
Tiga gadis remaja menjalin persahabatan. Saat itu tahun 2006. Mereka satu kelas saat di kelas 8. Mereka bersekolah di sebuah SMP Negeri. Sekolahnya terletak bukan di kota besar dan bukan pula di desa. Mereka bersahabat namun tidak membentuk geng.
Sepulang sekolah, biasanya mereka bermain. Masih mengenakan seragam sekolah. Mereka bermain menggunakan sepeda. Permainan sederhana saja, yaitu bersepeda di kompleks perumahan
Ada 2 perumahan di belakang sekolah mereka. Di antara kedua perumahan itu ada jembatan kecil. Jembatan kecil tersebut menghubungkan dua kabupaten yang berbeda. Saat melewati jembatan itu, mereka merasa menyebrang ke negara lain. Itulah kebahagiaan ala anak kelas 8 SMP. Kebahagiaan yang sederhana. Tidak harus keliling dunia. Bersepeda di belakang sekolah saja sudah seperti berkeliling dunia.
Saat itu sedang awal adanya warnet. Mereka ingin mencoba bagaimana bermain internet lewat komputer. Mereka mampir di sebuah warnet. Dimulai dengan menekan tombol on pada billing, lalu mencoba mencari sesuatu di search engine. Mereka tertawa-tawa karena baru pertama kali tahu cara mencari di google search engine. Dikiranya bermain internet itu lucu.
Orang-orang di sekitanya tidak ada yang tertawa. Orang-orang serius dengan komputer dan koneksi internetnya masing-masing. Sedangkan tiga bersahabat itu masih takut-takut untuk menekan tombol-tombol pada keyboard. Mereka saling melemparkan giliran satu sama lain. Tidak berani menekan keyboard untuk pertama kali. Mereka malu-malu melihat kanan kiri.
“Kamu aja, kamu aja” kata salah satu dari mereka.
Akhirnya, salah satu dari mereka mencari tentang ‘rumah pondok indah’ di search engine. Lalu, menekan tombol enter. Setelah menemukan mereka tertawa lagi. Mereka masih heran bagaimana bisa hanya dengan mengetik sesuatu lalu muncul segala hal yang berkaitan dengan apa yang mereka ketikkan.
Setelah melihat-lihat berita dan gambar yang berkaitan dengan rumah pondok indah, mereka mengetik hal lain. Kali ini, mereka mengetik ‘uka-uka’. Ya, acara tersebut memang sedang tren saat itu. Hingga sakit perut mereka karena tertawa. Mereka menertawakan diri mereka yang malu karena baru pertama kali tahu internet.
Setelah puas, mereka pun pulang menggunakan sepedanya. Matanya berbinar, wajahnya ceria dan bahagia. Mereka masih terperangah dengan teknologi yang sedemikin maju. Yang dahulu tidak mereka temui saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Sungguh kebahagiaan yang sederhana ala gadis remaja di tahun 2006. Mungkin kebahagiaan yang langka bagi orang dewasa, karena remaja kadang tidak butuh hal yang berat-berat untuk tertawa. Kadang juga tidak terlalu butuh banyak biaya untuk bisa bahagia.
KETIK#10: Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak
Tidak semua remaja melakukan apa yang disebut oleh orang dewasa sebagai ‘kenakalan remaja’. Contohnya adalah tiga gadis remaja tersebut. Hal ini tentu ada di setiap zaman, bahkan zaman sekarang. Semoga kita bisa berprasangka baik kepada para remaja baik zaman dahulu maupun zaman sekarang. Tidak selayaknya orang dewasa melabel remaja dengan julukan-julukan yang kurang pantas. Setiap generasi pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. Sebaiknya, sebisa mungkin kita memberi contoh yang baik kepada mereka serta memberikan perhatian dan bantuan jika mereka membutuhkan.
Setelah menulis ini, sempat terfikirkan bagaimana jika Ikatan Kata memiliki beberapa member yang masih tergolong usia remaja. Pasti seru sekali ya.
Sekian KETIK#10 saya. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum
mirip ketika saya masih SD. pertama kali ke warnet yang dicari adalah gambar-gambar penampakan dan horor
LikeLike