Apa yang aku pikirkan tentang diriku sepuluh tahun mendatang?
Sepuluh tahun itu waktu yang sangat panjang. Aku bahkan tidak yakin surat yang kutulis hari ini bisa kubaca sepuluh tahun dari sekarang. Apa kabar usia? Apa kabar cicilan? Apa kabar kesehatanku? Apa kabarnya kucing-kucingku? Embul, Ucrit dan Adun, bisakah mereka terus hidup sepuluh tahun lagi?
Fiska, kalau kau membaca surat ini sepuluh tahun yang akan datang, mungkin beberapa pertanyaan itu bisa dengan mudah kau jawab. Dulu, waktu usiamu sepuluh tahun, kau selalu saja ingin cepat dewasa. Melakukan banyak hal tanpa diatur-atur orang lain. Aku tahu, dulu kau paling tidak suka diatur Bapak, kan? Yah, bisa dibilang kau itu anak paling keras kepala. Bagaimana nanti ya kira-kira? Apa kau juga melakukan hal yang sama pada anakmu? Katanya buah jatuh tak jauh dari pohonnya, lho.
Sepuluh tahun lagi, seperti apa wajahmu saat itu ya? Kalau nanti kau mulai gelisah dengan kulitmu yang mulai keriput atau tubuhmu yang mudah lelah, coba baca kembali tulisan ini. Siapa tahu bisa mengembalikan sedikit senyummu yang memudar. Atau barangkali waktu bisa kau jeda walau sekian menit. Padahal kau sudah tahu, bahwa dunia memang tak pernah menjanjikan “selamanya”, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal menua. Pastikan saja kau cukup punya uang untuk membeli skin care. Supaya kau tidak cepat tua dan layu sebelum waktunya. Hehe.
Nanti, kalau ternyata hidupmu lebih baik, dan apa yang kamu idam-idamkan terwujud sepuluh tahun lagi, aku harap kamu tetap mengingatku. Mengingat apa yang sudah aku lakukan dan korbankan untukmu. Banyak lho, hal yang sudah aku investasikan untukmu. Hemm.. apa ya? Salah satunya adalah kesabaran. Bayangin, kamu tahu kan, aku orangnya tidak sabaran. Tapi untukmu, aku rela bersabar. Jadi kau jangan besar kepala!
Tapi… kalau nanti segala hal ternyata memburuk dan membuatmu terpuruk, jangan mamarahiku, ya. Kalau aku dimarahi, aku bisa pergi lho, kamu tidak mau kehilanganku, kan? Nih, aku kasih tahu. Banyak di luar sana orang yang kehilangan dirinya sendiri. Sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa mereka itu serupa dengan robot. Tidak punya hati dan dikendalikan. Lagian, kalau aku hilang, apa kau bisa mencari gantinya? Orang yang betah dengan kelakuanmu itu, ya cuma aku.
Aku adalah kamu sepuluh tahun yang lalu. Begitulah kira-kira. Aku sengaja membuat blog dan menulis surat ini supaya kamu tidak lupa seperti apa aku. Seperti apa semangatku, seperti apa celotehanku dan seperti apa harapanku padamu. Kalau nanti kamu masih membaca tulisan-tulisanku, aku sangat berterima kasih. Terima kasih karena membiarkanku tetap hidup.
Semoga semua impian baikmu tercapai, Fiska.
Sepertinya menua walau manusia tahu akan terjadi selalu ada kekhawatiran tentangnya. Meskipun sedikit.
Semangat jalani hidup!
LikeLike
Semangat menua.. 😆
LikeLike
Menarik
inspiratif
membuat surat untuk diri sendiri di 10 tahun mendatang
LikeLike