Tetaplah Tinggal di Rumah Ingatan

Inspirasi satu kata yang kuambil kali ini adalah rumah. Aku teringat pernah menuliskan puisi dengan judul Tetaplah Tinggal di Rumah Ingatan yang sekaligus kujadikan judul antologi puisi. Bagiku puisi adalah rumah, puisi adalah ingatan. Mengingat rumah berarti juga mengingat puisi, mengingat puisi juga mengingat rumah. Tetaplah tinggal di tempat yang paling nyaman yaitu di rumah. Rumah bagi puisi adalah ingatan. Maka jadilah antologi sederhana, Tetaplah Tingal di Rumah Ingatan.

Penyusunan antologi puisi kali ini merupakan rentetan peristiwa yang tidak saling berkesinambungan. Meskipun demikian kucoba menyusunnya berdasarkan urutan waktu dalam menggoreskannya. Ketika menuliskan satu dua puisi tak terbersit kalau kemudian nanti akan segera menjadi sebuah kumpulan. Awalnya memang tidak yakin dalam jangka waktu satu tahun setelah antologi puisi yang kedua akan bisa menyusul antologi yang ketiga. Belajar dari rentang pertama menuju kedua yang melewatkan waktu hampir sepuluh tahun. Masih ada juga beberapa komunitas yang menawarkan antologi bersama. Tak terpikirkan ada stok dari mana. Ikut sana juga, menyiapkan sendiri pula.

Puji syukur alhamdulillah, atas kuasa Allah swt yang memberikan kemurahan kepada hamba-Nya, memberikan kemampuan memunguti kosa kata yang berserak dirangkai menjadi puisi. Menelaah musim, merenungi alam sekitar, menggelembungnya kerinduan akan keadaan yang lebih baik. Rindu pada kampung halaman memberikan nafas untuk mewedarkan dalam goresan entah bisa disebut puisi atau tidak. Berkuasa memberikan kemudahan mendapatkan ilham dari kejadian-kejadian keseharian, yang kualami, kulihat, juga beberapa yang kubaca teks maupun non teksnya.

Karena tidak dipersiapkan dari awal, tak dirancang terlebih dahulu, maka dari segi tema repot juga jika harus ditarik, ditemukan untaian benang merahnya. Ini hanyalah sekumpulan kata-kata yang dicoba untuk ditata. Dikumpulkan dalam satu bundelan. Tak ada pola pasti yang kujadikan paugeran. Panjang pendeknya atau jumlah alinea tak pernah kuperhatikan. Apalagi rima, yang kadang membuat indah saat dibaca, kalaupun ada, itu hanya kebetulan semata.

Keresahan hatilah yang kemudian mendonimasi. Keresahan yang terpikirkan bisa diwujudkan menjadi kata-kata, yang mungkin sebagian besar terasa muram. Ada yang berproses begitu mendalam bahkan kemudian gagal tak jadi dituliskan. Ada pula yang spontan dalam sekali duduk menjadi sebuah puisi.

Advertisement

6 thoughts on “Tetaplah Tinggal di Rumah Ingatan

Comments are closed.