Ada Cinta di Balik Seorang Pahlawan

Penghujung Desember 2020 telah berlalu. Tahun baru telah mulai kita telusuri hari demi hari. Begitu pula 10 November 2020 telah lama terlewat. Tepi gelora dalam dada selalu membuncah untuk memperjuangkan apa yang sudah menjadi keyakinan.

Peringatan Hari Pahlawan setiap tahun selalu dimeriahkan dengan banyak cara. Namun tidak ada salahnya jika kembali menyelami kosa-kata untuk mendapatkan hikmah yang mendalam.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pahlawan mempunyai makna orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; dan juga biasa disebut hero. Lalu bagaimana dalam kamus hidupku, seorang rakyat biasa yang lahir jauh dari masa perjuangan melawan penjajahan?

Foto oleh Clement Falize di Unsplash

Ah, tidak ada bedanya apa yang sudah dimuat dalam KBBI. Aku hanya ingin merenungkan kausa awal mengapa seorang insan bisa disemati predikat pahlawan.

Jika dalam KBBI dikatakan bahwa pahlawan adalah pejuang yang gagah berani, maka setiap manusia yang lahir di muka bumi adalah pahlawan.

Bukankah setiap insan selalu punya hal yang ditakutkan, sehingga memutuskan diri memupuk keberanian untuk berjuang melawan ketakutannya?

Maka, siapapun orangnya adalah pahlawan, setidaknya bagi dirinya sendiri. Patut bagi kita mengucapkan selamat dan berterimakasih telah berjuang dalam hidup hingga titik ini—sampai mati.

Ada yang berjuang untuk kemapanan masa depan. Ada yang berjuang untuk orang-orang terkasih. Ada yang berjuang untuk kemaslahatan bersama. Dan ada banyak sekali alasan untuk berjuang dalam hidup yang seperti menaiki anak tangga ini. Berjuang bukan sekadar untuk menetap, namun untuk pergi ke ribaan Ilahi.

Akan tetapi KBBI memberi syarat bagi seseorang untuk bisa disebut pahlawan, yakni membela kebenaran. Sedangkan membela kebenaran aku lebih memilih mengartikannya sebagai usaha menjaga, memelihara, dan merawat dengan baik suatu kebenaran.

Adalah sebuah kebenaran jika seorang rakyat berjuang untuk tanah air tercintanya. Adalah sebuah kebenaran jika orang tua berjuang untuk anak-anak yang sangat mereka sayangi. Adalah sebuah kebenaran jika seorang guru berjuang mendidik muridnya yang kelak akan menjadi generasi penerusnya. Adalah sebuah kebenaran jika seseorang berjuang dalam hidupnya sesuai dengan tuntunan Ilahi.


Seorang rakyat berjuang berani mati melawan penjajah karena ia sangat mencintai tanah airnya agar anak cucunya kelak bisa hidup merdeka di tanah kelahirannya sendiri.

Kedua orang tua kita dengan gigih berjuang setiap hari hanya untuk memastikan bahwa anaknya hidup dengan lazim penuh cita-cita.

Betapa sangat menguras energi dan pikiran jika seorang guru berjuang untuk muridnya agar mereka memperoleh ilmu pengetahuan, meski terkadang ada di antaranya harus serbabisa dalam keterbatasan.

Begitu pula setiap insan yang berjuang dalam hidupnya, apapun peran dalam setiap waktunya, layak untuk mengucapkan selamat pada diri atas perjuangannya yang tak pernah kenal lelah. Meski terkadang seperti diombang-ambing ketidakpastian.

Atas dasar cinta perjuangan bermula. Atas dasar cinta pahlawan lahir di dunia. Iya, cinta.


Terimakasihku teruntuk Tuhan yang memelihara kehidupan yang sempurna. Dari Tuhan pula ‘cinta’ berasal. Dia kausa prima dari segala-galanya. Diutusnya para Nabi beserta kalam-kalam panutan-Nya.

Terimakasihku untuk ibu dan bapakku dan semua sosok orang tua di dunia yang fana ini. Selamat atas kegigihanmu menuntun kami sebagai anak hingga di titik ini. Seperti kacang yang tak pernah lupa kulitnya, kepadamu kami berpulang mengadu dada.

Terimakasihku untuk sesiapa saja yang telah menularkan nalar, atau sosok yang biasa dipanggil guru. Perjuanganmu masih panjang, begitupun perjuanganku. Bisa jadi kami adalah pengganti perjuanganmu bila usiamu telah diujung kerongkongan.

Terimakasih diri yang telah berani melawan segala ketakutan untuk tetap berjuang meski harus sering jatuh. Jika seribu kali jatuh, maka pastikan ada seribu satu kali kita bangkit. Begitu kata Tere Liye dalam Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

Terimakasih, cinta. Darimu segala daya dan upaya dikobarkan.


Ada gelora dalam dada setiap insan yang telah dibekali naluri dan akal sehat oleh Tuhan YME. Gelora itu adalah cinta. Di mana darinya segala perjuangan bermula.

Namun bagaimana jadinya jika cinta seseorang bisa melukai cinta seseorang yang lain?

Karena terlalu cinta dengan diri sendiri akhirnya seorang rakyat berani untuk lari dari medan perlagaan. Bahkan sebelum tandang ia sudah bersiasat untuk sembunyi hilangkan diri agar tetap selamat dan hidup seperti biasanya tanpa harus bertumpah darah. Lalu, apakah ia berhak disemati predikat sebagai pahlawan bagi dirinya sendiri?

Karena terlalu cinta dengan keluarga, khawatir jika keluarganya tidak hidup sejahtera. Segala cara dilakukan. Hingga berani mencederai amanah yang telah diembankan. Ada yang berani melukai harkat, martabat, hati, bahkan fisik orang lain, hanya untuk memastikan bahwa keluarganya bisa hidup sejahtera hingga tujuh turunan. Lalu apakah ia berhak disemati predikat sebagai pahlawan bagi keluarganya?


Pada akhirnya sebuah perenungan hanya berakhir pada ketakberdayaan. Bahwa segala hal pasti ada yang di luar batas kepahaman manusia. Hanya Tuhan Yang Maha Memahami segala sesuatunya, sebab Dia adalah pencipta dari segala-galanya.

Advertisement

11 thoughts on “Ada Cinta di Balik Seorang Pahlawan

  1. Semoga semua pahlawan yang hadir di dalam kehidupan kita diberikan pahala yang setimpal atas segala pengorbanan dan perjuangannya.

    Koreksi
    1. Jika angka ditulis di awal kalimat maka mesti dituliskan. Misal : Tiga puluh satu Desember tahun 2020 telah berlalu. // atau tambahkan kata di depannya // Misal : Tanggal 31 Desember 2020 telah berlalu.
    2. hari pahlawan (Hari Pahlawan)
    3. kosa kata (kosa-kata)
    4. diantaranya (di antaranya)
    5. serba bisa (serbabisa)
    6. Dimana (Di mana) // ingat PREPOSISI, Ainin

    Liked by 1 person

Comments are closed.