
Pada awal Februari 2019, nyaris setahun yang lalu, ada sebuah mata kuliah pilihan yang kuambil di kampus. Namanya Penulisan Populer. Panggilannya Penpop. Satu hal yang kutahu pasti, dia tidak ada hubungan saudara dengan ayam pop di rumah makan padang.
Kami mempelajari segala tulisan populer, dari cerpen sampai esai. Di kelas itu aku mencatat beberapa tips menulis dari dosen yang mengajar. Izinkan aku membagikan hasil catatanku di sini. ๐
Keberanian untuk Memulai
Menulis itu, walau kesannya mudah, ternyata banyak juga yang takut melakukannya. Ragu-ragu. Makanya, memulai untuk menulis butuh keberanian. Kata dosenku, kalau ingin bisa menulis, hapuskan rasa takut itu. Tulis saja apa yang ada di pikiranmu dahulu.
Teruntuk kamu yang sudah memberanikan diri: kamu keren! Langkah pertamanya sudah kamu genggam. ๐
Menulis Tanpa Takut Salah
Hal lain yang menunda keberanian dalam menulis adalah takut akan kesalahan. Takut salah ide, takut salah tulis tanda baca, takut menulis kalimat yang jelek, dan sebagainya. Dosenku bilang, “Saat menulis, lepas saja. Lakukan tanpa beban.” Dia kemudian melanjutkan, “Kalau apa-apa takut salah, idenya jadi macet. Semua ide serba salah akhirnya tidak jadi menulis. Makanya, menulis tanpa takut salah adalah salah satu modal menulis.”
Judul Bermetafora
Ini salah satu tips yang susah-susah gampang untukku, yaitu membuat judul bermetafora. Poin plus-nya membuat judul tulisan kita menjadi lebih menarik. Tidak monoton. Lebih ‘menjual’ juga. Setidaknya ada yang merasa penasaran berkat judul indahnya. ๐
Manfaatkan Sinonim
Kadang kita bingung merangkai kalimat karena kehabisan kosakata. Atau, rasanya diksi yang kita punya kok itu-ituuu sajaโseperti yang sering kurasakan, hahaha. Tapi, ada tipsnya lo, yaitu memanfaatkan sinonim (sesungguhnya, itu tips kedua setelah rajin membaca buku). Selain membuat tulisan bervariasi, makna yang ingin kita sampaikan akan tetap sama. ๐ Sinonim ini fungsinya juga untuk menghindari pengulangan kata di satu dan/atau dua kalimat berdekatan.
“Hehe” dalam Narasi Fiksi
Lucu sih, tapi akan tampak janggal jika terselip di dalam narasi atau deskripsi cerita pendek dan novel. ๐ Dosenku memberi tips ini karena melihat ada cerita milik seorang mahasiswa yang terselip kata “hehe” di narasi cerpennya. Terlebih, “hehe” ini cenderung bahasa lisan daripada tulisan.
Pemakaian Kata yang Konsisten
Kalau kita memulai dengan menulis saya, tiba-tiba paragrafnya menulis gue, pasti orang yang membacanya akan menaikkan sebelah alis mata. Alias bingung. Tidak ambigu memang, tetapi akan kurang cantik dan seimbang ketika dibaca. Nada dan kesan yang didapat juga bisa berubah. Coba, deh!
Kamu Memang Pintar, Tapi Jangan Terlalu Melantur
Tips dosenku yang lainnya adalah, saat menulis, fokuslah ke tema utama. Kita memang memiliki wawasan yang kaya, tetapi tetap harus fokus saat menulis. Jangan lantas ditampakkan semua. Sedang bercerita tentang radio, tiba-tiba melantur ke kisah seekor lumba-lumba yang mengarungi samudra. Masih nyambung, memang, khususnya jika sedang membahas ‘gelombang’, tetapi tidak fokus. Hal ini berlaku dalam menulis fiksi dan nonfiksi.
Tapi ada kalanya melanturnya justru disengajakan. Biasanya jadi humor gitu, hahaha. Tetap sih, jangan kejauhan melanturnya, hehe.
Minimalisir Pengulangan
Masih berhubungan dengan pengulangan kata, tetapi dalam konteks berbeda. Misalnya ada dua kalimat:
Ayahku adalah seorang guru. Ayahku mengajar di SD dekat rumah. Ayahku merupakan guru teladan.
Kata ayahku itu sebaiknya ditulis satu saja, yaitu di kalimat pertama. Sisanya tidak perlu, atau diganti kata lain, seperti dia atau ia. Hal itu sudah menjelaskan bahwa kita masih membicarakan orang yang sama.
Hati-hati dengan Kontradiksi
Mulut mereka manis, tetapi busuk.
Dua kata sifat itu sangat bertentangan, akan membuat kalimat kita cukup ambigu. Butuh penjelasan lagi. Baiknya dihindari, tapi kalau mau dicoba ya … tidak mengapa. Mungkin butuh penjelasan tambahan agar pembaca paham. ๐ค
Hindari yang Klise
“Bulan berganti bulan.”
“Kriiing! Jam bekerku berbunyi nyaring.”
Contoh yang nomor dua sering disinggung editor novel sebagai sesuatu yang sebaiknya dihindari. Bahkan ada yang bilang naskah kring-kring itu otomatis ditolak sejak mereka membaca kalimat pertamanya.
Antara Wanita, Gadis, dan Perempuan
“Wanita belum tua, tapi bukan anak-anak. Perempuan adalah sebutan paling umum. Gadis tidak sama dengan anak kecil,” begitu kata dosenku.
Penggunaan Tulisan Miring
Digunakan untuk nama majalah, koran, dan judul buku. Selain itu, selain bahasa Indonesia juga dimiringkan. Penegasan kata pun dimiringkan.
Unduh Aplikasi KBBI di Ponsel
Ini tips dari dosenku yang sangat-sangat kudukung! Bisa dibilang, KBBI adalah kawan menulisku. Kadang saat aku sedang menulis dan berpikir, “Kata ini ada di KBBI nggak, ya?” atau, “kata ini kalau di KBBI ditulisnya gimana, ya?” pasti aku langsung membuka KBBI di ponsel. Sangat membantu.
Hati-hati dengan Metafora Waktu
Ketika sedang bercerita secara riil (kisah nyata, misalnya), terkadang kita menulis dua tahun yang lalu atau lima hari yang lalu. Tips dosenku, perihal waktu ini lebih baik tuliskan waktu konkritnya. Dua tahun yang lalu itu tahun berapa? Supaya orang tidak salah berspekulasi. Ketika dibaca di tahun 2019 dan 2025, dua tahun yang lalu itu ambigu. Kalau ditulis secara jelas, yaitu tahun 2017, dibaca kapan pun akan bermakna tahun 2017.
Hindari Penjelasan Berlebih
Telingaku mendengar suara gemericik.
Telinga kita pasti mendengar, bukan melihat. Bisa diubah menjadi aku mendengar suara gemericik atau telingaku menangkap suara gemericik. Itu hanya contoh, silakan berkreasi!
Kecenderungan Kalimat Panjang
Kalimat panjang cenderung salah, soalnya bikin bingung. Cenderung, ya. Dosenku memberi solusi, jika ada kalimat panjang, setelahnya dilanjut kalimat pendek. Atau Kalimat panjang itu dibagi menjadi beberapa kalimat. Namun, kadang aku justru melihat penulis besar yang sengaja membuat kalimat panjang sekali. Sekalipun dia penulis terkenal, kalimat panjang akan tetap terlihat bertele-tele. Walaupun memang disengaja sih. Bagaimana menurut kalian? ๐ค
Gunakan Variasi Kata
Usahakan untuk menggukana kata yang bervariasi dalam satu kalimat. Hindari pengulangan kata yang sama dalam sebuah kalimat. Contoh pengulangan kata dalam satu kalimat: apa kalian percaya pada cinta pada pandangan pertama?
Alinea Gajah
Paragraf pun bisa menjadi gajah lo, yaitu ketika satu halaman isinya satu paragraf. Alinea yang baik adalah 5-6 kalimat. Namun, lagi-lagi aku menemukan penulis besar yang sengaja berpanjang-panjang kalimat, atau malah paragrafnya singkat sekali. Sepertinya ini kasus khusus, ya. Lebih kepada gaya menulis, mungkin? Walaupun begitu, aku pribadi tentu akan merasa jenuh ketika melihat alinea gajah. Bahkan mata keriting duluan. ๐
Judul yang Menarik
Ini agak berbanding terbalik dengan tips “judul bermetafora”. Bolehlah dijadikan alternatif untuk yang menyukai kesederhanaan (apa sih, hahaha). Judul yang sederhana itu sangat tidak apa-apa. Tidak ada yang mengharuskan judulmu bombastis, apalagi clickbait seperti kebanyakan berita Indonesia. Misal, judulnya adalah Februari, Kecoa, dan Merdeka. Simpel, tetapi tidak bisa ditebak. Menimbulkan rasa penasaran.
Baca Ulang dan Koreksi
Menurutku pribadi, ini hal yang tidak bisa ditawar di dunia tulis-menulis. Semua tulisan butuh koreksi, siapa tahu ada kekhilafan yang tak terlihat. Ikatan Kata pun mengingatkan hal ini, ‘kan?
โJangan terburu-buru untuk menerbitkan posmu, Kawan. Baca 2 kali, cari mana yang salah tulis, sunting dan terbitkan.โ
Begitulah! Sudah bukan ‘sedikit’ sih ya ini, hehe.
Tips-tips di atas ini tentu butuh pembelajaran dan pembiasaan. Tidak sulapan, simsalabim, langsung bisa. Jadi, mari belajar dan berbagi tips! Sebenarnya masih ada lagi sih. Nanti kalau tidak malas (dan lupa), akan kulanjutkan di blogku. ๐
.
๐พ Depok
Lengkap! Terima kasih telah membagi ilmunya, Rifi
Ini adalah salah hal yang kuharapkan, yaitu setiap Pengikat Kata bisa mrmbagikan ilmunya. KETIK11 ini merupakan salah satu wadah untuk menuangkannya.
Semua penjelasan dari dosenmu itu logis dan mudah dipahami. Tugas selanjutnya adalah bagaimana kita bisa menerapkannya saat menulis.
๐
LikeLiked by 2 people
Senang bisa berbagi. ๐
Terima kasih juga sudah menyengajakan membuat wadahnya, Mas Fahmi. Berbagi info kayak begini sebenarnya udah kupikirkan sejak lama, tapi ya biasalah. Suka nggak jalan kalau nggak “dipaksa”, hahaha.
LikeLike
Kamu mah mesti dipaksa dulu biar mau
Haaha..
LikeLike
Kalau dipaksa baru terasa kewajibannya memang, hahaha. ๐
LikeLike
Haha
LikeLike
Aku setuju dengan kalimat panjang dan alinea gajah. Tapi belakangan aku nemu model menulis yang keranjingan dengan kalimat super panjang dan super gajah. Menurutku tetep asik juga. Bahkan terlihat sangat angkuh dan aku cumba bisa bilang, “Ini gila!” keren lah. Gak ada masalah soal itu. Pintar-pintar aja merangkai kalimatnya. Kalau berhasil akan menimbulkan kesan magic.
LikeLiked by 2 people
Setuju sama Mas Andy. Eh, aku lupa menambahkan juga di tulisan kalau ada kalanya kalimat panjang dan alinea gajah bisa jadi menarik. Contohnya ya Pak Cik favorit Mas Andy itu. ๐ Dia berhasil merangkai kalimat panjangnya, lalu simsalabim!
LikeLike
Terkait tentang poin meminimalisir pengulangan, saya punya sedikit tipsnya.
Salah satu hal penting dari menulis adalah membayangkan. Nah, ketika membayangkan seseorang atau sebuah benda, otomatis otak kita akan memutar ciri-ciri khusus dari objek bersangkutan. Nah, daripada menggunakan kata yang sama berulang kali, atau mungkin kita cukup bosan menggunakan kata ganti umum seperti ‘dia’ atau ‘ia’, kita bisa memanfaatkan ciri-ciri tersebut.
Misalnya begini:
“Ayahku adalah lelaki yang sangat baik. Ia memiliki kebiasaan memberikan cindera mata kepada siapa pun yang mengunjunginya. Lelaki yang usianya sudah menginjak enam dekade itu juga tidak jarang mengajak teman-temanku untuk makan bersama di rumah kami.”
Kita bisa memanfaatkan kata ‘lelaki yang … itu’ atau ‘si rambut menyala’, dan sebagainya untuk menggantikannya. Tentu saja ini juga bisa dimanfaatkan sebagai pengenalan karakter. Daripada dideskripsikan secara klasik seperti ‘Lelaki itu sudah tua’ ‘kan?
LikeLiked by 2 people
Yuhuuu… nice tips.
Ayo susul KETIK11 punya Rifi ini, Mira
LikeLiked by 1 person
Masih mandeg di KETIK8, Mas Fahmi. ๐
LikeLike
Tips yang keren, Mbak Mira! ๐ Aku sangat-sangat setuju. Nggak kepikiran juga karena dosen memang nggak menyarankan demikian (atau akunya aja yang lupa, hahaha). Terima kasih sudah membagikan tipsnyaaa. Bisa diangkat lagi di tulisan Mbak tuh, di KETIK11-nya nanti. โจ
LikeLiked by 1 person
Itu tipsnya juga aku dapat dari baca-baca fanfict. Dulu aku selalu kagum sama cara menulis beberapa para penulis fanfict yang seakan ‘mematahkan’ apa yang selama itu aku pahami. Akhirnya aku mulai belajar, oh ternyata begini juga bagus, begitu juga bagus.
LikeLiked by 1 person
Aku juga belajar dari fanfik, Mbak. Banyak penulis fanfik yang skill-nya nggak kalah sama penulis novel, bahkan lebih. ๐
LikeLike
Yey, enggak nyangka ketemu temen seperkakian(?) di sini.
Bener. Enggak banyak penulis novel Indonesia yang bisa membuatku jatuh-cinta sama gaya bahasa mereka dari tiga paragraf awal. Sejauh ini cuma Dee Lestari, Pramoedya, sama Ayu Utami doang. Tapi ada banyak penulis fanfic yang membuatku jatuh cinta bahkan ketika aku baru mulai baca. ๐
LikeLiked by 1 person
Aku juga nggak nyangka. XD Biasanya baca fanfik fandom apa, Mbak? Siapa aja penulis fanfic yang mencuri hati?
LikeLike
Fanfict itu fantasy and fiction?
LikeLike
Bukan, Mas. Fan fiction alias fiksi penggemar. ๐ Sederhananya, fiksi yang dibuat oleh penggemar yang memakai karakter dengan/tanpa setting tempat asli sebuah karya, misalnya film, kartun, novel, komik, dsb.
LikeLiked by 1 person
Ohh i see.
Makasih ilmunya, Rifi
LikeLike
๐๐
LikeLike
Kalau lewat FFN aku baca Naruto, KnB sama SnK. Tapi aku juga suka penulis FFN Kpop yang namanya Nurama Nurmala. Ada karyanya yang berjudul The Prize Must Be Mine sama Internet University, yang dulu kuikutin tapi enggak dilanjut lagi. :”
Terus, aku juga suka Avamura, sama satu lagi aku lupa namanya (sudah kucari lagi tapi kayaknya sudah hapus akun atau gimana, entahlah). Dia pernah bikin FF Oneshoot KnB yang sampai sekarang enggak bisa kulupain.
Nah, kalau yang di FB, aku suka baca FF FT Island (band Korea), punyanya Jung Ok Ja sama Choi Sena.
Kalau yang sekarang, aku cuma suka baca di wattpad, paling NCT sama EXO. Tapi yang tokohnya cuma pakai visual mereka. Nama penulisnya Renita Nozaria.
LikeLiked by 1 person
Aduh, salah thread lagi. /malu/
LikeLike
Hahaha, selow aja, Mbak. Kalau aku bacaannya nomaden banget. Hari ini Naruto, besok SnK, lusa Joker Game, tulat Harvest Moon, tau-tau tubin bacanya fanfict dari novelnya teman. ๐
Nanti aku kepoin judul-judul dan penname yang Mbak sebutin, ah. :3
LikeLike
Di mana bisa aku temukan bacaan itu? Ada link gak?
LikeLike
Bisa di fanfiction.net, archiveofourown.org, atau aplikasi wattpad (kategori fanfiction), Mas Fahmi. ๐
LikeLike
Mantap
LikeLike
Nah, udah dijawab sama Rifi. Saya bacanya di fanfiction.net sih atau di facebook sih, dulu. Tapi sekarang udah banyak bertebaran di storial, cabaca, bahkan wattpad.
LikeLiked by 1 person
Wah, ini tulisan keren kali!
Terima kasih sudah berbagi ilmu yang sangat-sangat bermanfaat seperti ini. Berkah banget!
LikeLiked by 1 person
Senang bisa berbagii. Semoga bermanfaat. ๐ค
LikeLiked by 1 person
menulis tanpa takut salah aku mengistilahkan ketika menulis jangan tengok kiri tengok luruslah tetap pada tulisan biarkan imajinasi terus menuntunmu, sampai berhenti sendiri
LikeLiked by 1 person
Wah, aku suka istilahnya, keren dan dalam. ๐
LikeLiked by 1 person
istilah yang saya gunakan untuk memotivasi anak-anak agar rajin menulis
LikeLike