Puisi Satu Kata| Rumah

pic: pixabay.com

kembalilah ke rumah, Sayang
obati lelahmu
dengan  secangkir teh hangat dan koran baru
yang selalu menemanimu di beranda
di pagi hari yang merekah

ingatlah, Sayang!
tentang mimpi kita dulu
saat tinggal di rumah sewa
yang setiap hari dijatah airnya
sejak itu
kamu rajin melukis rumah kita di atas awan
dengan perabotan dan taman yang kita susun
dengan crayon warna-warni
dan matahari yang kamu goreskan di atas gentengnya
dan ranting-ranting pohon yang menahan sebagian sinarnya

ingatkah, Sayang?
ketika kita memimpikan surga
di saat-saat bersama di rumah kontrakan
kamu bisikan kata indah di perutku yang buncit
“Nak, Ayah sedang melukis surga untukmu. Untuk kita.”

dan Tuhan pun mendengar bisikan kita
lalu ditiup-Nya lukisan itu
diturunkan potongan surga ke bumi
untuk kita

rindukanlah selalu, Sayang!
setiap kali kamu lelah dan hampa
di antara deru mesin kehidupan
yang menyesakkan dada
yang melenakan hati dan pikiran
yang pernah membuatmu nyaris putus asa

walau hanya bilik bambu
pagar rumah kita
tanpa anyelir tanpa melati
hanya janda bolong tumbuh di pot baru
yang kamu beli kemarin pagi
tetap jadikan ia surga

tetaplah merasa di surga, Sayang
sebab surga tak perlu kamu cari ke mana-mana
ia ada di rumah kita
sendiri

 

Ciracas, 4 Desember 2020

Advertisement

6 thoughts on “Puisi Satu Kata| Rumah

  1. walau hanya bilik bambu
    pagar rumah kita
    tanpa anyelir tanpa melati
    hanya janda bolong tumbuh di pot baru
    yang kamu beli kemarin pagi
    tetap jadikan ia surga

    Ha ha ha,,, bunga bakung tak musim lagi,,, sudah digusur janda bolong.

    Liked by 2 people

Comments are closed.