
kembalilah ke rumah, Sayang
obati lelahmu
dengan secangkir teh hangat dan koran baru
yang selalu menemanimu di beranda
di pagi hari yang merekah
ingatlah, Sayang!
tentang mimpi kita dulu
saat tinggal di rumah sewa
yang setiap hari dijatah airnya
sejak itu
kamu rajin melukis rumah kita di atas awan
dengan perabotan dan taman yang kita susun
dengan crayon warna-warni
dan matahari yang kamu goreskan di atas gentengnya
dan ranting-ranting pohon yang menahan sebagian sinarnya
ingatkah, Sayang?
ketika kita memimpikan surga
di saat-saat bersama di rumah kontrakan
kamu bisikan kata indah di perutku yang buncit
“Nak, Ayah sedang melukis surga untukmu. Untuk kita.”
dan Tuhan pun mendengar bisikan kita
lalu ditiup-Nya lukisan itu
diturunkan potongan surga ke bumi
untuk kita
rindukanlah selalu, Sayang!
setiap kali kamu lelah dan hampa
di antara deru mesin kehidupan
yang menyesakkan dada
yang melenakan hati dan pikiran
yang pernah membuatmu nyaris putus asa
walau hanya bilik bambu
pagar rumah kita
tanpa anyelir tanpa melati
hanya janda bolong tumbuh di pot baru
yang kamu beli kemarin pagi
tetap jadikan ia surga
tetaplah merasa di surga, Sayang
sebab surga tak perlu kamu cari ke mana-mana
ia ada di rumah kita
sendiri
Ciracas, 4 Desember 2020
sepertinya ini sejarah pribadi dalam mewujudkan sebuah rumah
LikeLiked by 1 person
Cantik sekali tulisannya mas
LikeLiked by 1 person
adindanya bikin kangen ya mas 😀
LikeLiked by 1 person
walau hanya bilik bambu
pagar rumah kita
tanpa anyelir tanpa melati
hanya janda bolong tumbuh di pot baru
yang kamu beli kemarin pagi
tetap jadikan ia surga
Ha ha ha,,, bunga bakung tak musim lagi,,, sudah digusur janda bolong.
LikeLiked by 2 people
hahahaha…. tumbuhnya juga udah gak di halaman, Ito. Udah langka halaman, pake pot ajah. wkwkwkkwkw
LikeLiked by 1 person
Ya, ya …he he he
LikeLiked by 1 person