Kriiinggg!!!

“Waktu adalah senjata paling tajam yang bisa mengiris, memotong, bahkan memenggal setiap kesempatan kita”

Menunaikan hak waktuku di sebuah komunitas

“Umur (usia) hidup kita yang telah hilang (lewat) itu tidak ada gantinya (tidak dapat kembali), sedang perkara yang berhasil (dalam hidup kita) itu tidak ternilai harganya.”

Umur atau usia seseorang itu sebagai pokok hartanya, dengan harta itu bisa beruntung bisa juga rugi, tergantung kemana kita akan investasikan, apakah untuk satu kebaikan atau keburukan, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan beruntung, dan siapa yang menyia-nyiakan pasti akan merugi.

Sesuai gambar di atas aku mencoba menggambarkan kembali dengan rangkaian kata sederhana. Orang normal menggambarkan waktu menjadi tiga bagian, kemarin, kini dan nanti, aku sangat setuju dengan tiga kata tersebut, namun untuk orang dengan pemikiran di atas normal, waktu itu menjadi empat pokok ;

  • Nikmat
  • Musibah
  • Taat
  • Maksiat

Dari kesimpulan empat poin di atas akhirnya aku menemukan satu kata yang berpotensi menyadarkan, “apakah itu?” Jawabannya adalah Penyesalan. Di saat-saat kritis ini aku canggung untuk menceritakan sesuatu yang manis, terlalu banyak substansi sebuah artikel yang meninabobokan, dari mulai surat kabar, bahkan sosial media sekalipun. Jadi sekali-kali kita wajib melahap sesuatu yang pahit agar pikiran kita menerima asupan energi yang lebih kuat.

Dalam pasal 220-221 Ibnu Athoillah berkata : “Hati-hati dengan waktu (Umur)”

Di dalam waktu ada Hak dan Kewajiban, andaikata hak atau kewajiban tersebut tidak mampu kita tunaikan, maka kita bisa menggantinya dilain kesempatan ; qhada’ (diulang) lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan hak lainnya apabila hak terhadap waktu yang sebelumnya tidak mampu kita selesaikan ? Dan semua pasti tahu konsekuensinya. Sesal!

Saat ini kita diberi keleluasaan waktu yang cukup, serangkaian himbauan kita lahap dalam surat-surat elektronik ataupun kabar-kabar lainnya. Kurang lebih satu bulan kita diberi kesempatan untuk sejenak meluangkan aktivitas kita dari yang formal kepada yang non formal. Dalam kesempatan tersebut momen krusial itu datang, namun kita kurang tanggap untuk memahami, entah karena naluri ketakutan yang luar biasa hebat, atau memang kita sendiri yang tidak terbiasa? ………….. Isi sendiri!!

Dalam kesempatan yang banyak ini entah kita pergunakan untuk apa, mungkin empat poin di atas bisa digambarkan oleh masing-masing personal.

Berapa judul film yang kita tonton? Berapa judul buku yang kita baca? Berapa scene drama yang kita lahap? Berapa album MP3 yang kita dengarkan? Berapa Juz yang kita tunaikan? Atau yang lebih klasik adalah Berapa kali kewajiban yang kita tinggalkan? Semua orang menginvestasikan waktunya dan terkadang kita tak mampu mengontrol hak-hak tersebut.

Aku pun selalu mengalami hal yang sama, bahkan sering terulang setiap tahunnya, dan berujung pula dengan penyesalan ; klasik. Aku tidak mampu menunaikan hak tidurku selama bertahun-tahun, tidur di atas jam satu pagi memang rentan kesiangan, apalagi saat-saat Ramadhan kita punya agenda sendiri, yaitu santap sahur, memang aku tidak pernah mengurusi isi perut yang kosong, sekalipun di hari-hari biasa ataupun saat berpuasa, tapi penyesalan selalu dirasa olehku yang tidak mampu menunaikan hak waktuku untuk melakukan ritual santap sahur.

Telingaku tidak peka seperti orang-orang kota yang terbiasa mendengar bunyi alarm ataupun suara-suara digital lainnya. Sangat berbeda sekali saat aku berada di sebuah perkampungan, suara kokok ayam dan suara alam selalu terdengar jelas senyenyak apapun tidurku. Sulitnya menemukan suara-suara alami di sudut kota ini menjadi kendala terbesar Ramadhanku.

Ok. Terima kasih teman-teman telah meluangkan waktunya untuk membaca tugas ketik 16 ku. Selamat menunaikan ibadah puasa!

Nomina, 10 Mei 2020

Advertisement

3 thoughts on “Kriiinggg!!!

  1. Membaca tulisan ini membuat saya langsung berada dalam more merenung.
    “Sudah berapa banyak kesempatan yang saya sia-siakan untuk hal yang sia-sia?”
    “Apakah itu kesia-siaan?, bukankah tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Semua kegiatan dan kerja bermuara pada satu tempat, yaitu hidup?” , dan lain-lainnya.

    Lalu mengenai penyesalan, ah saya benci penyesalan.

    So, intinya. Hiduplah dengan maksimal pada masa sekarang. Titik.

    Liked by 1 person

Comments are closed.