Kata populer adalah kata yang dikenal dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat dalam percakapan sehari-hari. Kata populer kerap disandingkan dengan kata “kajian” untuk tujuan membandingkan. Tidak seperti kata populer, kata kajian adalah kata yang banyak digunakan oleh orang-orang yang cukup terbatas, misalkan dikalangan para ilmuan dan kaum terpelajar. Sedangkan kata “gaul” banyak dikaitkan dengan praktik penggunaan kata oleh anak-anak gaul, anak-anak zaman sekarang, atau yang juga dikenal sebagai zaman now.
Belum lama ini, saya mendapatkan ide menulis kata-kata populer (yang juga gaul) yang banyak digunakan oleh masyarakat dan terlebih lingkungan sekitar saya sebagai bentuk pembelajaran. Saya semakin tertarik untuk menulis mengenai topik ini berkat tulisan dari Uda Ivan Lanin yang berjudul “Milenial, Kata Tahun ini 2019”.
Dalam sedikit permenungan saya, saya menemukan beberapa kata menarik untuk dibahas pada tulisan kali ini. Beberapa kata tersebut adalah sebagai berikut:
Julid. Saya berkenalan dengan kata ini baru dalam beberapa minggu ini. Itu pun secara tidak sengaja dari teman kantor. Kata ini membuat saya terinspirasi untuk membuat tulisan ini juga.
Julid dalam KBBI daring dapat diartikan sebagai “…iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu”. Meskipun kata ini sudah terdaftar di KBBI daring, saya tidak bisa memastikan bahwa julid adalah sebuah kata baku dalam bahasa Indonesia.
Dilansir dari Quora, dalam tulisan M. Hayat yang berjudul “Apa sebenarnya arti kata “julid”?, kata ini ternyata dipopulerkan oleh artis Syahrini. Julid berasal dari bahasa Sunda, “Binjulid” yang artinya iri, dengki dan sikap kekenak-kanakan dalam menaggapi sesuatu.
Kata “Julid” memang lebih banyak digunakan untuk menyebutkan sifat orang/manusia. Orang yang julid digambarkan sebagai orang yang selalu dan suka mengusik kebahagiaan orang lain, tidak suka atas aktifitas, pencapaian orang lain. Orang julid juga digambarkan sebagai orang yang suka iri, dengki dan terkesan suka mencampuri urusan orang lain.
“Kamu julid banget, ya!”
Parno. Secara tidak sengaja, saya pun berkenalan dengan kata (yang bagi saya adalah) baru ini. Ketika saya mengetik pencarian di KBBI daring, saya tidak menemukan padanan kata dan bahkan arti kata ini.
Moch Rizky Prasetya Kurniadi dalam Lektur.ID menuliskan bahwa kata “parno” berasal dari kata “paranoid”yang berarti keadaan seseorang yang memiliki rasa takut, curiga, khawatir dan cemas yang berlebihan. Kata “Parno” digolongkan sebagai kata dalam bahasa gaul atau nonstandard yang lazim digunakan oleh anak muda dalam pergaulan sehari-hari.
Jadi, berdasarkan deskripsi ini, kita dapat mengartikan bahwa “parno” adalah keadaan seseorang yang mudah merasa takut, curiga, khawatir dan cemas secara berlebihan.
“Kamu parno banget sih! Santai…”
Ambyar. Saya mengenal kata ambyar baru dari tulisan Uda Ivan Lanin. Saya belum pernah mendengar kata ini sebelumnya. Sungguh!
Ambyar dapat diartikan sebagai ‘bercerai-berai; berpisah-pisah; tidak terkonsentrasi lagi’. Kata ini pada tahun 2019 dipopulerkan oleh para #SobatAmbyar Didi Kempot, dan ya kata ini berasal dari bahasa Jawa.
Apakah ada yang sering menggunakan kata ini dalam bahasa percakapan sehari-hari ?
Katro. Kata ini termasuk kata yang unik. Secara tidak sengaja pula saya menemukannya. Akhir-akhir ini bahkan sering saya dengar, tapi dengan tujuan yang kurang baik seperti memaki orang lain.
“Katro” dapat bermakna dan berarti banyak hal, beberapa diantaranya seperti yang dipaparkan di Lektur.ID adalah
- Kurang pengetahuan, kurang ilmu
- Orang yang memiliki sifat pelit
- Orang yang memiliki sifat lugu, bahkan sangat lugu
- Orang yang memiliki sifat ndeso, bahkan terkesan malu-maluin.
Santuy. Kata”Santuy” memang tidak ada dan tidak masuk ke dalam KBBI. Kata ini memang merupakan bahasa verbal yang sering diucapkan oleh anak-anak muda pada saat ini. Kata ini sering dikaitkan dengan kata “Santai” dan banyak digunakan dalam meme parodi yang memang bersifat lucu-lucu.
Kata “Santuy” dapat berarti bebas dari rasa tegang dan pada saat ini sedang dalam keadaan bebas atau senggang. Kata ini banyak digunakan untuk mengajak orang/lawan bicara untuk melihat masalah dengan santai, tidak terlalu tegang. Dalam kehidupan sehari-hari ini, kata ini memang lebih banyak digunakan oleh anak-anak muda masa kini, tapi ketika saya pulang kampung kemarin, Ayah saya pun menggunakan kata ini dalam percakapan. Saya shock!
…
Saya menyadari bahwa Bahasa Indonesia sungguh kaya dan berkembang. Ya, Bahasa yang kita gunakan sehari-hari ini berkembang setiap harinya dan sebagai pengguna aktif Bahasa, sudah merupakan kewajiban bagi kita sekalian untuk mengikuti perkembangan yang ada hubungannya dengan Bahasa.
Semoga tulisan sederhana ini bisa membuka inspirasi bagi semua dan lebih lagi, Semoga tulisan ini bermanfaat.
Salam dari saya.
Coba baca komentarku di pos Ayu tentang kopi. Pada pos ini pun ada beberapa typo seperti:
1. dikalangan (di kalangan)
2. permenungan atau perenungan?
Aku baru tahu kalau ada kata ‘binjulid’ dalam bahasa Sunda.
Ada juga kata lain sepeti lebay (berlebihan), kuy (yuk), woles (selow atau santai), sokin (sini) dan lain-lain
Kosakata gaul yang lebih banyak dipakai oleh waria
LikeLiked by 1 person
Terima kasih atas komentarnya, Kak. Siap untuk perbaikan.
Wah, baru tahu tentang “perenungan”, selama ini selalu terpapar dengan kata “permenungan” dalam bahasa verbal.
Soal Binjulid, ini juga baru pertama kalinya saya tahu soal kata ini. Ayu menemukannya dari sumber yang juga sudah Ayu hubungkan langsung. Entah betul atau tidak, hanya pengguna bahasa Sunda yang tahu ya hahaha
Ia, Kak. Banyak sekali jenis-jenis kosakata gaul yang bertebaran dalam bahasa kita sehari-hari untuk saat ini. Kadang binggung juga, karena setiap hari, selalu saja ada yang baru dan aneh-aneh.
LikeLike
Yah, manusianya kreatif. Haaha..
LikeLiked by 1 person
Setuju! hahaha
LikeLike