Sahabatku, sebenarnya perhatianku ini
adalah sebuah kekhilafan yang indah
Khilafmu, angkuh!
Tapi, Sahabat, pagarku terlalu rapuh!
Kamu butuh hati yang hangat untuk bersandar, Kawan
Pagar itu membutuhkan perawat yang tak pernah pudar
Aku tidak suka ini, aku benci
Aku rela kau benci
agar sunyi tak lagi kau agungi
Kiranya itu menjadi kepuasan untukmu, Sahabat
aku rela ditelanjangi oleh pernyataan kamu
Maaf tak pernah kucari kepuasan
dari segala kefanaan.
Pernyataanmu adalah benalu
yang perlahan membunuh pikiranku
Cobalah hentikan aku, bungkamlah mulutku
agar tak menambah beban gelisahmu
Pernyataanmu pun membunuh pikiranmu sendiri
Pikiran ini memang harus dimatikan
Agar aku bisa mencapai puncak rasa
Mana mungkin kita bisa sampai ke sana
jika telunjuk kita tak lurus ke arahnya
Kau sendiri tahu, tempat itu
tak akan pernah dicapai oleh akal dan logika
Kiblat hanyalah satu pertanda
Bukan sesungguhnya
Bukankah kita masih di atas pijakan yang sama;
di bumi ini, lantas mengapa kamu melangit?
Untuk apa aku membumi
jika inginku menutup inderawi?
Sungguh jika pun ragaku di sini
Jiwaku selalu ingin condong padanya
Aku berasal dari sana, di sana pula aku akan berada
T.O.P
LikeLiked by 1 person
Tisna Ojak Purnomo
LikeLiked by 1 person
kolaborasi yang luar biasa
LikeLike
Mantera.👍
LikeLike