Surga didapatkan dengan sebuah harga
Tapi aku belum siap membayarnya
Bekal yang terkumpul belum cukup
Selalu tak sabar saat diuji, berujung amarah yang meletup-letup
Alih-alih beribadah, aku menumpuk dosa sebesar gajah
Disuruh beramal soleh amatlah susah
Dilarang berlaku salah malah mudah
Untuk apa kita diciptakan?
Seseorang, tolong beritahu
Tampar dan pukullah aku
Hingga sadar menekuri diri
Lantas mendulang iman kembali
Dalam sujud, kudengar sebuah suara
“Lepaskan penyamaranmu
Sembuhkan dirimu dari demensia, megalomania, melankolia
Bebaskan pikiranmu dari delusi, fantasi, halusinasi
Kamu hanya manusia biasa
Semua sama dalam pandangan-Nya
Yang paling takwa dialah paling tinggi derajatnya”
Kenapa kita mati?
Akankah seseorang memberitahuku juga?
Tubuh ini tak berguna bila tanpa nyawa
Jantung berhenti berdegup jika ruh lepas dari raga
Izrail tampak di pelupuk mata
Menjemput ajal, mencabut nyawa
Sudah siapkah bila giliranmu tiba?
Aku terlalu percaya diri
Menganggap Surga telah berada di genggaman ini
Aku merasa paling tinggi
Sementara orang lain rendah diri
Ternyata aku yang tak tahu diri
Aku megalomania sejati
Seseorang, tolong bunuh aku
atau
sembuhkan diriku
Bila sudah tidak bisa diatasi sendiri silahkan konsultasi ke psikolog. Tapi ingat, itu tidak bisa disembuhkan…he he he
LikeLike
Wow ngeri. Semoga yang mengidapnya bisa sembuh bertahap
LikeLike
yang bisa menyembuhkan diri sendiri bukan orang lain atas seijin yang maha kuasa
LikeLike
Btw, ini bukan ttg aku lho hehe.
Iya, Mas Narno. Banyak yang merasa mengidap penyakit ini dan susah sembuh. Perlu dukungan
LikeLiked by 1 person
iya, saya paham. penulis bebas mengekspresikan tulisannya apakah sebagai pelaku atau sebagai pengamat, pembaca lebih bebas lagi terserah mau menganggap hal itu nyata atau bukan
LikeLike
Hehe..aku terinspirasi dari lagu Muse dengan judul yang sama
LikeLiked by 1 person
bagus, apapun yang kita temukan bisa menjadi sumber inspirasi
LikeLike
Mira mungkin bisa mengomentari dg ulasan panjangnya nih. Seperti artikelnya tentang Bipolar. 😀
LikeLike
Haaha… btw Megalomania beda lho dengan Megalodon, Mas.
Btw, punya teman yg memiliki tingkat kenarsisan tingkat tinggi gak?
LikeLiked by 1 person
banyak sih orang2 sekarang yg narsis. apalagi di zaman medsos. Tapi aku gak bisa mengukur tingkatannya. Mungkin ada yg narsis tingkat dewa. 😀
LikeLike
Benar. Dan megalomania tingkatannya lebih tinggi
LikeLike
Saya memiliki kepercayaan bahwa untuk menemukan surga, seseorang memang harus merendahkan dirinya sampai ke dalam bumi.
Tulisan yang menarik, Kak. Mengajak kita untuk merenungkan ke dalam diri.
LikeLike
Mantap, Ayu.
Aku jadi penasaran nih puisi apa yang nanti akan Ayu buat di ketik12
LikeLiked by 1 person
Membuat puisi itu benar-benar tantangan, Kak. Kalau menyimak pembicaraan teman-teman di WA group, membuat puisi itu benar-benar harus dengan hati, masalahnya saya ini, bagian itu yang tidak berkembang dalam otak hahahaha.
Setiap kali mau mulai menulis, selalu saja tidak selesai. Beneran menyebalkan jadinya!
Tapi, akan Ayu usahakan untuk tantangan ketik selanjutnya ya, Kak. Pastinya mohon diberi koreksi juga nanti ya. Semoga tidak keberatan.
LikeLike
Siap. Ada Mas Narno yang lebih jago tentang hal ini.
Tulis puisi yang sederhana saja dulu
LikeLiked by 1 person
Betul. Saya belajar dari tulisan-tulisan Mas Narno, tapi masih berusaha untuk menangkap makna setiap bait puisi yang ditulis. Menyingkap makna yang dimaksudkan penulis dalam karya puisinya itu bukan perkara mudah bagi Ayu, Kak hahaha
LikeLike
Haha.. sama. Saya juga belajar itu
LikeLiked by 1 person