
Orang-orang pesisir berdendang suka ria Menyambut kelahiranku di bawah bulan purnama Layar-layar dikembangkan sauh diangkat Mereka pergi menengokku buat memberi berkat Sambil menitipkan impian-impian Dalam kidung sederhana penuh pujian Kidung orang-orang pesisir Adalah alunan ombak yang membawa remah-remah makananku Adalah desir angin yang mengusir para pemakanku Adalah setiap cangkang yang terkelupas dari tubuhku Adalah kesabaran dan kerinduan Untuk bertemu kembali dengan mimpi-mimpi yang mereka titipkan Pada suatu hari, aku tak mengerti Kidung orang-orang pesisir berganti Liriknya berubah asing Louis Vuitton, Hermes, Rolex, dengan bau pesing Ditambah coretan 1800 di tubuh kecilku yang membuatku malu Pada Ibu yang melahirkanku 25 November 2020
Setelah berkutat dengan banyak ide tentang puisi, peristiwa OTT KPK menggerakkan tangan saya menulis baris-baris di atas. Entah apakah ini termasuk puisi satire atau tak ada gaya-gaya satirenya sama sekali, yang jelas tulisan ini sedikit melepas gundah gulana dan keprihatinan yang ada di hati. Masih banyak pertanyaan tersimpan dalam hati bila melihat atau mendengar kasus rasuah. Terutama pertanyaan kepada diri “Apakah kamu juga begitu?”