Catatan Kecil untuk Sang Pahlawan

content-marketing-hero(Sumber: http://www.iacquire.com)

Jika ditanya tentang siapa pahlawan di hidupmu. Mungkin pahlawan pertama yang harus kamu sebut adalah dirimu sendiri. Kamu yang sudah melalui banyak sekali hal untuk sampai di tahap ini-tahap yang mungkin sesekali membuatmu merasa biasa saja sebenarnya-apalagi jika sudah orang lain tandingannya. Seperti kata pepatah, “rumput tetangga selalu lebih hijau” dan pepatah susulan tentang taman tetangga yang berbunyi “akan selalu lebih hijau bukan hanya rumputnya“. Selalu ada yang terlihat lebih bagus, lebih keren, lebih ini, lebih itu, lebih ini dan itu dan semuanya. Hal-hal yang bikin dirimu lelah sendiri dan berakhir hanya menggerutu dan merutuki diri.

Kalo kata Gita Savitri, kalo misalnya diri kita bisa di split jadi dua, mungkin diri kita yang satu akan mengeluh sama kita yang satu lagi yang selalu merasa kurang “Hey! Maunya apasih? I was trying my best tapi kenapa gak pernah cukup?” 

Maka hari ini kita akan berhenti mengeluh dan berterima kasih kepada pahlawan yang gak pernah ninggalin kita-yaituuu DIRI SENDIRI (Yeay!! Sambut dengan tepuk tangan prok-prok-prok).

Hai? Diri sendiri. Terimakasih karena telah berusaha sebisa mungkin untuk tetap jadi manusia. Seperti manusia pada umumnya-aku tahu kamu sudah melalui banyak sekali hal, merasa banyak sekali jenis emosi dan sesekali cuma senyum yang tampak. Terimakasih karena selalu berupaya untuk baik-baik saja meski kadang hanya ‘kelihatannya’. Susahya untuk beneran selalu baik-baik aja? Dan emang gak mungkin-dan emang gapapa!

Kamu berhak untuk rasa semua jenis rasa yang ada didunia ini. Pahlawan gak selalu harus menang, pahlawan juga gak harus selalu tempur di medan perang. Pahlawan juga butuh rehat. Kamu butuh rehat.

Beberapa hal yang harus kamu inget sebagai pahlawan adalah ini:

1. Kalaupun segalanya harus hilang, setidaknya kamu tidak kehilangan diri sendiri

Meski seringnya yang kamu rasa justru kamu kehilangan diri sendiri, percayalah kalo itu cuma perasaan kamu. Nyatanya kamu tetap kamu dan selalu kamu sebanyak apapun kamu berubah.

“Jadilah kamu sekamu-kamunya kamu tanpa peduli apa yang selain kamu bicarakan tentang kamu. Cuma kamu  yang tau, seberapa banyak kamu berpura-pura jadi bukan kamu, seberapa banyak kamu berupaya jadi kamu yang kamu inginkan” 

Setiap kali kamu ngerasa kehilangan orang lain, percayalah orang lain selalu ada di tempatnya. Dan tempatnya memang gak selalu disamping kamu, dia harus berjalan, dia harus kejar mimpinya, dia punya skala prioritas sendiri, dia punya zona waktunya sendiri. Seseorang yang sayang kamu gak harus selalu ada disamping kamu. Sesekali dia perlu terbang sendiri, sesekali dia perlu berjalan, sesekali dia butuh rehat. Kamupun begitu.

2. Everyone has their own bad day

Aku tau sering rasanya liat hidup orang baik-baik aja sedang hidupmu rasanya kacau balau sampe bingung sendiri harus benerin dari mana mulanya. Sering rasanya liat hidup orang seneng-seneng aja sedang kamu senengnya cuma pura-pura, senyum cuma karena kamu gak punya pilihan selain senyum, bilang gapapa cuma karena gaktau jawaban lain selain gapapa karena kalaupun ada apa-apa kamu tau orang lain gakan bisa bantu.

Tapi-tapi tunggu duluuu!! Hey! ini era sosial media, era dimana wajah kamu yang belum mandi seharian bisa shining shimmering splendid cuma dengan filter. Era dimana kamu bisa milih dari 24 jam kegiatan yang kamu lakukan sehari, bagian mana yang akan kamu bagi. Perasaan jenis apa yang akan kamu sebar dan gambaran diri seperti apa yang mau kamu tampilkan ke orang-orang.

Setiap orang punya hak kalau mereka hanya mau membagi detail-detail terbaik dari hidupnya. Dan bagian-bagian terbaik yang mereka bagi gak bisa mewakili keseluruhan hidupnya.

Mereka pasti punya sisi sedih yang kita gak tau, mereka pasti punya hal-hal buruk yang gak mereka bagi.

3. Everything Takes Time

Liat ke sekeliling, kok rasanya mereka sukses nya cepet banget yaa. Usia 20-an adalah usia yang rentan banget sama krisis identitas, orang bilang quarter life crisis. Karena di usia 20-an, nasib kita mulai keliatan banget bedanya. Waktu kecil sampai 18-an, hal-hal yang kita lalui dengan orang-orang yang seusia masih sama. Sekolah, TK, SD, SMP, SMA, tapi begitu lulus SMA semua hal gak sama lagi. Jalan kita bener-bener udah gak bisa di samain. Ada yang kuliah, ada yang kerja, ada yang ke kedinasan, lalu seiring berjalannya waktu ada yang nikah, ada yang udah punya anak dan kamu masih aja sendiri dengan kesibukan  yang cuma dibuat-buat *ehh. Kita mungkin udah terbiasa sama fase yang sebelumnya sama, paling perbedaannya dulu cuma satu di negeri satu di swasta-satu di ipa satu di ips satu lagi di bahasa. Tapi begitu lulus SMA, kita dapet KTP masing-masing. Wahhh kokyaaa dunia ternyata luas sekali, jalan yang dipilih orang-orang beragam sekali, dan kita kadang bingung sendiri. Ini kita yang jalan terlalu lambat atau orang lain yang terlalu cepat? Ini kita yang males-malesan atau dia yang dikelilingi privilese? Ini kita yang kurang atau dia yang lebih?

Padahal.. Yaaaa kita cuma beda. Beda udah cukup untuk jelasin semua perbedaan itu. Semua orang punya skala waktunya sendiri-sendiri. Prioritas sendiri-sendiri dan definisi sukses sendiri-sendiri. Tunggu ajaaa.. Kalau udah waktunya untuk kamu, kamu akan sampe-tapi inget kalau mau sampe ya harus jalan. 

4. Thank You For Making it This Far

Pahlawan adalah dirimu sendiri, gak ada yang bisa narik kamu dari kekacauan hidup sebelum kamu sendiri yang ambil kendali pertama. Banyak-banyak bilang makasih ke diri sendiri. Dia sudah berjuang banyak untuk kamu.

 

Advertisement

6 thoughts on “Catatan Kecil untuk Sang Pahlawan

  1. Hai, Tantri! Lama tak bersua.
    Ternyata sosok pahlawan itu tak jauh. Dialah diri kita sendiri ya
    Sedikit koreksi
    1. Kamu berhak untuk rasa semua jenis rasa yang ada didunia ini. (Mungkin sebaiknya ditulis seperti ini : Kamu berhak untuk merasakan semua jenis rasa yang ada di dunia ini)
    2. Nyatanya kamu tetap kamu dan selalu kamu sebanyak apapun kamu berubah. (Mungkin sebaiknya ditulis seperti ini : Pada kenyataannya kamu akan tetap menjadi dirimu sendiri meskipun kamu telah melalui banyak fase perubahan)
    3. “Jadilah kamu sekamu-kamunya kamu tanpa peduli apa yang selain kamu bicarakan tentang kamu. Cuma kamu yang tau, seberapa banyak kamu berpura-pura jadi bukan kamu, seberapa banyak kamu berupaya jadi kamu yang kamu inginkan” (Sebaiknya ditulis : Jadilah dirimu sendiri tanpa memedulikan apa yang orang lain bicarakan. Hanya kamu yang mengetahui apakah kamu sedang berpura-pura menjadi orang lain atau sedang menjadi dirimu yang sebenarnya)
    4. Dan tempatnya memang gak selalu disamping kamu, dia harus berjalan (tulisnya : di samping)
    5. Tau, bener, gak, liat, sampe, seneng, aja, gapapa, gaktau, gakan, cepet, udah, jelasin (Cari penulisan dari kata bakunya)
    6. Dimana (di mana)
    7. Jalan kita bener-bener udah gak bisa di samain (disamain/disamakan)
    8. paling perbedaannya dulu cuma satu di negeri satu di swasta-satu di ipa satu di ips satu lagi di bahasa. (sebaiknya ditulis : perbedaannya waktu itu tentang tempat di mana kamu sekolah. Apakah di sekolah negeri atau swasta dan mengambil jurusan IPA, IPS atau BAHASA.
    9. Wahhh kokyaaa dunia ternyata luas sekali (wah, kok ya dunia ini ternyata luas sekali)
    10. dia yang dikelilingi privilese? (maksudnya privilese apa? Apakah maksudmu itu PRIVILEGE?

    Like

    1. Emm gimana ya a, menurut aku nulis gak selalu harus baku bahasanya biar lebih deket ke pembaca, kalo di ubah rasanya jadi bukan gaya aku. Kalo untuk penulisan yg di (dipisah atau digabung) akan di ubah tapi kalo ngubah susunan kalimat jadi bukan gaya aku, rasanya gak mau hehe. Privilese itu bahasa indonesia untuk privilege, sudah masuk di kbbi

      Like

Comments are closed.