Ayah yang Bersembunyi

Sebelum saya menulis Ketik-9 ini, saya pernah sekali waktu membaca bab pertama novel Ayah karya Andrea Hirata. Tapi entah mengapa saya enggan melanjutkan ke bab-bab berikutnya. Ini hanya soal selera saja. Toh, secara kepenulisan, karya-karya Andrea Hirata selalu diakui di dunia sastra. Tapi karena saya ingin mereview ini secara jujur, ya pastinya akan banyak sisi subyektif soal rasa dan pemikiran saya sendiri. Supaya saya bisa menikmati karya ini, maka saya akan mencobanya dengan cara lain. Saya akan membacanya dari Bab yang hanya ingin saya baca.

Karena bab pertama saya pikir tidak menarik untuk dibaca, maka untuk memenuhi tugas Ketik ini, saya memulainya dari Bab yang mengandung kata “Ayah”.  Bab “Ayah yang bersembunyi”. Pada bagian ini penulis menghadirkan sosok Sabari yang berbeda seperti pada bab pertama. Sabari yang mendayu-dayu mengejar cintanya, kali ini hadir sebagai sosok pahlawan dalam keluarga. Menjadi ayah panutan, meski sang istri tak mendampinginya dalam pengasuhan anak mereka.

Ayah

Ada beberapa kalimat pada bab ini yang menyentuh hati. Kalau saya boleh tulis, beberapanya seperti berikut:

Beranda itu tak sekedar beranda, tetapi sebuah rencana. Rencana yang manis berlinang madu.

Saat membaca kalimat itu terbayangkan di pikiran saya bahwa rumah memanglah harus seperti itu. Tempat segala rencana dan mimpi terancang di antara orang terkasih, sekaligus bangunan yang akan menciptakan berjuta kenangan sampai ke anak cucu. Lalu sesosok pria yang bersuka cita hadir di sana, sosok Sabari dengan segenap jiwa menantikan kelahiran sang buah hati.

Sabari gemetar karena melihat bayi itu, dia menemukan seseorang yang selama ini bersembunyi di dalam dirinya. Orang itu adalah Ayah.

Kalimat di atas adalah inti cerita pada bab ini, Sabari menemukan ayah yang bersembunyi. Hati saya sedikit terusik membaca kalimat itu, apakah semua pria di dunia ini berpikiran seperti Sabari saat melihat bayi mereka lahir? Apakah mereka merasakan hal yang sama?  Tak ada kebahagiaan yang tidak sempurna. Kebahagiaan tetaplah kebahagiaan meski lahir dari hati yang luka. Seperti kenyataan yang saya baca pada kalimat selanjutnya.

Baginya, tak ada hal yang lebih mengerikan di dunia ini selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.

Ya tentu saja ini bukanlah dari sisi Sabari, melainkan dari sisi Lena, istri Sabari. Padahal di awal-awal cerita pada bab ini sudah terlihat bahwa cinta seorang Ayah itu nyata. Sabari yang berkorban dan berjuang membangun rumah impian, berusaha menjadi suami siaga, dan yang paling menyentuh adalah saat Sabari memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya demi mengurus sang buah hati.

Saya tidak bisa menilai novel ini secara keseluruhan hanya dari satu-dua bab saja. akan ada sudut pandang lain dari tokoh-tokoh di sekitar Sabari dan tentu saja dari sang buah hati yang mereka panggil dengan nama Zorro. Saya mulai penasaran seperti apa ramuan sang penulis pada bab-bab lainnya, akankah bisa se-menyentuh ini?

Sempat juga terpikir apakah bab ini adalah jantung dari novel Ayah? Mungkin iya, Mungkin juga tidak. Untuk menemukan keistimewaan yang lebih besar dari novel ini, sepertinya saya harus membacanya sampai tuntas.

 

 

 

 

 

 

Advertisement

4 thoughts on “Ayah yang Bersembunyi

  1. Congrats, Fiska.

    Meski bukan novel yang kamu sukai tetapi sudah berhasil mengutarakan pendapat lewat review ini.

    Bab ini bukan inti utama ceritanya. Pada akhir cerita baru terkuak rahasianya.

    Like

Comments are closed.