Melarikan Diri

Saya menulis karena,…

Melanjutkan kalimat di atas cukup rumit. Selama ini, setiap kali ditanya mengenai alasan mengapa saya menulis, jawaban saya selalu ini, “menulis adalah untuk terapi”. Titik.

Namun, semakin ke sini, saya melihat bahwa alasan saya untuk menulis pun berubah. Saya tidak merasa bahwa terapi adalah alasan mengapa saya menulis dan memublikasikan tulisan. Saya rasa, alasan yang paling tepat mengapa saya menulis adalah ini, melarikan diri.

Saya melarikan diri dari kesibukan yang mencekik setiap harinya. Saya melarikan diri dari tugas dan tanggung jawab yang harus saya bayar. Saya pun melarikan diri dari kenyataan-kenyataan pahit yang saya hadapi setiap detiknya. Jalan yang saya pilih sulit, dan pil yang saya minum terlalu pahit untuk ditelan secara langsung.

Menulis, membantu saya untuk melarikan diri dari apapun yang saya lakukan pada saat ini. Memberikan sedikit kelegaan untuk bisa bernafas dan melemaskan badan. Itulah menulis bagi saya.

Mencapai kesimpulan ini mudah. Pekerjaan saya selain menangani keluhan pasien adalah menulis laporan tindakan. Beberapa kali saya harus terlibat diskusi sengit dengan rekan kerja untuk menulis laporan ini, tapi itu bukanlah soal, itu hanya bumbu-bumbu harian yang tidak banyak bertahan lama. Hilang, lalu musnah.

Maklum, perang saat ini sudah berubah menjadi perang kata-kata. Meskipun pedang mengiris kalbu, tapi tidak akan menyebabkan mati. Sembuh saat itu juga karena mantra ini, “Musyawarah untuk mufakat”. Saya sendiri memang sudah bertekad untuk melepaskan diri dari apapun. Saya ingin bebas. Bebas dari rasa sakit hati karena kata-kata.

Menulis adalah kegiatan melarikan diri yang menyenangkan. Saya bisa lepas, menghilang atau menjadi orang lain sesuai keinginan saya, lalu kembali menemukan diri lagi di untaian-untaian kata yang berakhir pada tanda titik ini. Saya bisa menari-nari sesuka saya, berjongkok atau berlari kencang di ruang kosong putih yang menunggu untuk diberi warna. Saya menemukan kegembiraan dalam kegiatan tulis-menulis.

Menulis itu adalah kegiatan melarikan diri yang paling nyaman. Dalam beberapa bulan ini, saya sering diserang oleh berbagai macam gelombang emosi yang tidak terkira. Saya tumbang, tentu saja. Tapi, sebelum saya benar-benar tumbang, menulis berhasil menjadi peredam yang sangat baik. Sehingga ketika saya jatuh, rasa sakitnya tidak seberapa. Menulis, menjadi kanal untuk menyalurkan rasa frustasi, rasa marah, dan masih banyak lagi. It’s works!

Lalu setiap selesai menulis, pada akhir tulisan, saya terbiasa untuk menyematkan kalimat ini, “semoga tulisan ini bermanfaat”. Kalimat ini adalah doa, dan juga cara saya untuk memberikan silih atas dosa-dosa saya. Saya sadar betul dengan kekuatan sebuah tulisan. Dua sisinya sangat tajam, dan sangat bisa membunuh jika diinginkan. Jika tulisan yang saya terbitkan memberikan buah kebaikan bagi pembacanya, maka selamatlah saya. Tapi, jika bekerja sebaliknya maka saya harap doa saya menyentuh pintu surga.

So, that’s it! Menulis adalah untuk alasan ini, melarikan diri.

Mungkin tidak masalah kalau saya sedikit menambahkan alasan lainnya. Menulis adalah kegiatan untuk melarikan diri, untuk menyelamatkan diri saya sendiri.

Semangat menulis! dan semoga tulisan ini bermanfaat.

Advertisement

25 thoughts on “Melarikan Diri

  1. Terapi, menyelamatkan diri, melarikan diri. 3 alasan yang mirip sebenarnya, mbak. 😀
    Mungkin kalau ditarik irisan dari banyak alasan menulis orang-orang yang suka menulis, ketiganya sedikit atau banyak ada di dalamnya.

    selamat malam, mbak Ayu. 😀

    Liked by 2 people

    1. Wah, begitu rupanya ya Mas. Saya tidak sadar kalau ketiganya mirip,mungkin saya sadar kalau ketiganya saling berkaitan dan menolak untuk menyatakan bahwa ketiganya terhubung satu dengan yang lainnya haaa

      Mas juga demikian?

      Selamat pagi, saya baru membuka pesan ini di pagi hari hee

      Liked by 1 person

  2. bagus kak, tulisannya
    profesi yang mulia: menangani keluhan pasien dan menulis laporan tindakan
    saya juga mengalami hal itu, bukan sebagai yg menangani tapi sebagai yg menyampaikan keluhan. hehe
    tetap sabar dan semangat ya kak 🙂

    Liked by 2 people

  3. Keren kak ☺ menulis punya arti tersendiri bagi setiap orang yaa.

    Itu yang bagian “ingin melepaskan diri dari rasa sakit” menarik banget buat digali ya kak.

    Karena aku pikir diriku perlu tahu soal itu

    Liked by 1 person

    1. Terima kasih, Mbak Rahmadina.

      Ya, saya setuju bahwa menulis memiliki arti penting yang sifatnya personal.

      Wah, Mbak menyasar topik yang sangat menarik untuk kita diskusikan bersama, Mbak. Bagi saya, ya! kegiatan menulis mampu membantu saya berhadapan dengan rasa sakit (fisik) yang spesifik, dan juga sakit yang sifatnya emosional.

      Liked by 1 person

    1. Hi, an Elvish!

      Menulis itu bisa diumpamakan sebagai kegiatan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Ketika komunikasi ini terjadi atau jalan, jangan tunda untuk tidak menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ambil pena atau buka gadget, dan segera tulis!

      Buku itu adalah salah satu sumber dialog. Selain buku, interaksi yang kuat dengan orang lain dan ditambah dengan sifat reflektif akan sangat membantu menggerakkan jari-jari ini untuk menulis.

      Semoga membantu ya, good luck!

      Liked by 1 person

  4. Alasan ‘melarikan diri; hampir mirip denganku, Ayu. Kalau untukk menulis adalah seperti masuk ke dunia lain.

    Pada kalimat, “cara saya untuk memberikan silih atas dosa-dosa saya,” seperti ada satu kata yang kurang setelah kata ‘silih’.

    Dari KBBI, silih/si·lih/ 1 v saling; 2 ganti; tukar; 3 n Ling a konstituen yang tidak ditentukan atau tidak terdapat dalam struktur dasar, diperlukan untuk menjelaskan suatu derivasi; b unsur tidak bermakna yang mempunyai fungsi sintaksis, tetapi tidak mempunyai fungsi semantis;

    Contoh penggunaan :
    — silih asah : saling menajamkan pikiran; saling mengingatkan;
    — silih asih : saling mengasihi;
    — silih asuh : saling mengasuh; saling membimbing;
    — silih berganti : bergantian; bergiliran (satu per satu); bertukar-tukar;
    — silih ganti : saling berganti (berbalas);
    — silih mata : sesuatu yang dipakai untuk pandangan (pamer) saja (seperti memberi maskawin banyak, tetapi akhirnya dikembalikan);
    — silih sambut : silih ganti;
    — silih semilih : ganti-berganti; berturut-turut ganti-berganti;

    Liked by 1 person

    1. Humm..menarik karena banyak orang yang relate dengan tujuan menulis seperti ini ya, Kak.

      Terima kasih banyak informasi mengenai “Silih”, Kak. Saya menggunakan kata silih hampir setiap hari, Kak haaa. Baru tahu kalau ada padanannya, seperti silih asah, silih asih dan asuh dst.

      Like

      1. Sajak itu juga bagian dari curahan hati (curhat) menurut saya, Mas. Saya pun sering menguraikan rasa melalui sajak. Misterius, kadang hanya saya yang paham maksud sebenarnya dan orang lain menebaknya.

        Like

Comments are closed.