Tapalèuk; Di Kompleks Pengikat Kata

Basa-Basi

Sebelum memasuki poin-poin inti, izinkan saya berbasa-basi. Basa-basi saya akan cukup panjang.

Beberapa hari setelah mengeposkan KETIK 4 atau 5, seorang pengikat kata, Kang Fahmi, sempat mengundang saya untuk berkunjung ke blog beliau. Namun, jeda antara undangan itu datang dengan bergeraknya saya lumayan jauh. Beberapa hari kemudian, sewaktu progres saya akhirnya tiba pada KETIK 8, saya baru menjalankannya.

Blogwalking sebenarnya selalu menjadi proses yang menyenangkan. Selain bisa melihat ‘wujud’ rumah yang beragam tema, warna, dan pengaturan lainnya yang menyegarkan mata, saya juga bisa melihat berbagai macam sudut pandang orang lain dalam melihat sesuatu, pengalaman-pengalaman yang mungkin belum pernah saya rasakan, atau kisah hidup yang bisa memberikan pembelajaran bermakna.

Meski begitu, saya tergolong manusia yang malas berkomentar. Saya lebih suka jadi pencuri, datang diam-diam menyerap ilmu dari tulisan seseorang, lalu pergi tanpa memberi jejak. Pembaca senyap yang lebih sering mewakilkan apresiasi lewat tombol ‘like‘ atau bintang.

Ironisnya, kendati saya mengagulkan diri sebagai seorang bloger, semua itu terjadi karena saya malas mengetik dan malas berpikir. Diperlukan kecermatan dalam membaca berpuluh-puluh tulisan yang berbeda biar ‘buah tangan’ yang saya berikan tepat. Apalagi, melihat jumlah Pengikat Kata yang menembus angka 30-an lebih—nyaris 40, bahkan. Baru melihat angkanya saja, pundak saya terkulai lunglai. Iya, saya cukup LeeemaaaHHH dengan tiga H kapital.

Maka, saya menjalankannya pelan-pelan. Proses pemenuhan KETIK 8 berjalan lambat. Terlebih dengan suatu peristiwa buruk yang berlangsung di tengah-tengah penyusunan. Saya berharap, ini menjadi KETIK saya yang progresnya paling lambat. Semoga tiada lagi progres lambat lain yang menyusul kelak.

Sumber

Tapalèuk

Sebelum ini saya sempat membaca-baca KETIK 8 milik para pengikat kata lain. Ada dua tulisan yang mengambil judul dengan bahasa daerah. Arti kedua kata tersebut hampir mirip. Berkunjung.

Dalam bahasa Kupang, ada satu kosakata yang punya makna serupa. Tapalèuk. E diucapkan seperti melafalkan ’ember’. Di pulau Timor, kamu bakal lebih sering mendengar é daripada e, sebab, bahkan ê pun lebih banyak dilafalkan orang sebagai è bahkan é. Empat jadi èmpat. Melafalkan jadi mèlafalkan.

Tapalèuk berarti jalan-jalan, singgah, melancong, berpelesir, berkunjung, dan sederet sinonim lain, yang seringnya diisi dengan aktivitas ngobrol bareng. Biasanya dilakukan saat santai. Misalnya, ibu-ibu yang main ke rumah tetangga, terus ngegosipin harga bawang yang meroket, atau tetangga lain yang baru beli mobil baru, ngapel ke rumah pacar pada Sabtu malam, bahkan berpetualang pun masuk dalam kategori tapalèuk.

Berhubung kali ini saya betulan menyambangi rumah-rumah para tetangga dalam satu kompleks Pengikat Kata, saya menamai aktivitas saya sebagai tapalèuk.

Dan, inilah beberapa buah tangan yang saya titipkan pada para tetangga selama saya ber-tapalèuk.

1. Ishfah Seven | Finding Typo

Kang Fahmi merunutkan tentang kesalahan tipografi atau saltik. Saya baru tahu berkat ulasan ini kalau typo hanya merujuk pada kesalahan pengetikan akibat kegagalan mekanis, slip tangan atau jari. Maka, salah ketik yang diakibatkan oleh ketidaktahuan penulis tidak termasuk typo.

Kang Fahmi juga memberikan beberapa kalimat yang memiliki galat pengetikan, untuk kemudian dikoreksi oleh pengunjung. Saya memilih salah satu di antaranya untuk saya koreksi menurut pengetahuan saya:

““Untung saja kamu masih bisa bertahan dan masih bisa bekerja kembali. Coba kalau tidak, siapa lagi yang bisa membantu adik-adik kamu?”

Biasanya kalau saya mengoreksi tulisan orang, saya suka bingung sendiri. Misalnya, ada yang pakai kata ‘Ga’ atau ‘Gak’, di sisi lain ada yang pakai ‘Nggak’ atau ‘Enggak’. 😂 Jadi sering bertanya-tanya sendiri, ini perlu dikoreksi enggak, nih? Wqwqwq.”

Selain pada pos Finding Typo, saya juga sempat menitipkan komentar lainnya sebagai saran tentang kepenulisan fiksi pada White Hawk 1 – Pria di Tepi Sungai. Saya mencoba, meski pengetahuan saya soal kepenulisan masih dangkal karena saya juga seorang pembelajar dan bukan ahli. Berhubung komentar saya di sana cukup panjang, tidak saya sertakan dalam tulisan ini.

2. Pena HP | Goes to Malang

Cerita Mas Heri soal perjalanan beliau demi menjemput sang Ibunda di Malang dengan kereta tertulis di sana. Saya bertanya pada Mas Heri beberapa jam setelah cerita ini dipos.

“Sudah sampai kah, Mas Heri? Semoga segala sesuatunya dilancarkan. Enggak kebayang lelahnya melintas separuh pulau begitu. Kalau boleh tahu, ibunya Mas Heri tinggal bareng Mas Heri kah?”

3. Cerita dianpur | Lego dan Fikri

Sebagai seorang ibu, wajar jika Mbak Dian merasa perlu memperhatikan permainan anak beliau. Sejujurnya, saya agak salut dengan ibu-ibu yang masih berkenan mencari game fisik buat anak-anaknya, sekalipun ada kemungkinan bakal rusak, hilang, atau rompal dalam waktu ringkas. Dalam tulisan ini, Mbak Dian bercerita tentang permainan lego milik putranya.

Sekarang udah banyak permainan susun-menyusun begini buat anak ya, Mbak. Seru. Dulu waktu masih kecil paling BP, atau stick es krim yang disusun-susun.

Banyak orang tua yang malas beliin mainan buat anaknya dengan alasan, “Alah, buang-buang uang. Nanti juga paling rusak atau enggak kepake kalau si anak udah gede.” Padahal permainan menyusun bentuk buat anak kayak Lego ini bisa melatih kemampuan kognitif sama psikomotorik.

Keponakan saya yang paling kecil, usianya 8 tahun juga dikasih Lego. Seru lihatin mereka ngebentuk-bentuk gitu.”

4. Lost in Wonderwood | INFP-T

Rupanya Kucca sudah mengikuti tes yang pernah saya ulas dalam KETIK 4. Dan dalam tulisan ini, ia bercerita tentang kesan setelah mengikuti tesnya. Berhubung Kucca sempat bertanya, apakah tidak apa-apa mempercayai tes-tes tipologi seperti ini, maka saya menjawab:

Halo, Kuca. Aku luruskan sedikit, ya. Seperti yang udah kutulis di artikel kemarin, tes kepribadian MBTI ini bukan ramalan (meskipun ada yang bilang MBTI enggak jauh beda dengan itu dengan maksud mengejek). MBTI salah satu tes psikologi buat mengecek kemampuan kognitif. Ini juga berbeda dari ilmu falaq seperti yang dibilang Mas Nunu. MBTI bukan ramalan.

Sedikitnya ada 3 fungsi utama ilmu psikologi: 1. Mendeskripsikan perilaku, 2. Memprediksi perilaku, dan 3. Mengendalikan perilaku.

MBTI membantu kita untuk mengenali kemampuan kognitif masing-masing, lalu berusaha mengoptimalkannya, dan kalau bisa, menutupi kekurangan yang kita miliki. Sama seperti tes kepribadian lainnya semacam tes kokologi, enneagram, dll.”

Koreksi: ada 4 fungsi utama psikologi, tambahannya adalah mengenali perilaku. Untuk MBTI, mungkin bagi beberapa kalangan itu mirip pseudosains, sih, (LOL) karena yang mengusung bukan orang psikologi (dan saya sendiri juga bukan orang psikologi, LMAO). Saya menghargai perbedaan pendapat yang berlangsung di kalangan ini. Saya juga sebetulnya berada di tahap tidak begitu percaya MBTI karena satu dan lain hal, yang mungkin bakal saya bahas kemudian, tetapi saya masih memegang perihal kemampuan kognitifnya.

5. nolbesar | Tahapan Pernikahan Menurut Islam

Kang Nunu bercerita tentang pernikahan temannya. Dalam tulisannya, beliau menyelipkan pernyataan ini:

“Hidupkan Islam, bukan mencari kehidupan dalam Islam”

Yang saya respons:

“Ini mengingatkan saya pada semboyan Muhammadiyah. “Hidup-hidupkan Muhammadiyah, jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah.””

Dalam komentar ini, sempat ada kesalahpahaman kecil, tetapi bisa diselesaikan. LMAO. Mohon maaf jika kalimat saya terkesan kurang sopan ya, Kang Nunu. 🙏

6. On Delivery | Cerita Pembaca yang Terperangkap

Blog Mas Faisal sepertinya sudah lama saya ikuti sebelum saya bergabung dalam komunitas ini. (Bahkan saya sempat berpikir bahwa sepertinya saya bergabung dalam Ikatan Kata karena menemukan komentar Mas Fahmi dalam salah satu tulisan Mas Faisal. Mungkin, sih.) Meski begitu, saya belum pernah menjejakkan keberadaan saya di rumah Mas Faisal, padahal beberapa kali sempat membaca tulisan beliau yang lewat di reader.

Baru kali ini, pada tulisan beliau yang membahas kepercayaan pembaca terhadap cerita fiksi ini, saya berkesempatan memberi jejak. Beliau membahas soal fiktif atau fakta sebuah fiksi, serta bagaimana seseorang bisa menulis apa yang tidak pernah ia jalani.

“Kalau saya sih, lebih mengedepankan petuah seseorang, “Don’t believe everything you see.” Karena semua ini semu, bahkan ketika saya menyentuh ponsel untuk mengetik ini pun, sebenarnya saya dan ponsel tidak bersentuhan sama sekali. XD

*enggak nyambung*

Balik lagi ke persoalan fiksi. Pada dasarnya tugas penulis adalah menulis sesuai dengan imajinasi mereka. Tidak ada yang salah dengan penulis jomlo yang menulis fiksi romantis, atau seorang janda yang menulis tentang kehidupan rumah tangga yang tentram. Beberapa orang menulis dengan tujuan. Ada yang ingin menyampaikan nilai-nilai tertentu dalam tulisannya, ada yang ingin memberikan penghiburan untuk para pembaca dan membuat para pembaca membayangkan apa yang ia bayangkan, ada pula yang menulis untuk menghibur dirinya sendiri dengan realitas tiruan yang kondusif untuk karakter yang ia bentuk sendiri.

Karena menulis fiksi sebetulnya permainan imajinasi. Ia tidak butuh kredensial pengalaman dalam bidang ini atau itu sebagaimana kita menulis jurnal ilmiah. Dan juga, saya sendiri banyak belajar bahwa tidak cuma dari orang sukses kita bisa mendapatkan pelajaran hidup.

Omong-omong, salam kenal ya, Mas Faisal.”

Maksud saya pada pernyataan ‘fiksi tidak butuh kredensial’ bukan berarti dalam menulis tidak perlu belajar lho, ya. Ada yang namanya ‘riset’ dalam kepenulisan. Bagaimana dalam menulis, kita perlu mempertimbangkan fakta-fakta yang terjadi. Jika saya menulis tentang seorang penderita kepribadian ganda, maka saya perlu belajar tentang DID, ilmu psikologi, dan segala macamnya. Jika saya menulis tentang seorang dokter bedah, maka saya perlu tahu istilah-istilah yang ada dalam kedokteran. Saya memang tidak harus kuliah sekian ratus SKS untuk menulis itu, tetapi tetap saja informasi yang saya bagikan harus dilandaskan pada realita.

7. Jejakandi | Ketika Fajar 2020 Merekah

Ini adalah tulisan perdana Mas Andi di tahun 2020. Di dalamnya, Mas Andi bercerita soal kegundahan yang sempat beliau rasakan, tetapi berhasil beliau tepis dengan tekad untuk lebih banyak membaca.

“Halo, Mas Andi. Selamat menulis kembali.

Saya ikut senang melihat Mas Andi bisa menemukan semangatnya lagi, apalagi melalui bacaan. Sebelum mengetik ini saya sempat melihat-lihat isi blog ini terlebih dahulu, dan saya takjub melihat buku-buku yang dilahap Mas Andi. Wow (bukan promosi Binomo).

Tidak apa-apa jika Mas Andi merasa tidak apa-apa, karena itu manusiawi.”

Saltik, harusnya ‘tidak apa-apa jika Mas Andi merasa apa-apa, karena itu manusiawi.’ Astaga, malunya sudah sok bijak malah typo.

8. Apoteker Huzna | Profesi Apoteker Itu…

Dari nama blognya saja sudah ketahuan kalau Mbak Husna adalah seorang apoteker. Pos terbarunya pun, mengulas tentang profesi apoteker.

Halo, Mbak Husna. Saya juga dulu tergolong warga yang cuma tahu kalau apoteker itu kerjanya jualan obat. Pokoknya yang duduk di kursi apotek dan jualan obat, ya itu dia apoteker. Percaya enggak, kalau pemikiran saya tercerahkan dari komik? Iya, komik.

Teman saya, Ani, akhirnya memutuskan buat jadi apoteker karena Detektif Conan. Dia nge-fans sama Ai Haibara yang bikin obat APTX4869 itu. Kemudian, saya tahu. Apoteker bukan jualan obat doang, tapi juga bikin obat.

Saya beranjak dewasa dengan pemikiran itu. Baru kemudian saya kenal Webtoon, yang We’re Pharmacist itu, lho. Dan akhirnya, saya paham kalau ruang lingkup apoteker enggak cuma terbatas pada 2 aktivitas itu doang. Wqwqwq.”

9. Cuitan Masa Remaja Diwan | Sepanjang Jalan Kenangan Helen Maria Eleonora

Tulisan ini panjang. Saya memiliki kebiasaan menulis panjang (yang bukan novel tentunya wkwkwk), tetapi cepat bosan membaca tulisan panjang (dan ini mematahkan upaya saya untuk bisa melakukan hal-hal secara seimbang). Tetapi cerita Kang Ridwan tentang agenda jalan-jalannya mengelilingi kota Kembang ini enak sekali dibaca. Tahu-tahu, sudah sampai akhir saja.

“Enak banget lho, saya bacanya. Panjang tapi enggak bikin bosan. Saya baca sampai tuntas-tas-tas. Gaya berceritanya bagus, santai dan ngalir. Dari sini walau saya belum pernah ke Bandung, tetapi bisa kebayang lewat cerita-ceritanya.”

10. Catatan Hatiku | Rindu

Membaca deret kata-kata tentang senja selalu membangkitkan mood saya. Saya penyuka senja. Kali ini, Mas Aby menuangkan tulisan tentang senja dalam bentuk sebuah puisi. Seseorang menggambarkan kerinduannya kepada langit senja, yang tidak bisa disaksikannya lagi, karena penglihatannya telah diambil oleh-Nya.

Beberapa kata di bawah puisi lantas membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengan Mas Aby?

“Salam kenal dan salam silaturahim, Mas Aby.

Senja memang sangat indah. Saya juga pengagum langit senja, bahkan sering keliaran sepulang kerja hanya demi melihat langit yang memerah. Kata seorang penulis yang saya lupa siapa, senja itu waktu di mana angkasa memar, tetapi buat saya, senja itu waktu yang mengingatkan saya akan pulang.

Saya tidak tahu apa yang menimpa Mas Aby, tetapi saya harap segala urusan Mas Aby dimudahkan oleh Allah, dan segalanya bisa berjalan dengan lebih baik lagi. Aamiin.”

11. Kantong Semar | Yuk Gabung Komunitas Ikatan Kata

Blog yang dikelola Mbak Hani Septiana ini bernuansa abu-abu muda yang membuat saya merasa adem ketika baru masuk. Tampilannya juga simpel sekali, tetapi elegan.

Saya melihat pos terakhir yang ditulis Mbak Hani adalah KETIK 3, yang mana mengajak teman-teman lain untuk turut bergabung dalam Ikatan Kata.

“Halo, Hani. Aku Mira. Kita sama-sama bergabung dalam komunitas ini. Hehehe. Semoga ke depannya kita bisa saling belajar dari satu sama lainnya, ya.”

12. Ilham Arya Susanto | Bekerja Sama dalam Ikatan Kata

Pada pos yang diterbitkan Mas Ilham demi memenuhi KETIK 3 ini, beliau membukanya dengan sebuah peribahasa Afrika yang apik. Bahwa jika kita ingin berjalan cepat, lebih baik kita melakukannya sendirian, tetapi jika kita ingin berjalan jauh, sebaiknya kita melakukannya bersama-sama. Ada keuntungan masing-masing, baik dengan bekerja secara berkoloni atau menyendiri.

Berikutnya, Mas Ilham menceritakan bagaimana beliau bisa bergabung dalam Ikatan Kata.

“Halo, Mas Ilham. Selamat bergabung (lagi).

Ini adalah salah satu pos perkenalan terniat yang pernah saya baca. Paragraf pertama kamu saja sudah mampu menjerat saya buat membaca semakin ke bawah. Wqwqwq.

Omong-omong, sepertinya saya bisa mengerti dengan poin ketiga dari alasan kenapa kamu enggak bersemangat menulis di WordPress. Keluarga saya juga menilai menulis di internet (termasuk blog) adalah hal yang sia-sia. Sedih kalau diceritain(?).

Semoga Mas Ilham bisa terus menulis, yaaa.”

13. Kampung Manisku | Suwung

Blog yang dikelola Mas Narno ini sepertinya memang blog yang dikhususkan untuk menampung puisi-puisi. Itu yang saya pikirkan ketika pertama menyambangi rumah beliau. Maka tidak heran jika Mas Narno seringkali dijagokan dalam uruan perpuisian (saya sempat membaca puisi beliau untuk KETIK 12).

Karena saya tidak mengerti arti kata ‘suwung’, komentar saya demikian:

“Ketika membaca larik pertama, saya pikir puisi ini bercerita tentang keindahan alam di desa-desa. Rupanya ini bercerita tentang kampung yang ditinggalkan penghuninya demi merantau ke kota. Suasana tidak terawatnya tercermin jelas dengan penggambaran puisi Mas Narno. Sedih rasanya membayangkan desa kehilangan hangatnya.”

14. Maria Frani Ayu | Bincang-bincang tentang Covid-19

Pandemik Corona sementara merajai dunia. Kepanikan dan gerakan meminta masyarakat untuk tetap tenang, saling silang-menyilang tidak keruan. Ada yang fokus pada jumlah pasien yang kian merunyak sehingga jadi semakin khawatir, ada pula yang optimis dengan penanganan medis.

Ulasan Kak Ayu tentang Covid-19 ini sangat bermanfaat. Sebagai seorang tenaga kesehatan, beliau membahasnya dari sudut pandang medis yang mampu dicerna masyarakat awam.

“Ini bermanfaat sekali. Banyak informasi simpang-siur, dan kadang masyarakat bingung mau percaya yang mana.

Setuju sama Mbak Dian. Saya juga sedih banyak yang ngambil kesempatan dalam kesempitan. Bahkan kemarin, sempat lihat seorang teman yang mau ngasih makser cuma-cuma, tapi yang mau ngambil justru kepingin jual kembali.

Selama seminggu saya dirawat di RS yang jadi rujukan penanganan virus. Di sana terasa bener kalau pihak pelayanan kesehatan dalam kondisi waspada, tetapi mereka tetap bisa melakukan aktivitasnya dengan baik. Selalu kagum sama tenaga kesehatan.
Omong-omong, saya setuju sama kalimat ini,

“Jika saya belum aman dan saya menolong orang lain, ini Namanya misi bunuh diri. Tolol dan sama sekali tidak heroic.”

Semoga Kak Ayu sehat selalu.”

15. Kata Alwi | Depresi, tren?

Dewasa ini kita menangkap banyak generasi muda yang terlihat tertekan. Mengeluh, menyatakan mereka depresi, dan tidak jarang, menyakiti diri sendiri. Mas Alwi meluapkan keresahannya akan penderita depresi yang kian merunyak tetapi enggan menerima bantuan.

Demikian adalah respons saya atas ulasan Mas Alwi:

“Sebagai penderita penyakit mental yang punya fase depresi saya harus ngaku kalau tulisan ini sangat menampar. Apalagi kalimat yang saya rasa agak ‘kasar’, yang menyatakan, ‘bukan cuma kamu yang menderita’ dsb. Kalimat ini dulu pernah jadi kalimat andalan saya buat ngeremehin orang yang demen ngeluh wqwqwq. Dan, kata psikiater saya, itu bukan kalimat yang pantas disampaikan pada penderita depresi, karena bakal makin memperkeruh jalan pikiran mereka.

Tetapi, selebihnya saya setuju dengan niat baik Mas Alwi buat memotivasi para penderita depresi untuk nggak memendam segalanya seorang diri dan nggak menghindar dari uluran tangan orang lain. Kadang, penderita depresi nggak sebegitu sadar kalau mereka sangat butuh bantuan orang lain. Ngerasa diri sendirian itu justru salah satu dari bentukan alur pikir penderita depresi. Ada perbedaan yang jelas antara sedih sama depresi. Setiap orang pasti pernah stress pasti pernah galau, bedanya dengan orang depresi kesedihannya itu berkumpul di dalam kepalanya sendiri–apa pun itu. Beberapa tipe depresi sumbernya dari otak. Seperti bipolar. Ada lagi yang justru sakitnya adalah nggak percaya sama orang lain. Seperti borderline. Jadi, emang kita nggak bisa menyalahkan si penderita itu sendiri, karena siklusnya ya gitu terus: mereka ngerasa sendirian yang bikin depresi -> depresi yang bikin mereka ngerasa sendirian -> ngerasa sendirian yang bikin depresi … gitu aja terussss.

That’s why, mewanti-wanti mereka buat nyari bantuan itu cenderung sulit. Cuma orang-orang yang bertekad kuat atau lingkarannya bisa mengerti, yang bisa bikin mereka bangkit.

Ada beberapa tipe orang yang lebih terpecut dengan kalimat pedas daripada kalimat lembut. Saya berharap mereka yang masuk golongan pertama bisa membaca tulisan ini. Khawatirnya, orang dari golongan kedua malah menganggap ini sebagai ungkapan ‘ketidakmengertian’. Pasalnya, waktu depresi menyerang, emang akal sehat udah susah banget ditarik buat berpikir logis, apalagi buat mencerna kalau sebetulnya tulisan ini tulisan ‘tsundere’ walau kelihatannya kasar, tapi sebetulnya ngajak hal baik: ngasih tahu para penderita depresi buat keluar dari selaput yang mereka susun sendiri.

Terima kasih buat tulisan ini.”

16. Rufundhi | Suka Duka Scrispy 2

Mbak Rifi lagi menghadapi musuh sekaligus kesayangan para mahasiswa tingkat akhir sejagad Indonesia, apa lagi kalau bukan Skripsi? Skripsi bisa menjadi skripshit, bisa pula jadi skripsweet. Nah, spesial dari Mbak Rifi, kumpulan kertas dan tulisan renyah ini namanya Scrispy. Perjuangan beserta kesannya ia tuangkan dalam tulisan ini.

Kepadanya, saya cuma bisa memberi semangat dan doa dari jauh buat kelancaran tugas akhirnya.

“Semangat skripisannya. Sedikit lagi tuntas! Percayalah, skripsi pasti berlalu …

… kalau dikerjakan.

Wqwqwq. Insya Allah semua perjuanganmu akan menuai buah yang manis. Aamiin.”

17. Eigarin | Introvert and Me

Kelamaan tidur membuat saya kurang up to date akan berita terbaru, apalagi kedatangan member-member Ikatan Kata yang semakin banyak saja. Kali ini, saya mampir ke blog milik Mbak Alya dan cukup tertarik dengan ulasan beliau tentang introver.

Hai, Rekan Seperintroveran! 😹

Percaya nggak kalau saya bilang, saya adalah introver yang hanya memenuhi sedikit saja deskripsimu di atas?

Well, saya juga pernah nulis soal introver. Kalau berkenan, kamu boleh mampir buat baca. https://celestillalaland.wordpress.com/2019/06/24/tnj-hal-hal-berikut-adalah-salah-kaprah-tentang-introver/

Omong-omong, salam kenal. Saya juga member Ikatan Kata yang baru bangkit dari hibernasi musim semi.”

18. Coffee Lady | Pemimpin

Aroma baru yang menguar dari blog ini membuat saya terharu. Persis menyambut bayi yang baru lahir. Selamat datang, Nona Kopi(?), semoga masa hidupmu awet dan berkualitas.

Pos teranyar yang saya baca adalah sebuah cerita berjudul pemimpin. Kisah tentang seorang anak pensiunan tentara yang hidup pas-pasan, dan harus puas diantar-jemput bapaknya dengan sebuah sepeda motor butut.

“Vibes ceritanya mirip kisah-kisah yang sering kubaca dari Annida waktu SMP. Jadi kangen.

Kita memang hidup di dunia dan zaman, di mana kelurusan itu mahal harganya. Mesti nemplok sana, nemplok sini, sikut sana, sikut sini, baru bisa punya nama. Semoga orang seperti Bapak nggak semakin terasing dari dunia ini.”

19. Gassmom | Kamu Tidak Kenal Siapa Aku?

Jabatan, lingkaran, koneksi, terkadang jadi senjata buat dapat kursi prioritas dalam pelayanan publik atau menggencet masyarakat kecil. Bu Sondang menuangkannya dalam tulisan ini.

Sebulan lalu saya baru menamatkan drama Korea dr. Romantic Kim. Orang-orang setipe, ‘Kamu tidak kenal siapa saya?’ ternyata bukan cuma produk lokal semata. 😹

20. Hai Fiska! | Berbeda

Deretan kata-kata Mbak Fiska ini singkat saja, tetapi membekas.

“Ini deretan kalimat yang sangat, sangat indah. Saya setuju sekali. Saking setujunya sampai tidak bisa berkomentar. Terlebih pada kalimat ini:

‘Berbeda bukan berarti kamu salah dan mereka benar. Bukan juga berarti kamu buruk atau mereka lebih baik.’

Karena memang ada banyak sudut pandang yang kita pakai untuk melihat segala sesuatu.”

21. Ar Risalatuna | Pause

Judulnya saja Pause. Ini pos penanda jeda dari Mbak Mul. Kalau pakai istilah roleplayer fiksi, ini namanya hiatus plot. Wqwqwq. Dan, ini hiatus plot paling uWu yang pernah kubaca. Ceritanya, Mbak Mul menitipkan rumahnya pada seekor kocheng koneng nan matre.

Yah, daku kambek, dikaw permisi. Tulisan ini eonjeo (baca: unyu) sekali, ya ampun. Ada ilustrasinya pun.

Cepat pulang, cepat kembali. Semoga bisa lekas mengalahkan monster tutup botol. Nggak bisa main sama Mengki karena daku kere bin missqueen.

22. EFDream | Hari Pertamaku Bercerita

Konon, ini tulisan awal dari deret agenda 30HariBercerita dari Mas Edwin, tetapi justru menjadi tulisan terakhir yang nangkring di blog beliau. Yuk, nulis lagi, Mas Edwin.

Di dalam sini, Mas Edwin bercerita soal kebingungan beliau dalam mencari bacaan bagus untuk mengisi tahun ini.

“Kalau rekomendasi buku biasanya saya nemu dari goodreads. Trauma gara-gara beli buku karena desain kaver sama blurb-nya bagus, tapi rupanya zonk. Memang, petuah ‘jangan menilai buku dari sampulnya itu’ bukan sembarang omong kosong. :””

23. Mapleme | Aku dan Ekspektasiku

Mbak Devita bercerita soal seseorang dengan kekasihnya yang pergi makan malam bersama. Di sana, ada perlakuan kekasihnya yang menurutnya ngeselin. Pasalnya, dia sudah menaruh ekspektasi kalau malam itu bakal berlangsung ‘wah’, tetapi kenyataannya malah menghempas jauh-jauh harapannya.

“Kok bacanya jadi ketular keki, ya? :<

Ini tulisannya rapiii, cuma tinggal penggunaan elipsis aja yang bisa dibenahi lagi.

Anyway, saya jadi kepo. Ini fiksi apa fakta? *digebuk”

24. Rahma Frida | Curhat #2: Tentang Kemasan Hidup Kita

Melalui tulisan-tulisan beliau, saya lihat Mbak Frida adalah sosok yang peduli pada lingkungan. Salah satu tulisan terbarunya ini mengungkap betapa sulit beliau benar-benar meniadakan penggunaan plastik dari kehidupannya.

“Setuju sama komentar-komentar di atas. Meski terkesan pesimis, saya nggak bisa lepas dari penggunaan plastik. Palingan, cuma bisa diminimalisir saja. Sudah pakai kantung kain atau keranjang, eh, masih juga ada yang dibungkus plastik. Sudah ngejauh dari sedotan plastik dan kemasan plastik mika, eh, malah jajan mi instan yang kemasannya plastik juga.

Biasanya sampah plastik saya bakar, karena di sini belum ada pengolahan plastik. Biasanya pemulung cuma mungut gelas atau botol air mineral doang.”

25. Hasmia | Awal Pagi

Mbak Chan memutuskan buat menikmati pagi. Dalam tulisannya ini, ia menggambarkan betapa indahnya pagi. Awan bersih, udara segar, burung-burung yang bertebaran di angkasa.

“Ya ampun. Dengan membaca deskripsi pagi Mbak Chan saja sudah terbayang cantiknya hari yang sedang mekar.

Kalau di sini, pagi selalu sibuk. Kokok ayam berisik, bunyi deru motor dipanaskan, kios-kios mulai buka… Belum lagi kesibukan mandi buat berangkat sekolah, kuliah, atau kerja. Dunia yang serba buru-buru. :’

Alangkah indahnya kalau kita benar-benar bisa menikmati waktu, tidak cuma pagi, tetapi juga sepanjang hari, untuk meresapi semua keindahan ini, ya.”

26. Faris Fauzan Abdi | Hari Ibu dan Jalan Panjang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

Sejauh yang saya lihat, isi blog Mas Faris ini sangat berbobot. Baik opini maupun pengalaman dirunut dengan apik. Salah satu tulisannya yang mengunggut perhatian saya adalah ini, artikel yang beliau tulis dalam rangka Refleksi Hari Ibu Nasional 2019 lalu.

“Hai, Mas Faris. Salam kenal sebelumnya.

Saya yakin ini bukan permainan logaritma, jadi lebih ke kebetulan. Sebelum membaca pos ini, saya sempat nengok akun Quora saya. Di sana, ada sebuah jawaban atas pertanyaan, ‘Apakah yang ingin kamu ceritakan untuk melapangkan beban di dadamu?’

Di sana, seorang anonim bercerita. Ayahnya bertindak kasar dan kerap memukuli ibunya. Karena itu, ibunya mencari perlindungan lain dengan berselingkuh. Si anonim juga nggak jarang kena dera, bahkan untuk kesalahan sekecil menumpahkan kopi.

Mereka cerai waktu si Anonim duduk di bangku SMP. Perselingkuhan ibunya bikin hak asuh anak jatuh ke tangan ayahnya. Mirisnya, si anonim dijadikan budak seks oleh ayahnya.

Saya nggak tahu ini kisah nyata ataukah fiktif (pasalnya, di Quora memang banyak kisah rekaan), hanya Tuhan yang tahu, tapi jika itu nggak nyata pun, nggak menutup kemungkinan itu bener-bener terjadi di suatu tempat.

Maka, benarlah kalimat kekerasan seksual terhadap perempuan, masih terus terjadi hingga sekarang ini.

Anyway, ini tulisan yang keren. Saya jadi tahu alur perjuangannya.”

27. Lethek Kopi | Cinta, Sebuah Discourse

Kesan pertama saya ketika akhirnya membaca tuntas salah satu tulisan dari blog milik Mas Iqbal ini adalah, ‘Kenapa enggak dari dulu saya bacaaa?’

Saya suka sekali artikel yang mengupas makna atau mencari intisari dari sesuatu, mulai dari kata sampai pada fenomena. Salah satu artikel Mas Iqbal yang saya baca adalah Cinta, Sebuah Discourse.

“Tulisan ini mencerahkan sekali. Saya setuju, sebetulnya banyak yang mendefinisikan makna, tetapi suatu makna menjadi dominan akibat adanya kuasa. Sama juga seperti Natal yang identik sama Santa dan pohon cemara, ya.”

28. Astarinis | Menjadi Seorang Introvert

Dalam tulisannya kali ini, Mbak Tantri menjelaskan tentang konsepsi Introvert-Ekstrovert yang asalnya dari Carl Jung. Bagaimana ciri-ciri seorang introver, tantangan menjadi seorang introver, serta–yang paling penting–tips menjadi seorang introver (yang baik). Memang dibutuhkan tips bagi kami, biar kami enggak terkungkung sama kata introver cuma buat kabur dari dunia, dan bisa dengan jitu menerima tantangan yang dihadapkan pada intover. Bagaimanapun, kita mempelajari kepribadian diri buat membenahi kekurangan dan memaksimalkan kelebihan, ‘kan?

“Setuju sekali dengan artikel ini!!! 👏👏👏 Terlebih bagian Tips Menjadi Introvert-nya. Sementang-mentang seseorang introver, bukan berarti dia mesti punya kemampuan bersosialisasi yang payah. Salam sesama introver, Mbak Tantri. 👋”

29. Evilgenius.id | Jarak

Saya memilih sebuah tulisan pendek, hanya lima larik, dalam blog yang dikelola Kak Lai, untuk saya beri apresiasi.

Halo, Kak Lai. Saya suka sajak ini. Ini cuma 5 kalimat yang mendeskripsikan satu hal, tapi maknanya dalam. Sama kayak kalimat, ‘Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna bila tak ada jeda?’

30. Koakala | Berceritalah 720 hari

Sayang sekali, Kak Dina sudah tidak lagi menulis selama nyaris hampir 5 bulan. Saya juga belum sempat berkenalan dengan beliau, atau pun saling sapa. Padahal saya suka dengan gaya bahasa yang digunakan Kak Dina dalam sajak maupun prosanya di dalam blog ini.

“Hai, Kak Dina. Salam kenal. Jika suatu hari nanti Kak Dina membaca komentar ini, perkenalkan, saya Mira, anggota Ikatan Kata.

Saya harus memuji, jalinan kata-kata di sini indah sekali.

Semoga jarak antara tulisan ini dengan tulisan berikutnya tidak harus menunggu 720 hari.”

31. Metabolismerasa | Mengajakmu Bermain Kata-kata

Saya memilih pos ini alih-alih pos terbaru, karena … uhm …, ini yang paling menarik minat saya. Awalnya saya pikir, ini puisi tentang seorang ibu yang mengajak anaknya berceloteh. Tetapi di bawah, ada sebaris kalimat ajakan buat bergabung dengan Ikatan Kata, dan saya langsung … “Woaahhh daebak!”

Ini KETIK 1, ya? Woah, unik. Sejauh ini saya baca hampir semua KETIK 1 wujudnya prosa. :’o Ini apik sekaliii

Omong-omong, salam kenal ya, Mbak. ”

32. Curahan Hati | Cinta

Barangkali karena kesibukan, blog kak Ziezie lumayan jarang terjamah. Saya memilih pos ini karena saya enggak tahu mau berkomentar apa dalam pos lainnya (LOL).

“Baru saja saya baca pos punya Mas Iqbal dari Ikatan Kata, di dalamnya ada bahasan tentang cinta. Bahwa cinta sebetulnya sangat multitafsir. Di sini juga ada cinta.

Cinta itu ada, nyata. Tetapi wujudnya enggak bisa tertebak, karena cinta sendiri bisa menjelma jadi macam-macam ragam. Salah satunya mungkin cinta yang dideskripsikan di dalam sini. Wqwqwq

Dan, kebetulan lagi, saya baca ini tepat di hari kak Ziezie menikah. Masya Allah. :” Semoga terus saling mencinta dalam naungan cinta-Nya, ya, Kak.”

33. Cerita dan Pengetahuan | Overthinking

Mas Ibnu Rafi bercerita bagaimana overthinking mampu berpengaruh pada kelelahan fisiknya juga. Untungnya, setelah membaca buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, beliau sudah lebih bisa mengontrol overthinking-nya.

“Hai, Mas Rafi. Salam kenal.

Sepertinya overthinking memang udah jadi pandemik, ya. Saya pun terjangkit penyakit ini untuk masa yang sangat lama. Dan, kelebihan mikir menurut saya terus jadi penyakit yang susah sekali ditangani, meski saya sudah menamatkan buku Mark Manson juga. Hahahahaha. Beruntung jika Mas Rafi sudah bisa mengenyahkan atau paling tidak mengontrol penyakit ini.”

34. Goresan Kecil | Perjuangan

Entah curhatan, atau sebatas kalimat motivasi, pos Mas Rhesa ini cukup menarik. Bahasannya seputar rasa lelah, perjuangan, dan pengorbanan.

Salam kenal, Mas Rhesa. Perjuangan memang membutuhkan pengorbanan, sekalipun itu cuma berupa waktu sedetik atau peluh setitik. Tetapi, tidak masalah jika lelah dan kita kepingin rehat sejenak. Istirahat bisa jadi momen buat mengevaluasi langkah yang sudah kita ambil dan meyakinkan diri bahwa jalan yang akan kita tempuh merupakan jalan yang benar. Lelah pun bagian dari perjuangan.

Ya ampun, saya jadi sok bijak begini. Kalimat terakhir saya pada paragraf di atas bukan murni punya saya. Wqwqwq.”

35. Buku Harianku | Filosofi Sapu Lidi

Ini adalah tulisan Mas Zaki yang beliau kerahkan untuk tugas KETIK 3, pos perdana sebagai seorang Pengikat Kata.

Salam kenal, Mas Zaki. Senang sekali bisa melihat penggambaran dan penafsiran yang beraneka ragam dari satu topik: Ikatan Kata. Ikatan kata memang seperti sapu lidi, menyatukan lidi-lidi yang terserak beserta berbagai tujuan yang ada untuk menemui satu tugas baru.”

36. Caca_nice | Ujian Menjelang Pernikahan

Bukan dunia namanya jika nihil akan ujian. Salah satu bagian dari kehidupan ialah pernikahan. Dalam posnya, Kak Caca mengeluarkan uneg-uneg seputar rentetan ujian yang berlangsung jelang pernikahan beliau beberapa bulan silam.

“Ini sangat telat sih, ucapan saya, tetapi saya mau bilang, Barakallahu fiikum, Kak Caca. Semoga ke depannya segala-galanya dipermudah oleh Allah.

Omong-omong, salam kenal ya, Kak.

37. Pontren.com | Hadis tentang Niat

Bisa dibilang blog ini berbeda dari blog para Pengikat Kata lainnya. Ini lebih mirip situs informasi dan bukan blog pribadi. Dari apa yang ditulis dalam blog ini, saya pikir Pontren itu sendiri adalah akronim dari Pondok Pesantren.

Dalam tulisan ini, Penulis menyampaikan hadis tentang niat dan menerangkannya lebih jelas.

“Ini informasi yang sangat bermanfaat. Setiap perbuatan tergantung pada niat. Mungkin ini juga yang mendasari kita nggak punya kewenangan buat menilai apakah perbuatan seseorang itu riya atau tidak, meskipun ia menampakkan perbuatannya pada dunia luar. Karena niat adalah perkara hati dan yang tahu isi hati cuma sang empunya dan Tuhan, ya. Terima kasih buat pencerahannya.”

38. 시작이 반이다 | Merenung itu Penting

Waktu pertama kali saya melihat blog ini, yang terbersit dalam benak saya adalah, “Wow, hangul!” Usut punya usut, ternyata Mbak Ulfah a.k.a Mbak Deyo adalah seorang penerjemah bahasa Korya. Pantas saja!

Dalam tulisan beliau yang ini, beliau menekankan bahwa merenung bukanlah aktivitas yang sia-sia. Merenung bisa jadi momen untuk merefleksi diri bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Dan, lebih cepat kita menyadari ketidakbaik-baikan dalam diri, lebih cepat pula kita menanganinya. Kurang lebih, itulah yang mampu saya cerap dari tulisan ini.

Hai, Mbak Deyo. Salam kenal. Betul sekali lho, Mbak. Tidak selamanya merenung itu sia-sia. Bung Karno menemukan Pancasila yang jadi dasar negara sampai detik ini, karena proses merenung. Wqwqwq.

Saya setuju bahwa merasa diri tidak baik-baik saja lebih dini adalah suatu keberuntungan. Dulu saya sering merasakannya, tetapi sering juga saya tampik. Pertama kali saya mengakuinya, justru adalah ketika saya tahu bahwa saya memang enggak baik-baik saja.

Kita memang mesti punya waktu buat merenungkan diri sendiri. Semangat terus ya, Mbak.”


Pada akhirnya, segala sesuatu bakal terselesaikan jika saya memang menuntaskannya. Saya tidak menjamin buah tangan yang saya titipkan pada rumah-rumah tetangga itu tepat, tetapi saya harap semoga kunjungan saya bisa menjadi simpul untuk pertalian yang lebih erat.

Saya akui, KETIK8 ini menjadi KETIK paling berat buat saya sejauh ini karena alasan yang saya kemukakan di atas. Namun, saya tidak bisa menunda dan mengendapkannya lebih lama lagi. Semakin lama ia dibekukan dalam draft, maka semakin banyak pula utang saya. LOL.

Terima kasih sudah membangun blog-blog ciamik di atas, Teman-teman. Dan terima kasih sudah membuat tantangan ber-tapalèuk ini.

21 thoughts on “Tapalèuk; Di Kompleks Pengikat Kata

  1. itulah yang sering terjadi padaku, istilah jawa seringkali nyelonong dan bingung untuk menggantinya dengan kosa kata dari Bahasa Indonesia, rasanya kurang pas begitu

    Like

    1. Bener sekali, Mas Narno. Saya kalau lagi ngejelasin sama temen-temen dari luar NTT, kadang nyelipin kata dalam bahasa daerah. Kayak misalnya begini:

      “Iya hati-hati kalau musim hujan tuh. Tanah becek kadang lengket di dasar sepatu. Ntar tahu-tahu udah tararoso aja.”

      “Tararoso?”

      “Eh, apa tuh istilahnya. Kepeleset terus jatuh, gitu.”

      Wqwqwq

      Liked by 1 person

  2. Lama absent dari dunia tulis menulis di blog dan group Ikatan Kata, akhirnya terdampar pada tulisan ini. Satu bulan lebih tidak menyapa teman-teman para pengikat kata, rasanya lama juga haaa. Senang rasanya ada penyegar di masa-masa seperti saat ini. Antusias melihat tampilan baru web Ikatan kata, sangat nyaman dan terkesan profesional. Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan komentar, Mbak. Semangat menulis dan semangat membagi kebaikan bagi sesama. Salam dari saya.

    Liked by 1 person

Comments are closed.