Di sekolah tadi, Erni mendapat tugas untuk membuat puluhan kalimat dengan menggunakan preposisi yang berbeda. Gurunya meminta tugas ini untuk segera dikerjakan, agar dapat dikumpulkan besok, saat mata pelajaran yang pertama.
Meskipun begitu, masih ada waktu selama 16 jam lagi, bagi Erni untuk menyelesaikannya. Itu pun kalau ia tidak terlambat besok. Motor ayah sudah sangat tua, jadi tidak jarang harus mogok di tengah perjalanan, dari rumah menuju ke sekolah.
Sudah sering kali Erni memohon anugrah-Nya, agar ia dan keluarga diberikan sebuah motor baru. Tidak perlu baru sebenarnya, tapi cukup ‘sehat’ untuk dipakai berkendara. Jadi, Erni bisa sampai di sekolah dengan tepat waktu.
Ia sudah cukup bosan memberikan alasan yang sama kepada guru-gurunya. Walaupun mereka dapat mengerti, tapi rasanya ayah merasa malu. Ayah mungkin tahu, bila terus begini, sepertinya Erni akan turun peringkat menjadi yang ke-3 tahun depan.
Aturan di sekolahnya memang demikian. Siswa yang terlambat hadir lebih dari 15 menit, terpaksa harus tidak mengikuti mata pelajaran yang pertama.
Ayah bekerja sebagai seorang buruh di pinggiran kota. Jaraknya pun cukup jauh dari rumah. Meskipun begitu, ayah masih harus lebih dulu mengantar Erni ke sekolah.
Erni tidak berkeberatan jika harus menjadi yang ke-3 di kelas. Ibu sempat bilang, peringkat ke berapa pun, tidaklah menjadi soal. Haruslah selalu disyukuri. Ke-3, Ke-5 atau pun menjadi yang pertama, sebenarnya sama saja. Asalkan, Erni masih selalu mau untuk menempa mutu diri dan rajin berangkat ke sekolah.
Erni punya sebuah mimpi untuk mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri. Orang tuanya pun tahu akan mimpinya itu. Hal ini merupakan sesuatu yang penting untuk didoakan selalu oleh keluarga. Bila sampai terwujud, mungkin ini merupakan salah satu jawaban-Nya yang terindah.
Butuh sebuah keajaiban memang, tapi bukankah itu khasiat dari doa?
Ibunya berpesan, bahwa Erni tidak boleh berhenti mengejar mimpinya untuk bersekolah ke Australia, Eropa atau pun Singapura. Walaupun sedikit ragu, ayahnya juga tetap sering bercerita tentang perjalanan orang-orang yang bersedia untuk berlumur peluh, dalam memperjuangkan sebuah mimpi.
Dari pesan dan cerita kedua orang tuanya tersebut. Erni belajar, bahwa tidak ada usaha yang dapat dinilai remeh dalam upaya untuk mengejar mimpi.
Mungkin salah satunya adalah dengan mengerjakan tugas preposisi ini. Tentunya akan sangat berguna, saat nanti menulis sepucuk surat permohonan beasiswa.
Jadi, dibalik semua keraguan yang pasti selalu ada, Erni akan tetap berusaha sambil terus berharap kepada-Nya.
-C’est Tout-
Catatan:
Materi ini ditulis sebagai tantangan permainan kata dalam Ketik#6.
Materi ini pun terinspirasi dari pengalaman hidup seorang Iwan Setyawan.
Nice!
Ini Erni masih sekolah kan? Haha… Selintas aku teringat Erni yang lain.
Keep writing.
LikeLiked by 1 person
Masih kang, masih pakai seragam putih biru kalau di imajinasi saya sih. ๐
LikeLike
Sip deh.
Btw, Rakha tak perlu type ERNI di IG untuk nyari tau ERNI mana yang kumaksud
Haha..
LikeLiked by 1 person
Aman, saya sudah lama mengundurkan diri dari dunia per-IGan kok. ๐
LikeLike
Xixixi….
LikeLiked by 1 person
Keren ๐
LikeLiked by 1 person
Terima kasih Mas.
LikeLike
To the to point ceritanya! Simple tapi ngena. Ngerasa termotivasi hahaaa makasih nih udah nulis kisah Erni ๐
LikeLiked by 1 person
Sama-sama Kak. ๐
LikeLiked by 1 person