. Meskipun tubuhnya lebih pendek dari saya sekitar 5 senti, saya akui bahwa dia punya tenaga yang lebih kuat ketimbang saya, karena tubuhnya yang atletis. (Mengulangi kata ‘saya’. gunakan kalimat yang efektif)
    5. Sampai-sampai dengan polosnya aku menceritakan keinginanku punya model rambut yang sama seperti dia. Akhirnya di hari minggu dia mengajak saya cukur di tempat langganannya. (konsistenlah menggunakan kata ‘aku’ atau ‘saya’ dalam bercerita. Pilih salah satu. Jangan menggabungkannya)
    6. Dimana (Di mana) // ingat prposisi, Ainin
    7. sayapun (saya pun)
    8. Mbak Khusunul (Mbak Khusnul)
    9. Dari balita saya banyak bermain dengan mereka terutama Mbak Khusunul karena umur kami hanya terpaut 2 tahun lebih tua dia. (bisa diperbaiki dengan kalimat ini ——– Dari balita, saya banyak bermain dengan mereka, terutama Mbak Khusnul. Usianya lebih tua 2 tahun dari saya)
    10. nimbrung (cetak miring)
    11. Akan tetapi mataku (jika di atas sudah menggunakan ‘saya’ maka seterusnya pakai itu juga/ — Akan tetapi mata saya)
    12. Lihat itu Mbak Sri sama Mbak Khusunul (khusnul)
    13. pancalmenuju (pancal menuju)
    14. dari senin sampai sabtu (dari Senin sampai Sabtu)
    15. Mbak Lida merantau ke kota kabupaten desa kami (bisa dijelaskan maksud dari ‘kota kabupaten desa’?)
    16. supermarket (cetak miring)
    17. menjelasakan (menjelaskan)

    Liked by 1 person

Comments are closed.