Ini kejadian yang hampir selalu terulang. Pelajaran yang sama, setiap bagian praktek. Inginnya tak ada yang perlu dikenang, apalagi ini kepahitan. Bagi orang lain mungkin pelajaran yang paling sepele, begitu mudah diikuti tak perlu susah payah mengingat-ingat rumus atau formula. Tinggal ikuti iramanya maka akan berhasil mengikutinya.
Tidak bagiku. Rumus-rumus kimia yang rumit atau angka-angka matematika jauh lebih menarik. Latihan soal bertumpuk-tumpuk sanggup kuikuti. Spontan diperintahkan maju ke depan kelas tak gentar, sanggup saja.
Tapi tidak untuk satu pelajaran ini. Aku sadar diri. Ketika guru menjelaskan teori-teorinya tak ada masalah bagiku. Masih bisa kuikuti, meskipun tak semudah mengingat istilah-istilah rumit di biologi. Setidaknya masih bisa di atas rata-rata.
Ketika saatnya praktek tiba, ingin rasanya tak ada mata pelajaran yang satu ini. Atau cukuplah namaku tak disebut oleh guru, cukup dimaklumi saja pasti tidak akan bisa. Bolos saja? Tak terpikirkankah? Oh tidak, diriku bukanlah tipe pelajar seperti itu. Gara-gara satu pelajaran hilang dari peredaran, tidak perlulah. Paling harus pasang wajah memerah bukan memelas. Tapi, ah. Akupun sudah tahu apa yang bakal terjadi.
Setiap mulai praktek, rasanya ingin sembunyi terbayang kegagalan yang bakal terjadi. Pita suara ini tak pernah bisa dilekuk-lekuk sesuai nada yang diajarkan guru. Perbendaharaan itu tak pernah bisa dilakukan sinkronisasi. Teori aku paham, mengerti, tapi giliran praktek, pita suara tak bisa mengembang menyempit sesuai yang diharapkan. Hasilnya praktekku tak pernah selesai. Baru beberapa baris langsung dihentikan oleh guru. Diceramahi panjang lebar, yang tak pernah kujawab, juga tak bisa kulakukan. Mungkin akulah satu-satu murid yang demikian. Rasanya bagaimana diceramahi oleh guru, tak usah ditanya, tentu semua sudah tahu. Satu kalimat yang tak pernah kulupakan: suaramu tidak harus merdu, tidak harus bagus, fals-fals juga tidak apa-apa, tapi jangan salah semua begitu nadanya.
Ada satu kejadian aku berani melawan. Saat ada tes tentang tes kemampuan majemuk. Aku menolak ketika disuruh menyanyi. Kujawab apa adanya bahwa tak ada satupun yang kuhafal. Sudah dipaksa-paksa, dipancing-pancing tetap kutolak. Bisa jadi inilah pengalaman pertama kali sebagai seorang konsultan permintaannya begitu tegas ditolak.
Jadi jangan heran kalau sekarang tak ada satupun yang kuhafal meskipun aku suka mendengarkan alunannya Ebiet, KLA, Niki A, Nike A, Dedy D, apalagi master of broken heart. Cukup sekedar penikmat tak sampai pelantun lengkap.
Cerita yang sama dengan bapak kami.
Pelajaran lain dia oke, bahkan pernah disuruh mengajari kelas diatasnya terkait rumus segala macam. Tapi giliran disuruh nyanyi, selalu menolak dan diceramahi gurunya.
LikeLike
ternyata ada juga yang mempunyai pengalaman yang sama, tadinya kukira ini hanya pada diriku saja
LikeLiked by 1 person
Kalau Mom Sondang yang disuruh nyanyi pasti berani tampil ke depan. Suaranya bagus.
LikeLiked by 2 people
Nggak juga. Sebenarnya sama juga, ini pengalamanku juga karena buah jatuh tak jauh dari pohon. Dan, aku tidak hanya mirip Bapak tapi dalam hal ini juga aku mirip.
Tapi, biasanya bisa diatasi dengan ngeles ala2 gitu he he he
LikeLiked by 1 person
He he he iya Pak.
LikeLiked by 1 person
Lawan aja, jangan mau dijajah 😀
LikeLiked by 1 person
Hahaha
LikeLiked by 1 person