Pahlawan Sepanjang Hayat

Sebelum membaca ceritaku, ijinkan aku meminta siapa saja yang membaca tulisan ini dan berkenan untuk mengirimkan Al-fatihah kepada semua pahlawan yang sudah berjasa demi bangsa dan negara tercinta ini.

Pahlawan, sepintas kata ini jika diucapkan atau dibaca yang langsung terpikirkan adalah para pejuang yang membela negara Indonesia dari para penjajah. Mereka yang gugur di medan pertempuran demi membela kehormatan bangsa Indonesia. Tanpa perjuangan mereka tak ada kemerdekaan.

Di Indonesia pahlawan berasal dari seluruh pelosok negeri. Di antaranya Jenderal Sudirman dari Purbalingga Jawa Tengah, Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta, Cut Nyak Dhien dari Aceh, Tuanku Imam Bonjol dari Sumatera Barat dan masih banyak lagi lainnya. Dengan doa dan perjuangan mereka kita bisa terbebas dari belenggu penjajah kala itu. Dan mereka semua patut diberikan penghormatan setinggi-tingginya atas jasa, air mata, darah dan nyawa yang mereka korbankan untuk pertiwi.

 peringatan hari pahlawan 10 November 1961 saat pidato , Ir Soekarno berkata lewat pidatonya “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya“.

Di negara kita tercinta ini, begitu banyak sebutan pahlawan yang biasa kita dengar dan kita kenal. Misalnya pahlawan nasional, revolusi, reformasi, tanpa tanda jasa, dan devisa. Bahkan bisa juga pahlawan kesiangan.

Menurutku pahlawan memiliki arti tersendiri untuk setiap orang. Siapapun mereka yang dianggap berjasa bagi hidupnya. Begitu pun dengan diriku. Aku ingin bercerita tentang pahlawan sepanjang hayat.

Pahlawan sesungguhnya dalam hidupku adalah orang tua. Merekalah pahlawan sepanjang hayat. Tak ada yang bisa menggantikan mereka di posisi itu. Semenjak kecil mereka mengasuhku hingga aku dewasa seperti sekarang ini, tak pernah ada sedikitpun kata lelah yang terucap dari mereka. Tak pernah ada rasa ingin meminta balas jasa atas jerih payah mereka selama ini untuk membesarkanku. Tak pernah ada keluh kesah yang mereka tunjukkan di hadapanku. Dan tak pernah ada kata menyesal memilikiku.

Mereka adalah setulus-tulusnya hati, mereka sebaik-baiknya cinta dan mereka seikhlas-ikhlasnya kasih sayang. Apapun dan bagaimanapun keadaan ku mereka yang paling bisa mengerti dan memaklumi.

Mungkin di mata orang lain aku tak pernah baik, tapi tidak dengan penilaian orang tua. Mungkin di pikiran orang lain aku buruk, tapi tidak di pikiran kedua orang tuaku. Mereka satu-satunya orang yang tak pernah mencela dan mencaciku.

Di seumur hidupku tak terhitung berapa banyak jasa mereka untuk ku. Mereka yang rela bersusah payah untuk membahagiakanku. Mereka yang tak peduli bagaimana sulitnya membiayaiku semenjak kecil hingga dewasa. Mereka yang masa bodoh dengan semua omongan orang selama membesarkan ku. Mereka yang siap membanting tulang untuk memastikan perutku kenyang.

Tak pernah ada balasan yang setimpal untuk perjuangan mereka. Tak akan cukup dunia seisinya untuk membalas budi mereka. Tak pernah bisa menyandingkan semua yang berharga dengan lelah mereka.

Hanya kadang, aku begitu bodoh untuk merasa kesal dengan mereka. Aku dengan lancangan bisa membuat mereka menangis. Dengan egoisnya, aku sering tidak mendengarkan nasihat mereka. Lantaran sombong, kadang-kadang cinta mereka tidak aku akui. Dan semua hal itu terjadi karena aku nakal dan gengsi.

Dari sekian banyak pahlawan yang ku sebutkan di awal, orang tua adalah pahlawan dari semua macam pahlawan. Mereka bisa menjadi apapun yang kita butuhkan dan harapkan. Tak ada yang sehebat mereka. Hingga sampai mereka nanti menutup mata, jasanya tak pernah hilang.

Sampai kapan pun mereka bahagiaku, mereka jimatku, mereka surgaku, mereka cita-citaku, mereka tujuan hidup ini. Takkan bisa terganti.

Di balik sikap keras mereka ada kelembutan, di balik disiplinnya mereka ada toleransi, di balik marahnya ada cinta kasih, di balik diamnya ada khawatir yang begitu besar.

Pahlawan sepanjang hayat, yang berjasa lewat tenaga, doa, air mata, keringat, sakit dan senangnya.

Pahlawan yang tak pernah bisa ternilai dengan apapun, pahlawan yang memiliki kekuatan super melebihi Gatot kaca. Pahlawan yang dengan doanya bisa menggoyangkan arsy Ilahi. Pahlawan yang dengan keringatnya bisa menjadikan diri kita berharga di mata manusia lainnya.

Selamat hari pahlawan, untuk semua pahlawan yang telah berjasa bukan saja untuk bangsa dan negara tapi juga semua orang. Bukan hanya di hari nasional saja, tapi juga di tiap harinya.

Semoga kita semua bisa menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri, orang di sekitar kita atau siapapun yang memerlukan bantuan kita. Karena sejatinya di dalam diri setiap manusia ada jiwa pahlawan.

7 thoughts on “Pahlawan Sepanjang Hayat

  1. “Menghargai jasa para pahlawan…”. Saya benar-benar langsung berhenti ketika memikirkan tentang kalimat ini, dan saya pun berhenti pada kata “menghargai”. Bagi saya, ini dalam.

    Dalam keseharian, saya kerap bertemu dengan situasi yang menunjukkan bahwa sikap ‘menghargai’ itu masih belum tertanam dalam di lubuk hati kita sebagai warga negera. Ironis, terutama karena kita setiap tahun menyerukan “Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya!”.

    Like

Comments are closed.