Seperti yang dibahas pada pos KETIK#16, kita bisa mengambil ide dari mana saja. Jika di KETIK itu, Para Pengikat Kata ditantang untuk menulis sebuah pos yang bersumber dari gambar, maka untuk mengerjakan KETIK#17 ini aku mengambil ide dari hal lain.
Ada sebuah anime favorit yang hingga hari ini masih aku ikuti ceritanya. Banyak hal bisa aku pelajari dari anime itu. Ceritanya unik dan kompleks. Sebenarnya kalau menurutku anime ini lebih cocok untuk orang dewasa karena satu dan lain hal. Terlepas dari semua itu, ada satu adegan yang membekas dalam ingatan ketika ada kematian seorang tokoh.
Perpisahan dengan orang yang dicintai memang tak bisa dipungkiri dapat meninggalkan sebuah luka di hati. Jika berpisah dan masih hidup, kemungkinan untuk bertemu masih besar. Namun jika ia telah pergi untuk selamanya, maka hanya air mata yang bisa mengetahui seberapa dalam cinta dan kerinduan akan keinginan untuk bertemu dengannya.
Menyayangi seseorang tidak dibatasi hanya antara ibu kandung dan anaknya tetapi bisa juga antara ibu angkat (orang tua asuh) dengan anak asuhnya. Rasa sayang yang besar terhadap anak membuat orang tua rela berbuat apa saja.
Lalu bagaimana jika anak yang ia asuh itu ‘pergi’ meninggalkannya? Untuk menjawabnya aku ingin menyampaikannya dalam sebuah cerita dari anime favoritku, One Piece.
Ini adalah salah satu sisi dari anime One Piece yang aku sukai yaitu sisi drama yang menyentuh. One Piece merupakan anime yang lengkap, tidak hanya tentang cerita petualangan dan pertarungan tetapi ada banyak pelajaran kehidupan.
Penasaran? Yuk baca pos ini hingga selesai.
###
Setelah kematian Ace dan Shirohige, banyak sekali bajak laut baru yang berkeinginan untuk melaut dan mengejar One Piece. Kematian Shirohige merupakan era bajak laut baru yang membuat warga dunia panik dan ketakutan.
Sementara itu di Desa Kincir (yang berada di Kerajaan Goa, lokasi East Blue), kabar tentang kematian Ace dan Shirohige menjadi perbincangan di setiap penjuru desa. Warga Desa Kincir mengenal Ace karena dia dan Luffy berasal dari desa tersebut.
Begitu pula dengan Dadan. Bandit Gunung ini adalah ibu angkat mereka berdua dan Sabo. Ketika mendengar kabar kematian anak asuhnya, Dadan sangat terpukul. Sudah berhari-hari Dadan merasakan duka yang mendalam. Hari ini dia datang menuju Desa Kincir. Dadan meluapkan emosinya dengan minum arak di bar milik Makino. Dadan telah meminum banyak arak hingga ia mabuk berat sambil menangisi kepergian Ace. Makino telah berulang-kali mencegah Dadan untuk menenggak minuman keras. Tapi Dadan tidak mau berhenti. Ia baru berhenti ketika salah satu anak buahnya berteriak dari luar dan mengatakan bahwa Garp telah datang. Garp adalah kakek angkat dari Ace.
Jantung Dadan berdetak lebih kencang dari biasanya ketika mendengar nama itu disebut. Matanya menjadi merah. Keningnya mengerut dan kepalanya terasa amat panas. Tangannya dikepalkan. Lalu ia memukul meja bar dengan keras. Nafasnya menjadi tidak teratur. Hatinya pedih sekaligus sedih. Sungguh perasaan yang bercampur baur. Tanpa pikir panjang, ia langsung keluar dari bar untuk menemui Garp.
“Oi, Garp!”
Dadan berteriak sangat keras kepada Wakil Admiral dari Markas Angkatan Laut itu. Dadan membawa sebuah pentungan besar. Badannya yang seperti Hulk dengan mudah mampu mengangkat senjata yang berat tersebut. Dengan satu ayunan tangan, Dadan memukul Garp tepat mengenai kepalanya. Garp terpental ke belakang dan jatuh di jalanan desa.
“Kau berani menampakkan mukamu di sini lagi, huh?”
Dadan masih terengah-engah. Nafasnya masih tidak teratur. Luapan emosinya tak dapat ia bendung lagi.
“Jangan ikut campur. Aku kenal wanita ini,” ujar Garp kepada anak buahnya yang sedang menodongkan senjata kepada Dadan.
Dadan melempar senjatanya lalu menghampiri Garp. Dia duduk di atas perut Garp, sementara kedua tangannya memegang mantel Garp. Sambil berteriak, menangis dan membentak, Dadan memukul-mukul muka Garp.
“Kau ada di pertempuran itu. Mereka berdua berada tepat di depan mukamu. Jadi, apa saja yang telah kamu lakukan? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa kamu membiarkan Ace mati seperti itu? Apakah tugas lebih penting daripada keluargamu sendiri? Oi, Garp! Pahlawan Angkatan Laut macam apa kamu? Mati saja, dasar kakek sialan! Katakan sesuatu, Garp! Kenapa kamu tidak membantunya? Kenapa kamu tidak mencegahnya?”
Anak buah Dadan berusaha menghentikannya. Tetapi Dadan tidak peduli. Ia terus saja memukul wajah Garp hingga berdarah.
“Berdiri kau! Gunakan kakimu. Dasar manusia tidak berguna!”
Namun Makino mencegah pukulan Dadan. Ia memegang tangannya. “Berhentilah, Dadan-san. Mereka berdua berada dalam jangkauannya Garp tetapi tetap ia tidak bisa membantu mereka. Garp-san adalah orang yang palng menderita karena kejadian ini,” Makino menghentikan Dadan sambil menangis.
Garp tertunduk sedih dan menyesal. Ia yang seorang angkatan laut tidak bisa membantu kedua cucunya karena Ace dan Luffy adalah bajak laut. Sebenarnya Garp sudah berusaha untuk menghentikan Akainu yang sedang menyerang Ace dan Luffy tetapi Sengoku mencegah Garp agar tidak melakukan hal itu. Jika Garp membantu bajak laut maka ia bisa dihukum oleh Angkatan Laut. Garp mengalami dilema. Di satu sisi, ia menyayangi Ace dan Luffy dan ingin membantu mereka, tetapi di sisi lain, ia harus mempertahankan posisi dan jabatannya sebagai Wakil Admiral.
“Kamu salah, Makino,” balas Dadan. “Orang yang paling menderita di sini adalah Luffy.”
Makino, anak buah Dadan dan warga Desa Kincir menangis mendengar perkataan Dadan.
“Kalian semua tahu kan bagaiamana dalamnya perasaan Luffy kepada kakaknya?
Makino tidak kuat menahan kesedihan. Bagaimanapun juga, Ace dan Luffy sangat dekat dengan Makino. Ia kemudian pergi ke dalam bar. Air mata tidak berhenti turun dari kedua matanya.
Lalu Kepala Desa datang dan menanyakan tentang Luffy kepada Garp. Garp bercerita bahwa Luffy masih hidup setelah berhasil meloloskan diri dengan menaiki kapal selam. Mendengar hal ini, ada sedikit perasaan lega di dalam hati Dadan. Baginya, Luffy memanglah anak yang bodoh tetapi mau jadi bajak laut seperti apapun akhirnya nanti, Dadan akan selalu mendukung Luffy. Dadan berharap Luffy bisa tegar dan tidak boleh menyerah kepada rasa sakit karena kehilangan Ace.
“Ketika aku memikirkan bagaimana perasaannya Luffy, justru rasanya hatiku yang tercabik-cabik dan terluka,” lanjut Dadan.
(Sumber : Anime One Piece – Episode 505)