The ‘Hero’ Word’s Meaning of My Middle Name

Wow, it’s been a long time! How’s your day? It would be a great day for you all, hopefully.

Alhamdulillah, masih diberi sedikit waktu buat kembali hadir untuk bercerita di blog yang luar biasa ini. Aku benar-benar rindu menulis. Akhir-akhir ini, apalagi semenjak awal tahun baru, aku memang sedang dihadapkan banyak hal hingga aku sulit untuk menulis walau satu paragraf pun. Otak berasa penuh, hahaha. Oke, ini pembelaan, sih. Yang pasti, aku senang bisa kembali lagi ke sini. Yeay!

Kali ini, temanya adalah tema yang kusuka banget. Let’s talk about hero. What do you think when you hear the ‘hero’ word? Kalau aku, ketika aku dengar kata hero atau pahlawan, aku akan langsung ingat ke diriku sendiri.

Why?

Begini, nama lengkapku adalah Ulfah Heroekadeyo. Di tengah namaku, terdapat kata hero. Tentu saja itu memiliki makna ‘pahlawan’ seperti yang orangtuaku harapkan.

Suatu hari aku pernah bertanya kepada orangtuaku tentang arti dari nama panjangku. Mereka menjelaskan bahwa namaku ini memiliki makna, “Kasih sayang seorang pahlawan nomor satu dari pasangan Dewi-Yono.”

Aku pernah dengar bahwa nama adalah doa dari orang tua yang memberikannya. Ketika aku masih kecil dan mendengar secara langsung arti namaku dari orangtuaku secara langsung, aku langsung mengerutkan dahi dan terheran-heran. “Kok itu sih artinya? Kenapa aku doang yang dikasih nama aneh? Ade-adekku aja namanya pada bagus-bagus dan nama panjang mereka itu khas perempuan banget.” gerutuku ketika duduk di bangku SD.

Aku sampai berpikir orangtuaku tidak adil karena memberi nama panggilan yang jelek dan terdengar kampungan (memang, pikiran anak sekecil itu masih sempit). Aku justru ingin memiliki nama seperti Nur, Clara, Angel, Meira, Putri, Syafira, Gladis, daaan yang lainnya. Yah, apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nama panjang itu sudah tertulis dalam sebuah akta kelahiran. Kata ibuku, namaku tidak bisa diubah. Dia pun berusaha meyakinkanku bahwa nama pemberiannya dan Bapak kepadaku adalah nama yang cantik. Tapi aku tidak percaya itu bahkan hingga aku lulus SMP.

Aku baru menyadari nama itu spesial ketika aku sudah menginjak bangku SMA. Namaku begitu unik dan genuine, sangat menggambarkan diriku yang sebenarnya. Teman-temanku di OSIS lah yang membuka pikiranku akan hal itu.

Ketika itu pula aku mulai menyukai nama panggilanku. Selain karena tidak pasaran, nama ‘Deyo’ pun mampu untuk membuka percakapan antara aku dan teman satu sekolah yang baru kutemui karena saking uniknya. Lucunya, temanku yang suka sekali dengan anime Jepang pernah mengira bahwa nama panggilanku itu seperti diambil dari bahasa Jepang. Aku tertawa. Dia cukup kaget ketika tahu bahwa namaku itu memiliki arti yang sesederhana itu.

Tidak hanya unik saja, ada juga yang menganggap namaku ini:

  • Aneh
  • Kayak nama orang Korea (bahkan pernah dikiranya orang Korea)
  • Palsu. (malah pernah ada lawan bicaraku yang mengira nama itu adalah nama pena. Dia bahkan memintaku mengeluarkan KTP-ku untuk pembuktian, huahua)
  • Keren, karena nama macam ini cuma satu-satunya di dunia.
  • Ngeribetin. Hanya 2 orang dari 10 orang yang bisa langsung menulis namaku dengan benar. Hahaha! (FYI, ga pernah ada driver ojol yang manggil aku dengan sebutan ‘mbak’, pasti selalu manggil ‘mas,’ ‘pak,’ dan ‘bang.’ Itu karena aku memasang nama ‘Deyo’ di kolom display name aplikasi ojol. Lagian seru sih ngerjain driver ojol, begitu ketemu langsung, mereka kaget karena yang datang malah perempuan. Kalian harus lihat ekspresi mereka. LOL)

Dan lain-lain.

Menyenangkan dan membanggakan juga sih punya nama itu. Tapi itu tidak berarti apa-apa. Sampai akhirnya setelah lulus kuliah, aku baru benar-benar menyadari bahwa harapan yang terkandung dalam nama panjangku itu dikabulkan oleh Alloh.

Iya, aku telah -dan bahkan sedang- menjadi pahlawan untuk keluargaku, terutama untuk adik-adikku. Aku sangat bersyukur punya dua adik yang luar biasa hebat dibanding diriku (walaupun seringkali mereka merasa bahwa akulah yang justru lebih hebat dibanding mereka) karena kehadiran merekalah yang membuat aku paham bagaimana arti dari kara hero itu sendiri.

Tanpa mereka berdua, aku tidak bisa membuktikan bahwa pilihan nama yang kedua orang tuaku berikan ini sudah tepat untukku. Tanpa mereka pulalah, tidak akan ada kata eka yang berarti ‘anak nomor satu’ di tengah nama panjangku.

Lalu, kesimpulannya, siapa sosok pahlawan menurutmu, Dey?

Kurasa sudah jelas, sosok pahlawan bagiku adalah kedua adikku. Karena kehadiran mereka membuatku jadi paham makna ‘kakak’ yang sesungguhnya.

Walaupun yang terlihat pada umumnya adalah sebaliknya, bahwa -sudah sewajarnya- seorang kakak menjadi sosok pahlawan bagi adik-adiknya, tapi yang kurasakan justru sebaliknya. Adikkulah pahlawan bagiku.

Mereka mengajarkanku bagaimana menjadi suri tauladan yang baik, bagaimana menjadi seorang yang cerdas dan pemberani, mereka juga mengajarkanku arti kata ‘kemenangan’ yang sesungguhnya. Bahwa kemenangan itu diperoleh bukan dengan menjatuhkan saudara atau orang lain di samping kita, bahwa kemenangan sejati itu bukan tentang persaingan antar saudara atau antar kelompok, melainkan tentang memberikan kasih dan sayang terhadap orang yang kita kasihi di sekitar kita sehingga kita bisa memenangkan hati mereka tanpa paksaan sama sekali.

Postingan ini, mungkin akan kuakhiri dengan ucapan terima kasih untuk kedua adikku. Kalian adalah pahlawan buat Iyo.

Tiga Bersaudara

6 thoughts on “The ‘Hero’ Word’s Meaning of My Middle Name

  1. Hi, how R U!

    Ya, sudah cukup lama tidak terdengar kabar darimu.

    Sosok pahlawan itu ternyata tak jauh dari sekitarmu ya. Apakah nama adikmu ada unsur kata DWI dan TRI?

    Kalau aku buat film, mungkin judul yang pas adalah DEYOLOVA.

    haha..

    Like

    1. I’m good here!

      Ngga mas, justru ngga ada kata Dwi ataupun Tri sama sekali. Hahaha
      HAHAHAHAH DEALOVAAAA
      yaampun aku receh banget😂😂

      Like

Comments are closed.