Entah Pahlawan yang Mana?

Kota New York siang ini diributkan dengan masalah besar. Sebuah lubang cacing besar berwarna hitam yang mengerikan menjadi pintu munculnya para makhluk aneh dari alam lain. Ternyata Loki pelakunya; lelaki dengan rambut gondrong yang bukan penghuni bumi, seketika para pribumi terkena ketimpangan sosial. Lalu datanglah sosok yang menamai diri mereka dengan The Avengers; sekelompok orang berkemampuan khusus untuk melawan kejahatan, dan seluruh kejahatan di New York dibumihanguskan. Khalayak umum langsung menganggap The Avengers sebagai Pahlawan.

Kurang-lebih seperti itu cerita dalam film The Avengers. Sosok pahlawan yang ditonjolkan di sana adalah pejuang yang membela tempat tinggalnya. Sudah pasti sosoknya gagah dan berani. Selaras dengan arti pahlawan dalam KBBI dan Wikipedia; Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.

Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Ir. Soekarno.

Lalu bagaimana saya mengartikan Pahlawan. Siapa pun bisa dianggap pahlawan. Dahulu ketika saya mendengar sosok Soekarno yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Seketika dia adalah pahlawan bagi saya.

Berjalannya waktu saya memahami sosok bapak yang berjuang mati-matian mensejahterakan keluarganya adalah pahlawan yang saya kagumi selanjutnya.

Lalu saya membaca buku “Gie dan Surat – Surat yang Tersembunyi”; buku seri tempo, sosok Gie begitu menjadi pahlawan bagi para mahasiswa yang menuntut perubahan atas otoritarianisme kepemimpinan Bung Karno. Walau akhirnya Gie sendiri kecewa ketika sistem yang diperjuangkan dan diharapkan lebih demokratis malah berubah menjadi pemerintahan otoriter lagi. Lalu sosok Bung Karno dimata saya bagaimana? Apa masih tetap pahlawan.

Rapat umum dan demonstrasi KAMI, KAPI dan KAPPI di Jakarta 1966.

Begitu pula sosok Letnan Jenderal TNI Ali Moertopo; yang berperan aktif pada masa orde baru. Dialah yang membuatkan jalan bagi kekuasaan Soeharto, yang bahkan menjadikan Soeharto seperti presiden kekal yang bisa memerintah sampai 32 tahun. Dimata para orang yang sejahtera pada zaman orde baru, sosok Soeharto sangat dijunjung tinggi sebagai pahlawan. Namun menurut saya tanpa Ali Moertopo dan operasi khususnya; membabat partai politik untuk membesarkan Golkar, menciptakan fobia pada Islam dengan merangkul kelompok Islam radikal. Soeharto mungkin tak akan bertahan lama sebagai presiden. Lalu di antara mereka siapa yang pahlawan. Seorang Soeharto sebagai pemimpin atau Seorang Ali Moertopo sebagai dalang kepemimpinannya.

Ali Moertopo dan kedekatannya dengan Soeharto

Semakin bingung saya memahami sosok pahlawan. Tiba-tiba saja saya menemukan satu buku seri redaksi tempo yang berjudul “Tan Malaka Bapak Republik yang Terlupakan”. Seorang lelaki rumit yang menulis kisahnya dari penjara ke penjara. Tulisan Tan yang berjudul “Naar de Republiek Indonesia” yang terbit pada tahun 1925 merupakan buku yang berisi tentang rancangan Republik Indonesia. Bukunya yang berjudul “Massa Actie” menjadi bacaan wajib bagi Soekarno dan Hatta. Buku itu terbit pada tahun 1926 lalu disambut penuh gairah oleh para nasionalis dan mengobarkan perlawanan pada kolonialisme. Sosok Tan Malaka sungguh memberikan arti perjuangan yang tidak sia-sia walaupun tak begitu dikenal sebagai pahlawan nasional.

Tan Malaka membaca karyanya Gerpolek

Dari sekian orang yang saya anggap sebagai pahlawan selalu saja menimbulkan pertanyaan. Mengapa mayoritas orang-orang selalu mati-matian membela pahlawannya. Entah karena jiwa pahlawan sudah melekat pada diri mereka sehingga tidak rela jika pahlawan idolanya berada di tingkat bawah dari pada orang lain.

Ketika Soekarno berada di tingkat tertinggi pada tatanan kenegaraan, lalu ada sebagian orang yang mengkritisinya karena kepemimpinan Soekarno yang mengarah ke otoriter dan membela komunisme. Orang-orang yang menganggap Soekarno sebagai pahlawannya menyalahkan habis-habisan perlawanan sebagian orang yang menurunkan Soekarno dari jabatannya.

Begitu pula kekejaman rezim Soeharto yang memerintah 32 tahun tak tergantikan. ketika benar-benar sudah tidak ada bau-bau kepemerintahan orde baru, para pemuja pahlawan Soeharto merindukannya. Bahkan mereka mempermasalahkan bahwa kehidupan tetap lebih enak pada zaman Soeharto.

Begitu pula seorang Tan Malaka yang jarang diketahui masyarakat Indonesia. Mungkin akan dibenci oleh masyarakat umum sepenuhnya karena paham komunisme yang Tan miliki. Sebaliknya para pengidola Tan mengkritisi terus-menerus pada indonesia yang tidak bisa berdiri tanpa kaki sendiri.

Perjalanan mengartikan kepahlawanan ini membuat saya berpikir bahwa sebaiknya saya membela diri saya terlebih dahulu lalu orang lain. Saya memang mengagumi mereka semua bahkan menganggap mereka sebagai pahlawan karena memang memiliki jasa terhadap negara saya. Walaupun dosa mereka mungkin juga banyak karena memperjuangkan idealisme mereka.

Untuk negara dan bangsa saya. Negara Indonesia mungkin tak akan sebesar ini tanpa sosok pahlawan yang kalian anggap atau mereka anggap.

Karena pahlawanku dan pahlawanmu adalah pahlawan yang sama-sama memperjuangkan negara yang sama. Yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yang berbeda mungkin sosok The Avengers yang ada di New York. Karena mereka memperjuangkan umat manusia. Jika memanglah ada dalam dunia nyata. Mungkin seharusnya mereka yang patut kita anggap sebagai pahlawan sepenuhnya. Membela umat manusia tanpa membandingkan ras. Namun jika ditarik garis yang sama seperti topik di atas. The Avengers juga akan menjadi kelompok yang dibenci bagi umat selain manusia yang mencari tempat tinggal. Namun sayangnya itu hanya cerita fiksi.

Advertisement

4 thoughts on “Entah Pahlawan yang Mana?

  1. Hai Aji

    Menemukan sosok pahlawan, mengartikannya dalam kehidupan atau membandingkan dengan sosok hero lain memang tidak mudah. Tantangannya terletak pada bagaiamana kita bisa merenung tentang ‘pahlawan’. Setiap member yang menuls tantangan ini memiliki sudut pandang yang beragam pula.

    Nice!

    Koreksi:
    1. di situ (di sana)
    2. Dimata (Di mata) // ingat preposisi
    3. di junjung (dijunjung)
    4. Begitu pula seorang Tan Malak (Begitu pula seorang Tan Malaka)
    5. Untuk gambar, posisikan di tengah (align center)

    Like

Comments are closed.