Menatap cahaya-Mu di serpihan ayat-ayat
Mengagungkan getir bisik-bisik doa
Kumerintih dalam firman
Bersama diri terhinakan
Menyadari kalbu sulit bersimpuh
Mata tertutup kabut yang membisu
Pikiran menerawang, menjalang
Menjelma duri, melubangi naluri
Lagi-lagi kau cari kasih itu
Tak pernah ia bersembunyi
Kasih Ilahi menghulu dari hati
Memancar, berkejap-kejap dan bertabur
kasih serupa bintang,
pada malam-malammu yang senyap
Menjadi obat untuk banyak luka jiwa
Kasih-Nya adalah getar,
yang tak pernah sulit kau rasa
Berjuta detak yang tak kenal masa
Mengalir lebih deras dari hujan
Berdering nyaring, seperti takbir
yang kau dengar, lalu hilang
Mengampunimu adalah janji,
yang jarang kau tagih
Kau lebih suka datang,
untuk merengek dan menuntut
Segala yang kau pinta itu,
seakan layak, seolah harus
tergenggam di telapak tangan
Untuk kedua matamu,
yang tak lelah menunduk
Tuhan…
tidak pernah berkedip
akhirnya aku bisa membaca puisinya Fiska
LikeLike
Yey.. Akhirnya otw ketik14 \^,^/
LikeLike
btw kalau Mu yang menunjuk pada Tuhan bukankah ada tanda – ya, Fis?
Misal kepada-Mu
LikeLike
Oh iya bener harus pakai strip yah.. Okok tak benerin dulu yo..
Maacih mas fahmi koreksinya.
Gumawo. 🙂
LikeLike
Mantap!
LikeLike