Senang sekali ikut 10 Days Challenge IK walaupun tidak bisa memenuhi semua tugasnya. Ternyata, saya hanya sanggup mengerjakan 6 dari 10 tugas yang diberikan. Saya ingat betapa saya langsung down dengan tugas membuat puisi di hari pertama. Seumur-umur saya belum pernah membuat puisi. Menjelang akhir waktu pengumpulan, entah bagaimana, tiba-tiba bait-bait puisi itu datang. Mungkin karena melihat kegigihan Mas Fahmi menagih atau karena tergelitik oleh sedikitnya yang berpartisipasi. Akhirnya puisi pertama saya terwujud. Ikatan Kata ternyata bisa membangun spirit dan menggali ide-ide yang terpendam dalam diri saya.
Ada lagi cerita yang untuk pertama kalinya saya bagikan di blog melalui Tantangan 10 Hari IK ini. Cerita tentang Brownies, kucing kami. Topik syukur menginspirasi saya berbagi kisah tentang kucing kami yang terkena virus panleukopenia. Dua hari lalu Brownies sudah boleh pulang ke rumah, setelah 12 hari menginap di klinik. Hari pertama dan kedua Brownies di rumah saya lalui dengan hati berdebar. Brownies ogah-ogahan menyantap makanannya. Padahal itu makanan yang biasa dia makan di klinik. Ternyata, sama seperti kita, kucing sakit juga banyak maunya! Alhamdulillah, akhirnya dia cocok dengan daging ayam rebus. Pukul tujuh tadi dia sudah ribut minta makan. Sungguh melegakan!
Sayangnya, tantangan “surat” dan “pantun” tidak bisa saya ikuti. Alasannya? Alasan klasik yang sudah sering kita dengar, but it’s true. Sejak WFH diberlakukan, saya sering berpikir soal pekerjaan dan waktu. Kini saya bisa merasa yakin bahwa waktu saya habis untuk menyelesaikan pekerjaan, mulai dari urusan domestik sampai kantor. Belum lagi bila tiba-tiba ada yang sakit (semoga kita semua selalu sehat, aamiin), mobil mogok, diminta me-review artikel, dan sederet amanah mendadak. Sudah menghabiskan banyak waktu, tetapi pekerjaan tidak ada habisnya. Memang benar kata Emha Ainun Najib, jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati. Oleh karena itu saya suka menahan diri untuk tidak bekerja di jam-jam yang “tidak pantas”. Misalnya, sebelum dan sesudah sholat subuh, setelah ashar dan menjelang maghrib, atau lewat tengah malam. Bergabung dengan Ikatan Kata sesungguhnya menambah pekerjaan baru tetapi dalam arti yang positif. Bagaimanapun, saya membutuhkan amunisi untuk mengisi spirit yang tergerus pekerjaan-pekerjaan rutin yang tak ada habisnya.
Saya bukan orang yang mudah bercerita tentang diri sendiri. Itulah sebabnya saya merasa kagum sekaligus terheran-heran melihat betapa mudahnya orang berbagi cerita tentang kehidupan mereka di blog. Ada rasa insecure – tidak nyaman – ketika saya menulis apa yang saya rasakan, pikirkan, dan alami kepada orang-orang yang belum sepenuhnya saya kenal. Rasa tidak nyaman ini bukan karena saya takut tulisan saya benar atau salah. Mungkin lebih karena saya tidak terbiasa diperhatikan saja, hehehe. Ikatan Kata membantu saya melewati fase tidak nyaman ini dan menambah rasa percaya diri berbagi cerita.
Saya membutuhkan 30 kata lagi untuk memenuhi syarat minimal 500 kata untuk postingan kesepuluh ini. Maka saya akan akhiri tulisan ini dengan mengucap, “Terima kasih, Ikatan Kata. Uluran tangan persahabatanmu memberi warna baru dalam hidupku. Selamat ulang tahun yang pertama! Semoga kau dapat membawa manfaat untuk banyak orang seperti kau sudah memberi manfaat untukku.”
Tulisan yang menyentuh, Kak. Terima kasih sudah mencintai Ikatan Kata sedemikian rupa. Semoga Ikatan Kata jaya!
Kakak mengatakan bahwa sangat sulit untuk menceritakan tentang diri sendiri, tapi tulisan ini berkata sebaliknya. Saya kagum.
LikeLiked by 1 person
hasil ngeriung bareng member IK 🙂
LikeLiked by 1 person
Semangat, Kak!
LikeLike