Sore itu di ujung senja sengaja aku mencari tempat ternyaman untuk memandang semburat warna jingga yang nampak indah di mataku.
Di bawah pohon angin bertiup lembut mengusap pipi, bercampur dengan hangat cahaya kemerahan yang mengintip lewat celah rimbun dedaunan.
Seketika, aku teringat padamu. Seorang pemuda yang bermata tajam, berahang kokoh dan senyum angkuh khasmu. Sosok di masa lalu yang sudah lama kulupakan. Bukan, terpaksa kulupakan lebih tepatnya. Entah di mana kamu sekarang?
Aku tersenyum mengingat semua hal yang telah lalu, senyum getir. Bagaimana tidak, jika rasa yang pernah ada harus kulupakan karena terhalang hitungan jawa. Mungkin itu yang remaja sekarang bilang sakit tapi tak berdarah.
Sekarang yang ada hanya kenangan, yang kadang diam-diam kurindukan.

hitungan jawa seperti apa
LikeLiked by 3 people
Ga paham pak, poro sepuh yg paham. sepertinya dari semua unsur contohnya weton, tanggalan dan lainnya dari kedua belah pihak hehe…
LikeLiked by 1 person
sebenarnya hitungan-hitungan itu dipelajari di astronomi, bukan klenik, sangat ilmiah
LikeLiked by 2 people
Jadi pengen belajar pak
LikeLiked by 1 person