Dialogika

Oleh: Nol Besar & Jejakandi

Sahabatku, sebenarnya perhatianku ini
adalah sebuah kekhilafan yang indah

Khilafmu, angkuh!

Tapi, Sahabat, pagarku terlalu rapuh!

Kamu butuh hati yang hangat untuk bersandar, Kawan
Pagar itu membutuhkan perawat yang tak pernah pudar

Aku tidak suka ini, aku benci

Aku rela kau benci
agar sunyi tak lagi kau agungi

Kiranya itu menjadi kepuasan untukmu, Sahabat
aku rela ditelanjangi oleh pernyataan kamu

Maaf tak pernah kucari kepuasan
dari segala kefanaan.

Pernyataanmu adalah benalu
yang perlahan membunuh pikiranku

Cobalah hentikan aku, bungkamlah mulutku
agar tak menambah beban gelisahmu

Pernyataanmu pun membunuh pikiranmu sendiri

Pikiran ini memang harus dimatikan
Agar aku bisa mencapai puncak rasa

Mana mungkin kita bisa sampai ke sana
jika telunjuk kita tak lurus ke arahnya

Kau sendiri tahu, tempat itu
tak akan pernah dicapai oleh akal dan logika
Kiblat hanyalah satu pertanda
Bukan sesungguhnya

Bukankah kita masih di atas pijakan yang sama;
di bumi ini, lantas mengapa kamu melangit?

Untuk apa aku membumi
jika inginku menutup inderawi?

Sungguh jika pun ragaku di sini
Jiwaku selalu ingin condong padanya
Aku berasal dari sana, di sana pula aku akan berada

Advertisement

4 thoughts on “Dialogika

Comments are closed.