BTS 7 – Penggunaan Tanda Kutip

Ada sebuah pertanyaan yang diajukan di Quora secara terbuka: “Mengapa tanda petik dua (“) yang kedua (tanda petik dua penutup) selalu ditulis setelah titik (.)? Bukankah lebih masuk akal jika titik (.) selalu jadi karakter paling akhir suatu kalimat?

Dengan kata lain, pertanyaan yang diajukan seperti ini: Mengapa pertanyaannya ditulis seperti ini …

“Mengapa tanda petik dua (“) yang kedua selalu ditulis setelah titik (.)? Bukankah lebih masuk akal jika titik (.) selalu jadi karakter paling akhir suatu kalimat?”

… alih-alih seperti ini …

“Mengapa tanda petik dua (“) yang kedua selalu ditulis setelah titik (.)? Bukankah lebih masuk akal jika titik (.) selalu jadi karakter paling akhir suatu kalimat”??

Mari membahas semuanya dari fungsi kedua tanda baca tersebut terlebih dahulu.

Tanda Titik (.)

Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat. Menjadi penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah kalimat. Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya yang harus kita pahami.

  • Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh, tanda ini ditaruh setelah yth. yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm. yang merupakan singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan singkatan dari atas nama.
  • Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun tujuan pada surat.
  • Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang diambilnya, contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang merupakan singkatan dari sarjana humaniora.
  • Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun tabel.
  • Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu dengan yang lain.

Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing House.

  • Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya dan dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.

Tanda Kutip (“…”)

Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik. Hanya saja, fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip (“…”) yang tepat kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

  • Dipakai untuk mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul karangan lain yang berlum diterbitkan.

Contoh: Skripsinya berjudul “Analisis Perbandingan Dongeng-dongeng Nusantara dengan Cerita Rakyat dari Negara Lain”.

  • Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.

Contoh: Pak RT menyampaikan, “Mulai bulan depan, besar iuran kebersihan akan ditingkatkan menjadi dua kali lipat daripada semula.”

Di sini, bisa kita lihat beberapa poin yang bisa diambil.

  1. Setiap kalimat pasti diakhiri dengan tanda baca, baik itu tanda titik, tanda koma, atau tanda seru. Meski fungsi spesifik masing-masing tanda tersebut berbeda, pada dasarnya ketiga-tiganya bertugas sebagai akhir dari sebuah kalimat.
  2. Dalam penggunaannya, tanda petik dua diposisikan mengapiti sebuah kalimat langsung. [Kata ‘mengapiti’ memang harus menjadi sorot utama di sini].

Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan atau mengutip ucapan atau ujaran orang lain. Bagian kutipan ada yang berupa kalimat tanya, kalimat berita, atau kalimat perintah.

Anak pertanyaan kedua yang berada di awal berbunyi, “Bukankah lebih masuk akal jika titik (.) selalu jadi akhir suatu kalimat?”

Jawabannya, tidak, dan ya.

Titik tidak selalu menjadi akhir suatu kalimat, karena dalam penggunaannya, dia bisa saja digantikan oleh tanda tanya (?) atau tanda seru (!). Pasalnya, tidak semua kalimat bertujuan untuk memberitakan.

Sementara itu, jika yang dimaksud adalah tanda titik sebagai akhir kalimat berita, maka penggunaannya sudah mengakhiri sebuah kalimat.

Lho, tapi kan dalam kalimat langsung tanda titik tidak mengakhiri kalimat. Kalimatnya toh diakhiri dengan tanda petik!

Ah, siapa bilang?

Coba kita lihat kembali contoh penggunaan tanda kutip di atas.

Contoh: Skripsinya berjudul “Analisis Perbandingan Dongeng-dongeng Nusantara dengan Cerita Rakyat dari Negara Lain”.

Perhatikan tanda titiknya. Kenapa tanda titik berada di luar tanda petik?

Jawabannya adalah, karena tanda titik tersebut bukan termasuk apa yang dikutip. Yang dikutip di dalam sana hanyalah judul skripsi, yang ditandai dengan cetak tebal. Tanda titik tersebut hanya digunakan untuk mengakhiri kalimat yang dimulai dengan kata ‘Skripsinya ….’

Sedangkan dalam kalimat atau pernyataan yang disampaikan secara langsung, tanda titik tersebut termasuk ke dalam apa yang dikutip.

Contoh: Anda bertanya, “Mengapa tanda petik dua (“) yang kedua selalu ditulis setelah titik (.)? Bukankah lebih masuk akal jika titik (.) selalu jadi karakter paling akhir suatu kalimat?”

[Tanda tanya termasuk ke dalam bagian kalimat yang Anda tanyakan dan saya kutip.]

Jadi, tanda titik memang pada umumnya digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat. Nah, kalimatnya itu yang ada di dalam tanda petik dua.

Nah sekarang, pertanyaan kita di atas tadi bisa dijawab dengan mudah.

P.S.:

Hal ini mungkin bisa saja berbeda jika ada penempatan dialog tag. Dialog Tag adalah keterangan kalimat langsung yang tidak bisa berdiri sendiri (berupa frasa) dan menjelaskan kalimat langsung di depannya. Sejauh ini, ada tiga jenis dialog tag, yaitu:

  • Dialog tag pembuka. Pada dialog tag jenis ini, frasanya berdiri di depan kalimat langsung.

Contoh: Ratna menatapku sambil mendesis, “Makanya, jangan sok jadi orang! Rasain kan, akibatnya?!”

[Dialog tag pembuka selalu disertai dengan kata kerja yang menjelaskan seperti apa si pelaku berkata, dan diekori dengan tanda koma.]

  • Dialog tag perantara. Ada dua jenis pecahan lagi dialog tag perantara, yaitu dialog tag perantara biasa dan dialog tag perantara yang masih bersambung.

Contoh: “Makanya, jangan sok jadi orang!” desis Ratna sambil menatapku. “Rasain kan, akibatnya?!”

[Tandai bahwa dialog diucapkan oleh orang yang sama (Ratna). Maka dialog tag diakhiri dengan titik, dan kalimat langsung lanjutan menggunakan huruf kapital.]

Nah, kasus dialog tag perantara jika kalimat masih bersambung, contohnya:

“Makanya,” desis Ratna, “jangan sok jadi orang! Rasain kan, akibatnya?!”

[Pada kasus ini, kalimat yang mengikuti dialog tag masih berada pada kalimat yang sama dengan yang diikuti dialog tag, sehingga dialog kedua diawali dengan huruf kecil.]

  • Dialog tag penutup

Dialog tag penutup ini yang paling sering digunakan. [Dialog tag ini sama seperti dialog tag pembuka, fungsinya adalah menjelaskan bagaimana cara si penutur berbicara, hanya saja ia dimulai dengan kata kerja tanpa imbuhan.]

Contoh:”Makanya, jangan sok jadi orang. Rasain kan, akibatnya?!” desis Ratna sambil menatapku.

Kemudian, di sini muncul lagi sebuah pertanyaan baru: Mengapa setelah dialog tag pembuka dan kalimat yang dikutip, tidak lagi ditutup dengan tanda titik?

Kalau yang ini sih, saya bisa saja menjawab dengan opini sendiri. Hal ini terjadi karena dialog tag tidak termasuk dalam sebuah kalimat, dan cuma berfungsi menerangkan kalimat langsung semata.

Daftar Pustaka:

  1. https://www.studiobelajar.com/tanda-baca/
  2. Studio Pustaka.com. Tanda Baca – Penulisan, Fungsi, & Penggunaan Tanda Baca yang Benar. diakses pada 25 Agustus 2019
  3. Wikibooks.org. Bahasa Indonesia – Kalimat Langsung. diakses pada 25 Agustus 2019
  4. Shireishou.com. Cara Menulis Dialog Tag dan Peletakkan Tanda Baca Percakapan pada Novel | Tips Menulis Novel Gratis. diakses pada 25 Agustus 2019

SUMBER : celestillalaland

###

Yuk belajar tentang sastra lainnya di sini.

Advertisement