Kawan-kawan Rukka

Jika memikirkan tentang orang terdekat, hal pertama yang terlintas di pikiran saya tentunya keluarga. Tetapi untuk tantangan KETIK 7 ini, saya memilih untuk mendeskripsikan teman seperjuangan saya selama hidup sebagai mahasiswa perantauan di Makassar. Tujuh orang ini merupakan orang terdekat saya di kost. Kami menetap bersama dalam satu tempat yaitu di Pondok Al-Munawarah dengan kamar yang berbeda.

Masing-masing dari kami juga berasal dari daerah yang berbeda-beda. Namanya juga anak rantau, kebanyakan mahasiswa di Makassar datang dari berbagai daerah. Seperti halnya dengan teman-teman saya ini. Mereka ada yang berasal dari Bone, Bulukumba, Barru, Wajo, Mamaju, dan Mamasa. Sehingga berbagai aksen khas dari daerah masing-masing bercampur ketika sedang berbincang.

Sebagian dari kalian yang membaca ini mungkin bertanya-tanya apa sih itu Rukka? Rukka merupakan bahasa Bugis yang artinya ribut. Kami sangat heboh jika berkumpul bersama. Ributnya luar biasa kalau sudah berkumpul. Untungnya bapak kost tidak pernah mengusir kami. Wkwkwk. Kebiasaan kita ketika pulang dari kampus yaitu berkumpul ke kamar salah satu di antara kami berdelapan. Di ruangan tersebut kami saling curhat menceritakan masing-masing kejadian yang dialami di kampus. Bahkan kita sering mengisi waktu nonton film bersama ala bioskop.  Bagi saya mereka adalah salah satu obat paling ampuh jika sedang mengalami masalah. Bersama mereka saya bisa menjadi diri sendiri.

Kami semua beranggotakan perempuan. Tentu saja semua perempuan karena kost yang kami tempati hanya untuk mahasiswa perempuan saja.

Setelah membaca tantangan KETIK 7 ini, saya tertarik untuk mendeskripsikan anak-anak heboh ini. Saya bahkan menghitungnya dengan jari tangan, memastikan genap tujuh orang. Dan ternyata, pas sekali! Tujuh orang ini akan menjadi bahan tulisan saya untuk tantangan KETIK 7 ini.

Berikut ini adalah deskripsi orang-orang terkocak yang saya temui selama hidup sebagai mahasiswa rantau. Let’s check this out!

Warda

Orang pertama yang saya deskripsikan yaitu Warda. Berkat dialah saya bisa bertemu dengan anak-anak kocak ini. Dialah yang merekomendasikan saya untuk ngekost di Pondok Al-Munawarah. Saya lebih dulu kenal dengan Warda dibandingkan dengan anak-anak lainnya.  Saya memang satu sekolah sewaktu SMA, tetapi saya baru akrab dengannya ketika kuliah. Kami satu universitas sekaligus satu kost. Warda memiliki postur tubuh normal dengan tinggi 157 cm. Ia sering bepergian dengan gaya hijab menutupi dada dengan warna peach andalannya. Suaranya cempreng saat berbicara apalagi jika bernada tinggi. Berdarah Bulukumba dan Wajo, gaya bahasa dominan Bulukumba. Warda dikenal dengan sifat pelupanya yang luar biasa. Selain itu saya kadang takjub dengan kemampuan tidurnya di luar batas normal manusia. Bayangkan saja ia bisa tidur sehari 24 jam tanpa bangun sekalipun. Macam beruang kutub saja hahaha. Walaupun begitu, ia seseorang yang gemar bersosialisasi. Oleh karena itu, ia aktif berorganisasi baik itu internal maupun eksternal kampus. Sehingga kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain sangat bagus.

Juwita

Perempuan yang satu ini juga umurnya sepantaran dengan saya dan Warda. Juwita memiliki warna kulit kuning langsat. Orangnya suka bergaul, punya kepercayaan diri yang tinggi, santuy, plus dia itu bucin. Ia paling suka dengan hijau army, karena sejak kecil hingga sekarang tergila-gila dengan tentara. Ditambah lagi pacarnya yang juga seorang tentara. Saking sukanya dengan profesi tentara, ia tidak bosan-bosannya menonton drama Korea Decendants Of The Sun hingga 11 kali. Berulang-ulang sampai hafal semua scene setiap episode. Juwita ini salah satu yang paling ribut di antara kami, kalau ia berbicara suaranya tidak bisa dikontrol.  Padahal jarak orang yang ia ajak bercakap sangatlah dekat, hanya beberapa sentimeter. Belum lagi jika berteriak, suaranya cukup menggelegar. Awal saya bertemu dengannya tentu saja saya kaget minta ampun akibat suaranya yang keras. Ia asli Bulukumba, sekeluarga dengan Warda. Ia suka sekali jika dipanggil dengan sebutan Bu Persit. Semoga cita-citamu jadi istri tentara tercapai ya, Juwi. Hahaha!

Najma

Saya biasa memanggilnya Naje. Pertama akrab dengan Najma itu gara-gara bahas K-Pop (waktu itu saya termasuk Kpopers, sekarang udah pensiun wkwk). Di kost ia paling betah tinggal di kamarnya berjam-jam. Selain itu, kebiasaan tidurnya seperti kelelawar. Hobi begadang tiap hari, waktu tidurnya sekitar jam 6 pagi. Walaupun ia begadang bukan karena tugas kuliah. Kebalikan dari Juwita yang cerewet, Najma ini lumayan kalem dari Juwita. Ia juga asli Bugis, saya selalu luwes berbicara bahasa Bugis dengannya. Ia juga paling paham soal IT diantara kami berdelapan, walaupun jurusan yang ia tekuni Pendidikan Bahasa Arab.  Ia tertarik dengan hal yang berbau IT seperti aplikasi, bahasa pemograman, dan semacamnya. Sangat suka belajar bahasa seperti Inggris, Arab, Jerman, Prancis, dan Korea. Soal IT dan Bahasa, saya sering berdiskusi mengenai itu dengannya. Apalagi saya pernah join komunitas bahasa yang sama dengannya di kampus. Kita sama-sama tertarik dengan bahasa Prancis dan Jerman. Selain itu, yang paling saya suka adalah ia juga penikmat film. La Boum, tahun lalu saya dan Najma ingin sekali menonton film ini. Film ini salah satu film Prancis yang hits pada masa 80-an. Awalnya sih karena dengar soundtracknya yang terdengar enak di telinga. Kami bahkan sering menyanyikan soundtracknya yang berjudul Reality.

Dreams are my reality

The only kind of real fantasy

Illusions are a common thing

I try to live in dreams

It seems as if it’s meant to be

Ade

Ini nih dia yang paling rukka diantara kami. Ade ini umurnya sepantaran dengan Najma. Asalnya dari Mamuju. Ia orangnya mudah bergaul, lucu, dan paling khas adalah suaranya yang keras minta ampun apalagi kalau tertawa. Perawakannya kurus dan terlihat kecil tapi imut, tingginya sekitar 152 cm. Ia tidak pernah lepas dengan kacamatanya. Kamarnya bersebelahan dengan saya. Srhingga ia sering mengetuk dinding kamar saya sambil teriak-teriak.

“Kak Nuruuuuuul! Ada ki di kamar ta? Mintaka nasi ta kak nuruuuuul!”. Ini salah satu contoh teriakan Ade saat ia meminta nasi, jika tidak sempat masak karena sibuk kerja tugas.

Tentu saja bikin kaget. Apalagi kalau sudah tengah malam ia tiba-tiba gebuk-gebukin dinding saya sambil teriak. Sebenarnya bukan hanya dia yang seperti itu. Saya juga. Kami biasa saling mengetuk dinding kamar sambil berteriak tidak jelas. Hahaha. Selain itu, Ade adalah teman asik saat hangout ke acara festival. Sebelum corona melanda, kami sering sekali berkunjung ke festival. Favorit kami yaitu Festival F8 Makassar dan Makassar International Writers Festival. Ah, rindu ke festival lagi. Dear Corona, please go away!

Nah, kamar Ade inilah yang menjadi bioskop sederhana buatan kami. Sebab hanya dia yang punya TV. Oleh karena itu, kamarnya selalu jadi titik kumpul untuk nonton bersama.

Rifka

Si Polos Ikka. Saya memanggilnya Ikka. Seangkatan juga dengan Najma dan Ade. Ikka ini orangnya kalem, sabar, dan lucu. Dia juga itu anaknya polos sekali. Sifat polos itulah yang menjadi ciri khasnya. Ketika kita berdelapan sedang bercerita atau membahas sesuatu, dia yang paling lamban mengerti. Ia sangat suka K-Pop, Anime, dan nonton drama Asia (China, Korea, Thailand).

Ia paling sibuk dengan kehidupan perkuliahannya. Ia mengambil jurusan Pendidikan Biologi. Dominan tugas-tugasnya berupa laporan yang ditulis tangan. Apalagi dengan lembar kertas yang banyak sekali. Ia juga paling lama tinggal di kampus. Sebab waktu kuliahnya biasa dari jam 6 pagi sampai menjelang maghrib. Lalu pulang lagi bukannya istirahat, malah lanjut mengerjakan laporan. Teringat dua tahun yang lalu, waktu itu ia masih semester dua. Waktu itu, di daerah kost kami sering sekali terjadi pemadaman lampu. Hal itu membuat mahasiswa UINAM resah, apalagi Ikka dengan tumpukan tugas yang tidak ada habis-habisnya. Malam itu, Ikka sempat nangis karena laporannya belum selesai. Karena tidak tega. Saya, Warda, dan Juwi sebagai kakak mencoba mencari solusi. Tengah malam kita bertiga cari lilin yang juga ditemani kakak penjaga kost, Kak Mukhtar.

Indar

Indar ini orang asli Mamasa. Dia orangnya kocak, gaul, dan bucin seperti Juwita. Ia dulu bersekolah pesantren di Jakarta. Kemudian kuliahnya di Makassar. Gaya berbicaranya ala orang Jakarta bercampur dengan aksen Makassar. Perawakannya tinggi dan kurus. Ia jago bermain volley. Dia ini paling banyak bicaranya, apalagi kalau berbicara dengan rima yang cepat. Kadang pusing mendengarnya. Walaupun begitu, tak ada Indar tak akan ramai.

Satu hal yang jadi impian Indar adalah ingin bersuami orang Bugis. Entah apa alasannya. Ia bahkan sering belajar berbahasa Bugis dengan saya ataupun Najma. Lagu-lagu daerah Bugis terdengar bagus di telinganya, makanya beberapa lagu sampai ia hafal. Kalah sama saya yang asli Bugis. Hahahaha.

Nanda

Bu Bhayangkari. Hampir sama dengan Juwita yang tergila-gila dengan tentara. Nanda sendiri menyukai profesi polisi. Ia juga sangat senang dipanggil dengan sebutan Bu Bhayangkari. Nanda ini juga asli Bugis. Orangnya sangat fashionable, cantik dan lucu. Satu kebiasaan yang tidak pernah lepas dari Nanda yaitu keseringan bergosip. Setiap bertemu pasti selalu memulai untuk bergosip. Salah satu contoh netizen +62 nih. Haha.

Finally! Tantangan KETIK 7 ini selesai.

Demikianlah deskripsi tujuh orang terdekat saya. Beruntung bisa mengenal dan menghabiskan masa-masa kuliah bersama mereka.

Advertisement

One thought on “Kawan-kawan Rukka

  1. Koreksi:
    1. Kawan-Kawan Rukka (Kawan-kawan Rukka)
    2. dipikiran (di pikiran)
    3. diantara (di antara)
    4. menceritakan masing-masing yang dialami (menceritakan masing-masing kejadian yang dialami)
    5. Bahkan kita sering mengisi waktu nonton film bersama ala bioskop gitu (Bahkan kita sering mengisi waktu nonton film bersama ala bioskop)
    6.   Bag saya (Bagi saya) // hapus satu spasi di awal
    7. Bersama mereka saya bisa jadi diri sendiri. (Bersama mereka saya bisa menjadi diri sendiri.)
    8. dibanding (dibandingkan)
    9. santuy, bucin (cetak miring)
    10. plus (cetak miring)
    11. diantara (di antara)
    12. hanya beberapa cm (hanya beberapa sentimeter)
    13. diantara (di antara)
    14. diantara (di antara)
    15. ketawa (tertawa)
    16. karena sibuk kerja tugas (karena sibuk mengerjakan tugas)
    17. korona (corona)
    18. diantara (di antara) // sudah berapa kali nih kata ini muncul
    19. kami berdelapan (kami) // tidak perlu menyebutkan ‘berdelapan’. Sudah diwakili oleh kata ‘kami’.
    20. diantara (di antara)
    21. kita berdelapan (kita)
    22. diantara kami berdelapan // lihat koreksi sebelumnya
    23. lanjut kerja laporan (lanjut mengerjakan laporan)
    24.  Teringat dua (hapus satu spasi di awal)
    25. volly (voli) // atau volley (cetak miring)

    Liked by 1 person

Comments are closed.