WKWK 7 – Miss Cocos Nucifera

Acaranya sudah dimulai ketika aku sampai di WKWK. Malam Pengikat Kata, begitulah kami menyebutnya. Adalah sebuah acara rutin untuk berkenalan lebih dekat dengan sesama member. Satu orang akan maju sebagai narasumber, sementara yang lain bergantian bertanya berbagai hal kepadanya. Malam ini adalah giliran Frida.

Frida, -atau aku memanggilnya Miss Cocos Nucifera- mulai membuka obrolan malam itu. Di sekelilingnya tampak Mas Narno, Mas HP, Desy, Imas dan Bu Dian. Meja di hadapannya sudah terisi penuh dengan makanan. Wak Kecik menyuguhkan menu batagor kuah khas Bandung. Rintik yang turun di luar serta dingin yang merasuk ke raga, dapat dikalahkan oleh kudapan hangat itu. Aku yang datang terlambat duduk di sofa paling ujung dan memberi kode kepada Wak Kecik untuk membuatkanku menu yang sama.

Namanya adalah Rochma Efridaningrum. Atau ia mengenalkan nama penanya dengan sebutan Rahma Frida. Ia kukenal jauh sebelum kami bergabung dalam komunitas bloger Ikatan Kata. Seseorang yang enerjik, mahir berbahasa Turki, aktif dalam organisasi desa dan memiliki keahlian memanjat kelapa hingga membuka dagingnya menggunakan golok. Meskipun badannya ramping tapi daya pukul dan tamparnya tak bisa dianggap sepele. Lelaki yang hanya datang untuk mematahkan hatinya, ia harus berpikir dua kali.

Tentang tulisannya? Kamu bisa mengeceknya sendiri di blog anythingfrida. Kamu bisa menilainya sendiri sebagus apa kualitas jurnalis lepas ini. Dalam hal blogging, ia masih keteteran membagi waktu antara kegiatan utama hariannya dengan menulis di blog.

Sejak kecil ia sudah gemar membaca buku. Jostein Gaarder dan George Orwell adalah penulis favoritnya. Kedua penulis ini sudah menarik perhatian bocah berumur 15 tahun kala itu.

Bersamaan dengan kecintaannya membaca buku, timbullah pula keinginan supaya bisa menulis. Ketika belajar di tingkat SMP, Frida mulai mengenal Facebook, ia sering menggunakan fitur Catatan. Di sanalah tertuang cerita pendek dan puisi-puisi receh ala ABG. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Saat berganti ponsel ia lupa password dari akun Facebook miliknya. Masalah klasik, akun dan password miliknya tidak dicatat dan disimpan di tempat aman.

Takdirnya sebagai penulis seperti tidak mau lepas. Di SMP itu ada mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Frida diajari cara membuat blog untuk pertama kalinya. Dibandingkan dengan siswa lain, ia paling rajin menulis di blog. Waktu itu ia menggunakan Blogspot sebagai tempat menulis. Dan apa yang terjadi pada 2 tahun berikutnya? Lagi-lagi Miss Cocos Nucifera ini lupa password dari akun blog miliknya. Alhasil ia memutuskan untuk membuat blog dan WordPress dipilihnya sebagai platform baru untuk menulis. Menurutnya WordPress jauh lebih mudah dioperasikan dan dikelola.

Motivasinya menulis adalah untuk menyalurkan minat. Namun seiring berjalannya waktu, apa yang dia ketahui, rasakan, dan lihat ingin disampaikan juga pada orang lain. Dalam bentuk tulisan itu pula ia berharap akan membawa manfaat bagi orang lain.

Kemudian obrolan beralih tentang minat baca orang Indonesia yang katanya rendah dan apa penyebabnya.

“Kalau mengikuti data yang ada, saya mungkin bilang bahwa minat baca penduduk Indonesia itu rendah. Alasannya karena negara-negara berkembang itu lebih mengutamakan urusan perut daripada menggugah minat baca warganya.”

Kemudian dia ditanya kenapa akhir-akhir ini jarang menulis di blog pribadinya. Frida bilang sedang ada proyek dari desa. Ia membuat buku tentang situs-situs bersejarah yang ada di desa. Menurutnya data yang ada di internet sekarang itu banyak informasi yang direkayasa tentang situs-situs tersebut. Pihak desa ingin meluruskan hal ini mumpung para narasumber dan saksi sejarah di desa masih hidup.

Terakhir dia berkata, “Pesan dan harapanku, semoga member yang muda bisa menghormati yang lebih tua. Yang tua bisa membimbing dan mengayomi yang muda. Semoga kita selalu kompak dan menjalin komunikasi di grup dengan baik. Oia, banyakin games ya. Hehe.”

###

Keterangan :

  1. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Arti kata kelapa (atau coconut, dalam bahasa Inggris) dapat merujuk pada keseluruhan pohon kelapa, biji, atau buah, yang secara botani adalah pohon berbuah, bukan pohon kacang-kacangan. Istilah ini berasal dari kata Portugis dan Spanyol abad ke-16, coco yang berarti “kepala” atau “tengkorak” setelah tiga lekukan pada tempurung kelapa yang menyerupai fitur wajah. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. (Wikipedia)
  2. Jostein Gaarder (lahir pada 8 Agustus 1952) adalah seorang intelektual sekaligus penulis novel, cerita pendek dan buku anak-anak dari Norwegia. Gaarder sering menulis dengan menggunakan sudut pandang anak-anak, menonjolkan rasa penasaran mereka akan dunia. Dalam novel Dunia Sophie bahkan ia menganggap bahwa anak-anak dan filsuf memiliki kesamaan, yaitu kepekaan mereka dan rasa penasaran yang besar akan hal-hal baru yang jarang dimiliki oleh orang dewasa pada umumnya. Gaarder juga sering menggunakan metafiksi pada karya-karyanya dan membangun cerita dalam cerita. (Wikipedia)
  3. George Orwell (nama asli: Eric Arthur Blair; Motihari, lahir di Bengal, India, 25 Juni 1903 – meninggal di Sutton Courtenay, Oxfordshire, Inggris, 21 Januari 1950 pada umur 46 tahun) adalah sastrawan Inggris yang terkenal dengan karyanya Nineteen Eighty-Four dan Animal Farm. (Wikipedia)

Temukan keseruan obrolan Para Pengikat Kata di WKWK

Advertisement