Melihatnya terpaku di sana, mungkin adalah pemandangan yang tidak nyaman untuk dilihat saat ini. Ia bukan diam seperti batu, tapi seperti singa betina yang siap menyerang siapapun yang mengganggu sarangnya.
Mengalir deras banyak pertanyaan untuknya.
“Mengapa Ia bisa menjadi seperti ini? “
“Pengalaman apa yang menyebabkannya menjadi seperti ini?”
“Siapa orang-orang yang menyakitinya, yang membuat Ia berlaku demikian? “
Mengapa Ia menetap di sana, dan terus saja menyerang. Ia melumpuhkan mereka yang berusaha untuk menyentuhnya, melempar jauh orang-orang yang ingin memegang kepalanya. Ia membasmi mereka yang tidak sejalan dengannya. Idealnya tinggi, meskipun hatinya menyentuh tanah.
Ia sosok yang penuh tanda tanya, dengan banyak kilat yang menyambar dari balik wajahnya.
…
Catatan: Tulisan ini tercipta setelah pertemuan dengan seorang pensiunan guru. Banyak sekali warna perasaan saya selepas berjumpa dengan Beliau, ini salah satunya.
Idealnya tinggi, meskipun hatinya menyentuh tanah, agak kontardiktif sih sebenarnya.. tapi memang karakter orang kadang tak bisa ditebak y,
LikeLiked by 1 person
Karakter orang ini, “penuh tanda tanya”. Di sisi lain dia nampak baik, di sisi lain..bisa tebak sendiri wkwkwkwk
LikeLiked by 1 person
Mantap!
Koreksi ya di judul
Kilat yang menyambar dari balik wajahnya (Kilat yang Menyambar dari Balik Wajahnya)
LikeLiked by 1 person
Siap, kak.
Terima kasih banyak atas koreksinya. Selalu senang dan bersyukur mendapatkan koreksi seperti ini.
LikeLike