“Hei, lihatlah wajahmu di cermin sekarang. Kenalan tuh sama seorang pejuang yang sangat tangguh. Lihat matanya baik-baik, mari kita namakan ia dengan kekuatan. Karena telah begitu hebat menahan semua air mata. Dan mata kamu itu, gak bisa bohong”, -Indra Sugiarto-.
Setelah berjuang antara hidup dan mati mempertahankan harga diri seorang mahasiswi. Demi sebuah nilai yang menurutku tak memiliki arti sedikitpun. Here I am, melanjutkan project ketik ke-4 ku. Tak lupa perasaan gugup dan bingung yang turut mengiringi setiap huruf dalam karya ini. Mengingat baru beberapa hari aku mengabdikan diri di sini.
“Apa yang harus kutuangkan di atas dokumen kosong ini?”
Seluruh sel di dalam otakku bergelut, saling sikut, terhubung satu sama lain, demi mendapatkan sebuah ide untuk karya ini. “Baiklah, aku menyerah.” Sejujurnya, aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata, memadukan huruf demi huruf, hingga pada akhirnya menjadi sebuah karya yang memikat hati. Sifat cuek sudah menjadi separuh bagian hidupku. Berbicara, ya seperlunya kalau ditanya. Apalagi jika harus tenggelam dalam tumpukan kata? Duh, rasanya otakku ingin meletus bak gunung merapi yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat (Semoga kondisi segera membaik ya :D). Loh kok, makin ngelantur?
Rasanya, akhir-akhir ini aku makin gak karuan. Seperti kehilangan tujuan, tak tentu arah. Bahkan hari ini, aku hampir saja menyerah pada diriku, keadaanku, semuanya. But I can hold it. Do you see? Wajah yang biasanya datar bak papan, kini dituntut untuk bekerja keras, tersenyum dan tertawa. Bukannya aku jutek dan tak peduli, tapi aku lebih senang berdiam diri, sendiri, lalu mengamati. Tahukah kamu? Di balik diamnya aku, ada sebuah kompetisi seru antara aku dan “diriku“. Who’s the right one exactly?, pikirku. Hingga akhirnya aku menyerah, memutuskan untuk berdamai dengan diriku sendiri.
“Seambigu apapun masa depan, hidup harus terus berjalan bukan?”
Dan sekali lagi kuulangi, bahwa ini hanyalah sebuah goresan…
tulisan yang bagus
sedikit koreksi :
1. ku ulangi (kuulangi)
2. “Baiklah, aku menyerah”. (“Baiklah, aku menyerah.”)
LikeLiked by 1 person
Nice post, berdamai dengan diri sendiri.
LikeLiked by 1 person
dalam pemilihan kata-kata lumayan mantap, meskipun tak pandai berkata-kata tapi piawai menggoreskan kata-kata
LikeLiked by 2 people
Sebuah goresan untuk masa depan.
Good job Mel 🌻
LikeLiked by 1 person