Tiur baru saja masuk ke kamar mandi, ketika terdengar suara Togar, suaminya berteriak memanggil.
“Ma, Ma … Pak Asner meninggal!”
“Apanya Papa ini? Tak bisa pelan suaranya. Mama lagi di kamar mandi pun dipanggil-panggil.” Belum lagi jelas mendengar, Tiur sudah ngomel. “Eh, apa Papa bilang? Meninggal? Siapa?”
“Makanya Mama dengar dulu. Pak Asner meninggal. Ini Papa baru dapat kabar dari kawan.” sahut Togar sambil mengutak-atik gadgetnya dengan serius. “Tadinya Papa pikir hoax, rupanya memang betul. Di sosial media juga sudah ramai yang mengucapkan.” lanjutnya tanpa melepaskan pandangan dari gadget.
“Bah, Pak Asner meninggal? Pak Asner yang menang di pemilihan walikota kemarin?”
“Iya. Siapa lagi Pak Asner rupanya? Ya, bapak itulah.”
“Bah, koq bisa? Apa ada sakit sebelumnya?” tanya Tiur sambil bergegas mandi. Tak peduli lagi dia, apakah bersih atau tidak. Yang penting selesai mandi dulu. “Teringatnya, kenapa bisa persis seperti dulu ya? Rasanya, kenapa jadi ngeri begitu. Sampai 2 kali kota ini mengalami hal yang sama. Sudah menang, tinggal pelantikan eh, tak tahunya berpulang untuk selamanya.”
Togar tak menjawab lagi, sepertinya dia sudah asyik membaca status demi status di timeline media sosialnya.
Sekejap mata, Tiur sudah selesai mandi dan langsung berpakaian dengan buru-buru. Tak sabar rasanya ingin membaca sendiri beritanya. Kaget dan seolah tak percaya, itu yang dia rasakan.
Benar saja, begitu Tiur membuka media sosial, langsung diserbu dengan ucapan dan tautan terkait hal tersebut. Banyak yang mengucapkan turut berdukacita, namun banyak juga yang membuat status seperti yang dipikirkan Tiur, tentang kejadian sama yang terulang kembali. Namun cukup banyak juga yang membahas terkait sesuatu yang di luar logika.
Sebenarnya, semua juga sudah mengerti bahwa bagaimanapun kematian itu adalah rahasia Sang Pencipta. Termasuk Tiur, dia sangat mengerti terkait hal tersebut. Namun, yang membuat Tiur dan banyak orang lain menjadi berpikiran yang tidak-tidak adalah kejadian serupa 5 tahun yang lalu. Sama persis, tinggal menunggu tanggal pelantikan, dan tiba-tiba muncul kabar kalau kandidat pemenang telah berpulang untuk selamanya.
Ada duka yang dirasakan Tiur. Karena, walaupun dia tidak mengenal almarhum secara dekat, tetapi itu adalah kandidat yang dia pilih sewaktu Pilkada. Demikian juga dengan kandidat yang dia pilih 5 tahun yang lalu.
Membaca tanggapan demi tanggapan di media sosial, entah kenapa Tiur mendadak mual. Selama ini pun sebenarnya dia tidak terlalu tertarik lagi membaca status-status itu, namun kali ini dia dikalahkan rasa penasaran. Benar saja, membaca semuanya malah membuat semakin mumet dan tergiring ke opini yang tidak masuk akal. Sebelum semakin tenggelam, dia pun memutuskan menghentikan membaca. Sembari dalam hati berdoa untuk keluarga yang telah ditinggalkan almarhum, kiranya mereka diberi kekuatan. Tak lupa berdoa juga untuk kota tercinta, berharap semua tetap baik adanya.
03/02/2020
-Gassmom-
wajar menimbulkan tanda tanya karena pola kejadian. smg hanya kebetulan saja.
LikeLike
Semoga …
Sebenarnya, ada lagi yg mengaitkan ke suatu, tapi tak enak. Karena terkait sara.
Ditambah lagi katanya ada seseorang yg meramalkan sesuatu.
Tapi, semoga semua hanya kebetulan 😎
LikeLiked by 1 person
Semoga almarhum ditempatkan di sisi terbaik dengan Tuhan
koreksi:
“Bah, pak Asner meninggal? (“Bah, Pak Asner meninggal?)
“Iya. Siapa lagi pak Asner rupanya? (“Iya. Siapa lagi Pak Asner rupanya?)
di timeline media sosialnya. (setelah kalimat ini berikat satu spasi untuk alinea baru)
telah berpulang untuk selamanya. (setelah kalimat ini berikat satu spasi untuk alinea baru)
LikeLiked by 1 person
Terima kasih untuk krisannya.
Cuss, langsung perbaiki deh …
LikeLike