
Setiap hari kita bertemu pahlawan, orang-orang biasa yang menikmati naik dan turunnya kehidupan. Mungkin kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda karena masing-masing kita memiliki sosok pahlawan yang membuat hati kita terasa nyaman. Tetapi disitulah letak keistimewaan. Sosok pahlawan yang membuat kita selalu terdorong untuk melakukan hal-hal baik dan positif tentunya.
Pahlawan ini bisa jadi tentang seorang pedagang kaki lima berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Atau tentang pengendara ojek yang menabung untuk keperluan biaya kuliah anaknya sebelum digunakan untuk kebutuhan pokok lainnya, atau tentang kecintaan seseorang dalam berkontribusi memanfaatkan sosial media sebagai alat untuk menebar kebaikan dalam mengingatkan, atau tentang guru yang memberikan perhatian khusus kepada seorang murid karena kesulitan belajar, mengajarkan kita membaca menulis, atau tentang petugas kebersihan yang setiap hari mengangkut sampah demi terciptanya kebersihan lingkungan, atau tentang para petani yang darinya kita bisa makan nasi. Beberapa fenomena ini sering kita temukan atau bahkan kita rasakan dalam kehidupan. Pahlawan yang jarang butuh pengakuan dari besarnya yang telah mereka kerahkan demi terciptanya kemajuan serta perubahan.
Pahlawan seperti ini seringkali tidak sadar bahwa dirinya adalah pahlawan bagi orang lain.
Ini adalah bagaimana sudut pandangku menilai sosok pahlawan. Pahlawan bukanlah orang yang harus memegang senjata, berperang demi kemerdekaan kebangsaan ini. Teman-teman bisa menginterpretasikannya sendiri. Pahlawan dalam kehidupanku adalah Ibu Bapak-ku. Mungkin beberapa orang akan berpikir sama sepertiku tapi ini adalah apa yang ingin aku ceritakan. Untuk menjadi orang tua pasti bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan, banyak kerikil tajam yang menempa kehidupan. Aku merasakan begitu besar pengorbanan yang ibu lakukan semasa aku dalam kandungan hingga sekarang, bagaimana sosok ayah yang selalu mencoba menguatkan. Bagaimana menyusun langkah-langkah agar kelak anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak.
Filosofi tentang roda kehidupan itu nyata adanya, roda berputar sesuai dengan porosnya. Aku percaya bahwa hidup tidak selamanya diatas. Kita pasti pernah merasakan hidup di bawah atau di tengah dalam kata lain tidak selalu dalam kondisi kecukupan tapi juga pernah merasakan kekurangan. Suatu ketika aku masih duduk di bangku sekolah.
Keluargaku mengalami krisis ekonomi, bapak dan ibu terancam kehilangan pekerjaan, kebetulan mereka adalah wirausahawan. Seorang pedagang di sebuah tempat, namun pada saat itu pemerintah melakukan pembersihan jalan. Seluruh pedagang tidak lagi diizinkan untuk usaha ditempat tersebut. Ibu bapak ketimpangan, dimana mereka akan melanjutkan usaha karena mencari sebuah lahan untuk berjualan tidak semudah membalikan telapak tangan, banyak pertimbangan dan sangat memerlukan modal. Disisi lain mereka memikirkan bayaran sekolah yang kebetulan membutukan biaya lebih karena tahun itu adalah tahun aku masuk sekolah menengah atas dan kakak-ku masuk perguruan tinggi negeri.
Hampir satu bulan tidak ada pemasukan karena lahan benar-benar sudah dilakukan pembersihan. Berbagai cara mereka lakukan agar kehidupan bisa tetap berjalan dan tujuan ibu dan bapak yang sangat ingin melihat anak-anaknya bisa mereka sekolahkan.
Hal yang paling aku ingat adalah ketika ibu mencuri-curi waktu memaksakan berjualan disamping banyaknya penjagaan satpol-pp. Itu ibu lakukan hampir beberapa bulan bersama teman-teman seperjuangan yang juga berdagang. Panas kepanasan hujan kehujanan, terkadang aku membantunya pada saat libur sekolah, aku menghampiri ibu tapi ibu seringkali marah, ia tidak mengizinkan aku untuk membantu, sedihku karena kehadiranku dianggap merepotkan ibu. Aku sangat memahami betul rasa lelah, bahkan aku seringkali menyaksikan petugas itu melakukan tindakan jahat kepada pedagang-pedagang.
Memang yang dilakukan petugas itu adalah suatu kewajiban menjalankan arahan. Tapi tindakannya sangat membuat aku geram, mereka menghancurkan dagangan para pedagang dengan tidak manusiawi menginjak dan membuangnya kejalan. Dagangan itu adalah modal untuk mereka berjualan lagi tapi dirusak dengan cara-cara yang keji.
Aku juga tidak bisa membenarkan bahwa yang mereka lalukan adalah salah karena tujuannya demi ketertiban jalan, aku sedih karena melihat apa yang petugas itu lakukan kemudian aku menyaksikan dan orang yang merasakan adalah ibu dan bapakku sendiri.
Aku sangat tidak tahan, pengorbanan yang mereka lakukan hanya demi melihat anak-anaknya bahagia dan merasa cukup. Terlepas dari banyaknya pelajaran hidup di luaran sana, pelajaran pertama aku memaknai hidup itu ada di rumahku sendiri. Aku sangat bangga atas apa yang mereka lakukan, mereka satu-satunya alasan aku bertahan.
Semua orang yang pandai dalam menentukan selera, pendapat, rencana, pemikiran dan cara-cara untuk mensiasati sebuah kesulitan menjadi kemudahan, orang-orang yang mampu membawa aura baik untuk sekitar, mampu menggerakan dari sedikit hingga banyaknya orang dalam sebuah perubahan ialah pahlawan.
Cerita diatas adalah pahlawan versi aku, bagaimana denganmu? Semoga kamu memiliki orang yang mampu merubah hidupmu setelah dirimu sendiri.
Wow… begadang dg KETIK5 ya Des. 😀
LikeLike
Heheh, iyanih mass..
LikeLiked by 1 person
Good. Tp cepet tidur, biar gk kelewat sahur. hehe
LikeLike
pastii☺️
LikeLike
Begitulah orang tua, Desy. Rasa sayangnya dg anak nyaris tanpa batas, apapun bisa dilakukan demi anak. Karena itu banyak teman2 menjadikannya pahlawan di tulisan ketik5 ini.
LikeLiked by 1 person
Salam takzim (hormat) kepada orang tuamu, Des. Pengorbanan dan perjuangan orang tua memang luar biasa.
Sedikit koreksi kata ‘diatas’ tulis ‘di atas’
LikeLike
Terima kasih bung untuk koreksinya🙏🏽
LikeLike
Saya terenyuh membaca tulisan ini. Saya akui memang demikianlah gambaran perjuangan orang tua untuk anak-anaknya. Mereka akan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan agar anak-anaknya tidak mati kelaparan dan bisa hidup dengan layak. Sebagai anak, janganlah bersikap kurang ajar. Bantu orang tua semampunya, dan jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan untuk sekolah dan belajar. Ini tiket untuk merubah keadaan, terutama keadaan ekonomi. Banyak orang akan mengatakan dan memberikan nasihat seperti ini.
LikeLike