
Assalamu’alaikum. Selamat pagi, teman-teman. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. Nah, di ketik4 ini saya menulis tentang Nostalgia Buku Fiksi. Nostalgia, karena mengenang peristiwa di masa lalu. Saya memilih kata “buku fiksi”, karena sebagian dari yang saya baca itu ada yang berupa novel, roman, dan kumpulan cerpen. Jadi, tidak semuanya berupa novel. Maka, saya menggunakan kata “buku”. Nostalgia kali ini akan memaparkan buku fiksi apa saja yang pernah saya baca. Saya tuliskan 7 buku saja ya. Saya menulis 7 poin karena terinspirasi oleh blog Kak Fahmi Ishfah, di mana ada artikel yang serba 7. Isi pembahasan Ketik4 ini adalah tentang kapan saya membaca buku itu, bagaimana perasaan saya saat membaca buku itu, dan dari mana saya mendapatnya buku itu. Jadi, bukan tentang resensi isinya ya, teman-teman. Saya membahasnya berdasarkan urutan kronologis ya, biar lebih mudah. Sebenarnya, ada lebih dari 7 buku sih, tapi saya pilih yang paling berkesan saja ya, teman-teman. Baiklah, kita mulai ya. Inilah 7 buku fiksi yang pernah saya baca:
- Heart

Inilah buku fiksi berupa novel pertama yang saya baca. Saya membacanya saat SMP Kelas 7. Waktu itu sedang trend-nya film dan lagu My Heart. Saat itu, saya tinggal di pondok. Saya meminjam buku ini dari teman se-pondok saya. Beberapa teman saya suka membaca novel. Mereka meminjam dari perpustakaan sekolahnya. Kesan saya saat membaca buku ini sangat senang, karena saya baru pertama kalinya membaca novel. Saya jadi tahu novel itu seperti apa. Ternyata, isi novel lebih mudah dicerna daripada buku pelajaran. Hehe. Novel Heart karya Ninit Yunita yang tidak terlalu tebal ini, membuat saya bisa menyelesaikannya dengan cepat. Saya juga bisa memahami isinya dengan baik karena kata-katanya mudah dipahami, alurnya mudah dan karena merupakan novel zaman sekarang ya.
2. Laskar Pelangi

Saat SMP kelas 9, bapak saya mendapatkan hadiah Novel Laskar Pelangi dari sebuah seminar. Setelah bapak saya membaca sebagian, lalu saya membacanya. Itulah pertama kalinya saya membaca novel milik sendiri (tidak pinjam di perpustakaan). Saya sangat tertarik saat membaca Laskar Pelangi. Banyak kata-kata yang tidak mudah saya pahami saat itu, namun saya sangat terkesan. Saya mendapatkan banyak kosakata baru dari novel itu. Saking senangnya, saya membacanya 3 kali berturut-turut. Saya juga sampai terngiang-ngiang dengan dialog-dialog dan kata-kata di novel itu. Saya bilang ke teman-teman saya bahwa novel ini sangat bagus. Saya ingin meminjamkan novel itu ke sebanyak-banyaknya teman.
3. Azab dan Sengsara

Saat SMA kelas X, saya mulai tertarik dengan buku-buku sastra. Awalnya, karena ada tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk menganalisis buku fiksi. Saya memilih Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar. Saya meminjamnya di perpustakaan sekolah. Saya tertarik sekali dengan tata bahasa dan gaya bahasanya, karena sangat berbeda dengan novel-novel zaman sekarang. Meskipun agak sulit memahami gaya bahasanya, namun, justru saya merasa tertantang untuk memahami roman tersebut. Saya serasa menyelam ke dalam kehidupan masyarakat di tahun 1920-an. Mencerna kalimat-kalimat Melayu Lama sangat menantang bagi saya. Ada banyak kata-kata Bahasa Melayu Lama, seperti syahdan, syak hati, masygul, dan lain-lain. Roman Azab dan Sengsara ini merupakan buku fiksi lama pertama yang saya baca.
4. Jalan Menikung Para Priyayi 2

Setelah saya menyelesaikan tugas analisis Roman Azab dan Sengsara, saya semakin tertarik dan ingin membaca banyak karya sastra lama. Saya meminjam Novel Jalan Menikung Para Priyayi 2. Novel ini lebih kekinian karena diterbitkan pada tahun 1999. Jadi, lebih mudah untuk memahami bahasanya dibandingkan buku sebelumnya. Saya meminjam novel ini dari perpustakaan sekolah saya.
5. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Rasa penasaran saya terhadap buku-buku fiksi lama masih saja ada. Saya meminjam lagi di perpustakaan buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Saya begitu takjub dengan buku ini. Buku ini adalah karya satra angkatan ‘45. Di buku ini ada macam-macam jenis bacaan, ada dialog, ada juga cerpen. Saya agak kesulitan memahami buku ini terutama di bagian dialog. Setelah saya baca dengan seksama akhirnya saya bisa paham. Nah, di dalam buku ini ada satu bacaan yang sangat saya ingat sampai sekarang, yaitu cepen dengan judul “Kisah Sebuah Celana Pendek”. Cerpen tersebut menceritakan seorang opas yang malang. Belakangan, saya mencari cerpen itu di internet, saya membacanya lagi, dan saya jadi teringat masa-masa saat saya membaca cerpen itu saat SMA.
6. Gadis Pantai

Pada saat kuliah, ada seorang dosen yang menyarankan untuk membaca Novel Bumi Manusia. Kata beliau, Novel Bumi Manusia selain novel juga bisa membuat kita belajar sejarah. Berdasarkan saran Bu Dosen dan juga rasa penasaran terhadap karya-karya Pramudya Ananta Toer, saya pergi ke sebuah toko buku untuk membeli Novel Bumi Manusia. Ternyata, Novel Bumi Manusia tidak ada di toko buku tersebut. Buku karya beliau yang ada di toko buku itu hanya Roman Gadis Pantai. Baiklah, tak apa. Saya membeli Roman Gadis Pantai. Saya baru membacanya setahun kemudian. Gadis Pantai merupakan karya sastra lama, yaitu angkatan 1950-1960-an, jadi, saya juga membaca pelan-pelan untuk memahaminya. Roman ini sebenarnya merupakan trilogi, namun kelanjutannya sudah tidak ada lagi. Jadi, cerita selanjutnya bener-benar membuat penasaran.
7. Atheis

Novel ini saya baca pada tahun 2018. Saya meminjamnya dari Perpustakaan Kabupaten Mojokerto. Sudah lama sekali saya tidak membaca novel, kemudian muncul keinginan untuk membaca novel lagi. Saat itu pilihan saya arahkan pada novel ini. Membaca judulnya saja, saya jadi sangat penasaran dengan isinya. Saat membaca, saya menikmati sekali karena sudah lama tidak membaca karya sastra lama. Setelah membaca ini, saya ingin membaca buku fiksi lagi, namun belum kesampaian sampai sekarang.
Nah, itulah tadi 7 buku fiksi yang pernah saya baca. Sebagian besar merupakan karya sastra lama. Ya, saya memang suka dengan karya sastra lama. Sebenarnya saya ingin membaca karya sastra lama, angkatan ‘20, angkatan ‘45 dan angkatan ‘60 lagi. Semoga setelah ini saya bisa membaca karya sastra lama lagi. Dengan membaca karya sastra dari berbagai zaman, saya jadi tahu gaya bahasa masing-masing zaman/era.
Bagaimana dengan teman-teman sekalian? Buku fiksi apa saja yang pernah kalian baca? Apa perasaan kalian saat membaca buku itu? Dari mana kalian mendapatkan buku itu? Apakah ada kenangan khusus dengan buku itu? Apakah kalian juga pernah membaca 7 buku yang disebutkan di atas? Boleh dong, saling berbagi pengalaman. Silakan ditulis di kolom comment ya.
Terima kasih sudah membaca tulisan ini. Salam bahagia. Wassalamu’alaikum.
salut! Bacaannya karya-karya sastra! Saya aja blm bs baca bukunya Pram 😛
LikeLike
Terima kasih, kak. Ayo dibaca kak kalau begitu 🙂
LikeLike
hihi, Bu Dian dipanggil ‘kakak’ lagi nih
awet muda ya, Bu
LikeLike
ya, dari fotonya masih terlihat muda
LikeLiked by 1 person
buku-bukunya keren, sastra berkelas.Baru sebagian yang telah kubaca
LikeLike
yang apa saja, kak?
LikeLiked by 1 person
yg sastra lama
LikeLiked by 1 person
Wah, ternyata ada yang terinspirasi dari pos Seven Views di blog Ishfah Seven.
Dar daftar ini, baru buku Laskar Pelangi yang saya baca.
KOREKSI:
1. kesemuanya (semuanya)
2. dimana (di mana)
3. darimana (dari mana)
4. dll (dan lain-lain)
NOTE :
– Posisi gambar atur align center ya
– Pelajari penggunaan kalimat efektif (pada pos ini banyak sekali pengulangan kata saya)
LikeLike
Baik, terima kasih atas koreksinya, kak.
LikeLiked by 1 person
sudah diperbaiki 🙂
LikeLiked by 1 person