Aku Tak Tahu Harus Berbuat Apa

Semenjak dunia ini berubah karena kemajuan zaman, aku melihat beberapa masalah dan penderitaan yang berada di atas tanah bumi. Mau tak percaya tapi ini kenyataan, dari sesosok penguasa yang tak mencerminkan seseorang yang baik hati, aku semakin percaya, bahwa dunia ini sudah berpaling dari adanya hal baik menjadi hal buruk yang dimunculkan.

Sebuah keteguhan hati sebagai rakyat Indonesia, adalah anugrah Tuhan. Mungkin bukan hanya aku bahkan seluruh rakyat Indonesia, memiliki keteguhan hati yang kuat. Sehingga itu yang membedakan antara orang Indonesia dengan orang Barat. Sebagaimana aku rakyat tak selalu berteriak soal protes, namun aku selalu berusaha dalam memperjuangkan hidupku, dengan bekerja dan bersama keluarga.

Soal hidup, memang takkan ada yang tahu, namun nasib bisa berubah begitu saja, semenjak penguasa Negara berbuat seenaknya sendiri, untuk memperkaya diri sendiri.

Terkadang aku selalu berbicara kepada diri sendiri, itu karena aku tak ingin seorang pun tahu soal kehidupanku. Di setiap ruang kosong dan hening, biasanya kusempatkan untuk menyeduh kopi dan membakar sebatang tembakau. Dalam hatiku, aku menangis seketika mendengar kenaikan biaya pajak dan perkara administrasi Negara yang melibatkan rakyat untuk membayar biaya itu.

Meluangkan waktu bersama tetangga sembari duduk di warung adalah kenikmatan bagi sejumlah rakyat, termasuk juga aku dan mungkin kalian juga.  Itu hal yang sepele bukan ? hanya duduk dan berbicara soal nasib, mungkin dari setiap orang yang duduk di warung itu bisa memberikan jawaban dari setiap masalahku. Bagi kalangan kaum menengah ke atas, aku dan tetangga yang berada diwarung itu merupakan hal yang tidak sehat. Memang sering kali terdengar ucapaan-ucapan yang bertolak bekalang soal kehidupan ini, jika kau punya banyak uang dan menghabiskan waktu di tempat yang mewah dan menyehatkan. Tentu berbeda dengan apa yang aku rasakan, mungkin membeli nasi seharga lima ribu adalah jawaban soal hatiku yang gelisah, tentu berbeda dengan kau Tuan yang membeli nasi yang bertuliskan KFC.

Setiap waktu, dalam setiap keringat yang mengguyur di badan ini merupakan jawaban atas perjuangku yang berbeda dengan para orang yang berada di televisi dengan hanya duduk dan berbicara, lagipula untuk apa aku menginginkan menjadi seperti mereka, itu tak mungkin terjadi, bilamana aku sekarang ini hanya memegang gergaji dan besi-besi di tanganku. Seribu harapan terucap dalam hati ku dan setiap kata yang keluar dari mulutku adalah doa, mengapa aku sebagai rakyat Indonesia menjadi seperti ini. Jika dibandingkan dengan rakyat dari Negara-negara barat, aku adalah gelandangan nya.

Terdengar suram, dan tidak punya masa depan. Namun jika nafas masih berdetak dan kaki masih berpijak, tidak ada yang tidak mungkin untuk bisa merubah setiap nasib yang ada. Kerja dan kerja, simbolis mengapa itu disebut rakyat, yang selalu berkerja mengutamakan keluarga, tidak berharap lebih. Hanya ingin makmur di setiap hari-hari yang berkelanjutan.

Advertisement

21 thoughts on “Aku Tak Tahu Harus Berbuat Apa

  1. Tadi aku sudah sempat like, tapi mohon maaf terpaksa aku tarik kembali. Karena aku tidak merasa sependapat dengan wacana sesosok penguasa yang tidak mencerminkan baik hati, yang seenaknya untuk memperkaya diri.😊

    Like

      1. He he he, iya sih.
        Oh, ya senang karena dirimu sudah mulai menulis di Ikatan Kata. Semoga tetap semangat ya dan tulisan selanjutnya menyusul.
        Eh, komentku tadi jangan diambil hati ya😊🤭🙏

        Liked by 1 person

  2. Dear Rifki,

    Selamat atas terbitnya pos pertamamu di Ikatan Kata. Ini adalah awal dari petualangan baru. Semoga tulisanmu bisa lebih baik lagi setiap selesai mengerjakan KETIK.

    Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dikoreksi. Tulisan dalam tanda kurung adalah koreksiannya.

    1. Aku tak tahu harus berbuat apa. (Aku Tak Tahu Harus Berbuat Apa)

    2. anugrah tuhan (anugerah Tuhan)

    3. Sebagaimana, aku rakyat (Sebagaimana aku adalah rakyat) // pemberian tanda koma di sini tidak pas

    4. hidup ku (hidupku)

    5. Soal hidup, memang takkan ada yang tahu, namun hidup bisa berubah begitu saja, semenjak penguasa Negara berbuat seenaknya sendiri, untuk memperkaya diri sendiri hingga rela menggusur dan memeras rakyatnya sendiri dengan alasan pajak ditinggikan. (Satu kalimat ini terlalu panjang. Pilahlah kembali. Jika dibaca ini membuat ngos-ngosan. Dan terlalu banyak kata ‘sendiri’ dan ‘hidup’. Bisa kamu sederhanakan)

    6. Terkadang aku selalu berbicara kepada diri sendiri, itu karena aku tak ingin seorang pun tahu soal kehidupan ku. (Mengulang kata aku dalam satu kalimat. Dan ‘kehidupan ku’ harusnya ditulis ‘kehidupanku’.

    7. Disetiap (Di setiap)

    8. biasanya ku sempatkan (biasanya kusempatkan)

    9. Dalam hati ku (hatiku)

    10. Itu hal yang sepele bukan. (hapus satu spasi dan tambahkan tanda tanya di akhir)

    11. masalah ku (masalahku)

    12. keatas (ke atas)

    13. diwarung (di warung)

    14. jika kau punya banyak uang dan menghabiskan waktu bersama tempat yang mewah dan menyehatkan. (menghabiskan waktu bersama tempat? Maksudnya apa? Kata ‘bersama’ itu untuk menjelaskan 2 hal yang satu level. Misal, saya datang bersama dia. Kata penghubung yang tepat pada kalimat ini bukan ‘bersama’ tetapi ‘di’.

    15. tentu berbeda dengan kau tuan (Tuan)

    16. perjuang ku (perjuanganku)

    17. ditelevisi (di televisi)

    18. lagi pula (lagipula)

    19. bila mana (bilamana)

    20. tangan ku (tanganku)

    21. hati ku (hatiku)

    22. mulut ku (mulutku)

    23. mengapa aku rakyat Indonesia (mengapa aku sebagai rakyat Indonesia)

    24. gelandangan nya (gelandangannya)

    25. merubah (mengubah) // rubah adalah hewan bukan kata kerja

    Rifki, coba baca ini https://ikatankata.home.blog/2019/11/11/ketik6-preposisi/.

    Tetap semangat menulis ya.

    Salam.

    Liked by 2 people

  3. Senang juga Rifky mulai aktif menulis kembali. Tetapi, sama seperti Ito. Aku juga gk sependapat dg sebagian yang Rifky sampaikan.

    Like

  4. Tulisan ini lebih ke curhat ya, Rif. Gpp, di Ketik4 soalnya bebas kan ya.

    Kamu harua optimis, gali potensimu, tekuni keahlianmu. InsyaAllah kamu akan bisa menjalani hidup dengan lebih terarah, shg tidak mudah menyalahkan faktor x di luar dirimu atas belum terwujudnya keinginanmu. Karena kita gk seharusnya patah semangat utk memperjuangkan diri sendiri dan pada akhirnya kitalah yg bertanggungjwb pada nasib sendiri.

    Itu saja ya dari aku. Maaf kalau terkesan menggurui dan jgn diambil ampela ya, apalagi usus.
    Just share aja. Selebihnya, soal teknis tulisan, sdh ada Kang Fahmi… fakarnya. 🤣👍

    Like

Comments are closed.