Selepas magrib, aku sudah nongkrong di Warung Kopi Wak Kecik. Meskipun tahu teman-temanku tak akan datang tetapi aku tetap ke sini. Sudah kebiasaan, sepulang kerja hampir selalu mampir.
“Mau minum apa, boi?”
“Vanila Latte saja, Wak.”
Wak Kecik bergegas membuatkan pesananku. Tiba-tiba kuingat mau membaca sebuah pos. Setelah masuk di browser lantas kubaca pos tersebut.
“Asyik bener, boi. Baca apaan?”
Wak Kecik menaruh pesanan di meja lalu ia duduk di sampingku.
“Ini pos temanku, Ayu. Tentang virus Corona.”
“Wah, sungguh? Kasih tahu Wak apa isinya. Bacain.”
“Oke, oke.”
Aku scroll lagi pos hingga ke atas. Wak Kecik sudah siap menyimak. Aku bacakan pos tersebut.
“Melalui kanal terpercaya seperti WHO (World Health Organization), kita dapat melihat bahwa Coronavirus disease (COVID-19) atau dikenal juga dengan sebutan 2019-nCov atau 2019 Novel Corona Virus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus. Virus ini tidak ditemukan pada manusia sebelumnya tapi kemudian berevolusi dan dapat hidup, tumbuh, serta menyebar pada manusia dan selanjutnya menyebar melalui manusia ke manusia.
Virus ini menyebabkan masalah pernapasan pada manusia (seperti flu) dengan tanda-tanda seperti batuk, demam, dan pada beberapa kasus khusus adalah pneumonia. Saat ini, WHO menyatakan bahwa virus ini dapat menyebar dari kontak yang dilakukan antar manusia satu dan manusia yang lainnya. Kontak dapat terjadi ketika seseorang batuk atau bersin, atau melalui droplets yang keluar dari air liur, atau cairan yang keluar dari dalam hidung (mungkin lebih familiar dengan sebutan ingus). Kesimpulannya, penyebarannya persis terjadi seperti flu (influenza).
Panik adalah reaksi pertama yang banyak muncul dari masyarakat, terutama dari media sosial. Penyebaran informasi yang super cepat pada saat ini membuat respon panik menjadi semakin ke sana-kemari. Jika kita gali lebih jauh, respon panik ini terjadi tidak lain dan tidak bukan karena kita memiliki keterbatasan pengetahuan akan apa yang terjadi. Kita tidak tahu bagaimana dapat melawan virus ini, sedangkan tanpa kita sadari, kita sudah terinfeksi. Pada saat ini, saya sendiri hanya menaruh kepercayaan pada kemampuan tubuh saya untuk bertahan menghadapi badai virus yang luar biasa ini. Dan bla, bla, bla.”
“Tulisannya rapi dan keren. Isinya juga informatif. Sekarang Wak jadi lebih paham tentang Corona.”
“Iya, Dia bloger hebat. Menulis di blognya hanya seminggu sekali tetapi sekalinya menulis bisa sebagus itu. Gak kayak bloger yang koar-koar sudah menulis seribu pos tapi saat membaca salah satu posnya itu mengecewakan. Jauh panggang daripada api.”
Sepuluh menit telah berlalu. Wak Kecik juga sudah kembali ke mejanya. Tinggallah aku sendiri. Warung sedang sepi dan sofa panjang itu menggodaku untuk menggagahinya. Sebelum Wak Kecik melihat, aku segera berpindah tempat. Ternyata sofa empuk ini lebih enak untuk rebahan. Haha.
Hujan turun saat aku membuka chat Ikatan Kata.
Cikgu:
Ngendi jowone?
Don Juan:
Kayane Purwokerto.
Nunu:
Kebumen.
Cikgu:
Purworejo?
Nunu:
Ayo tebak-tebakan, yang bener dapat gelas warna-warni.
Aisyah:
Bumiayu.
Cikgu:
Brebes.
Aisyah:
Betul.
Don Juan:
Purwokerto kan, Bumiayu tuh.
Nunu:
Dapet gelas.
Cikgu:
Nunu dapat gelas.
Aisyah:
Beda, Kak. Purwokerto sendiri.
Nunu:
Enggak, mas andi yang dapat.
Cikgu:
Dia salah.
Nunu:
Duh lagi baca puisi Pak Narno malah buka WAG.
Cikgu:
Puisi yang mana.
Nunu:
Gak hafal daerah jawa. Yang baru dipos. Mainnya kurang jauh. Cuma nyampe bangkalan.
Cikgu:
Tuh lebih jauh dariku.
Nunu:
Bekal uang 15.000 dulu tahun 1998 alhamdulillah nyampe sana. Modal nekad.
Me:
Wah 98, saya belum lahir, Nu.
Don Juan:
Bapak belum bertemu ibu, Nu. Wah.
Aisyah:
Wah, benarkah?
Cikgu:
Jadi sekarang umurnya sudah 40 tahun.
Me:
Sepertinya Nunu sekarang harus bercerita perihal usia. Banyak yang mempertanyakan. Kalau benar kata Mas Narno aku mau manggilnya berbeda. Aa Nunu, Kang Nunu, Aang Nunu, Raka Nunu, atau Mang Nunu kali ya.
Don Juan:
Aa sama Kang, bedanya di mana? Aa itu panggilan Betawi? Kali iya, Mamang.
Me:
Aa, Akang, Aang berarti sama dalam bahasa Sunda.
Don Juan:
Penggunaannya.
Nunu:
Udahlah pasti.
Don Juan:
Bapak sama ibu belum ketemu, Nu.
Cikgu:
Haha.
Me:
Tak ada hubungan sama Betawi. Tapi karena betawi (jakarta) banyak orang Sunda yang rantau lalu terjadi akulturasi bahasa.
Nunu:
Tahun 1998 saya mondok baru satu tahun.
Me:
Penggunaannya untuk memanggil saudara lelaki yang lebih tua. Atau kepada lelaki yang dituakan. Kalau untuk kakak perempuan itu Teteh, Ceuceu, Euceu.
Cikgu:
Saya mulai mondok 2005.
Nunu:
Enggak.
Me:
Mondoknya tahun berapa? Kalau mondok 97, itu saat Nunu kelas 1 SD, SMP, SMA?
Nunu:
Tahun 1997 pas moneter, saya dari kecil di pondok mas cuma ngalong, mulai serius 1997.
Me:
Petunjuknya kurang detail. Saya bukan Sherlock Holmes.
Nunu:
Ngapain juga di telik-telik Kang, rumit jalan hidupku.
Me:
Bukan jalannya. Tahun lahirnya. Kalau kata Bondan Prakoso. “Yasudahlah.”
Nunu:
Udah lewat kepala 3 pokoknya.
Me:
Aku manggilnya Mang Nunu saja. Haha
Cikgu:
Rentang 30 – 39
Me:
Berinteraksi dengan Nunu ini seperti sedang mengisi teka-teki silang
Nunu:
Aku malah, dipanggil, Uwa, bapak, akang, mamang, abah juga ada yang manggil.
Me:
Atau mungkin lagi main puzzle gambar. Abah mah sama anakmu itu ya.
Nunu:
Yang tua juga malah manggil Uwa
Cikgu:
Pengalamannya luar biasa.
Nunu:
Malu saya. Kalau di Tasik, Uwa itu ada maknanya.
Me:
Tinggal mencari istri nih.
Cikgu:
Ada juga yang manggil aku mbah, kang, om atau babang tamvan.
Me:
Postur Mas Narno dan kumis tebal pantas disebut Abah.
Cikgu:
Cucunya kakak ipar memanggilku abah.
Nunu:
Aku emang tubuh kecil mungil, Kang. Mau sekolah SD saja ga diterima waktu itu, karena kecil.
Me:
I see
Cikgu:
Seperti itu
Nunu:
Seingat saya masuk SD saya umur 10 karena kecil banget
Me:
Setauku masuk SD itu umur 7 tahun kan ya
Nunu:
Yang seumuran udah ada yang 2 dan 3 anaknya. Iya malah beda 4 tahun sama yang seumuran. Saya kelas 1 mereka kelas 4.
Cikgu:
Umumnya 6 atau 7 tahun.
Nunu:
Kalau ketemu lah pasti heran.
Me:
Kalau sekarang syarat masuk SD masih berdasarkan tinggi badan?
Don Juan:
Aku 6 tahun.
Me:
Mirip masuk Akpol ya.
Don Juan:
Aku gak pakai TK langsung SD. Aku dikira ajaib, kelas 2 langsung bisa baca.
Nunu:
Inget kata Mas Andi di filmnya bajak laut, ada cerita air yang bikin awet muda. Nah selain imut dan menggemaskan. aku itu awet muda, saudarar-saudara.
Don Juan:
Nabi Khidzir, dan Air Mata Kehidupan. Jack Sparrow
Me:
Pirates of Carribean
Bubid:
Nggak, yang penting udah 6 tahun atau lebih.
Nunu:
Oh.
Don Juan:
Aku paling semangat baca nyaring, baca cerita di depan kelas. Sekarang ada gak ya, membaca nyaring di depan kelas?
Me:
Bicara tentang SD aku jadi inget guruku. Dari aku masuk kelas 1 SD hingga sekarang dia masih ngajar di SD.
Nunu:
Hikmah di pondok aku jarang sekali minum air matang kecuali dapet dari ladang. Waktu sukuran tetangga suka dikasih makanan. Dulu aku dan para santri minum air mentah dari sumber air di bawah pohon bitung. Karena kondisi pesantren salafi waktu itu kurang berkembang
Don Juan:
Kalau Pirates of Caribbean itu tidak bikin awet muda, tapi abadi. Wajahnya tetep tua, dan umur yang nambah berdasarkan umur yang dirampas.
Nunu:
Tapi jarang sakit perut, malahan belum pernah waktu di pondok. Aku sakit perut kalau Andy nyanyi.
Don Juan:
Sama. Guruku juga iya. Masih ngajar sekarang. Hebat sekali.
Cikgu:
Kalau guruku waktu MI sudah pensiun semua, digantikan teman-temanku
Don Juan:
Bahkan ada satu atau dua, yang juga guru ibuku ternyata. Wooow. Ada satu atau dua, yang guru bapakku, juga guru ibuku dan guruku.
Cikgu:
Aku malah turun, muridku sudah ada yg doktor, aku diturunkan dari guru MA ke MTs
Me:
Waktu itu pemerintah sedang ada program untuk guru-guru yang belum memiliki sertifikasi akta 4. Ujiannya pakai komputer dan internet. Waktu itu aku lagi mudik ke Tasik. Ibu Guru tahu lalu memanggilku ke rumahnya. Dia memintaku mengajarinya menggunakan komputer dan cara menghubungkan ke internet. Kebalikan dari yang dulu terjadi. Sama seperti dulu beliau mengajariku dengan penuh kesabaran karena aku gak ngerti-ngerti, begitu juga yang kulakukan. Mengajarinya pelan-pelan. Sebulan kemudian kudengar kabar kalau beliau lulus. Hormat saya untuk para guru di manapun engkau berada. Terutama para guru yang ada di Ikatan Kata
Don Juan:
Ooh dulu Pak Narno guru MA? Woh keren sudah ada yang jadi doktor. Pak Narno mengajar sudah berapa tahun, Pak? Hidup guru!
Bubid: Hormat!
Me:
Terima kasih juga kepada ibu bidan di manapun kau bertugas. Salah satunya telah membantu istriku melahirkan anakku yang lucu mirip papanya ini
Cikgu:
2001 ngajar MA dan kejar paket di Purwokerto, 2005 pindah ke Kuningan ditugasi ngajar kelas 1 mts dan 3 MA, lama-lama ada pemisahan jadinya di MTS.
###
SUMBER : Pos Ayu
Temukan keseruan obrolan Para Pengikat Kata di WKWK