
Jika diangkat sebagai novel, cerpen, dan puisi kisah ayah memang sangat melankolis. Kisah ayah akan mengingatkan kita pada kerja keras, keikhlasan, dan perjuangan. Ayah adalah satu cinta tanpa batas. Kasihnya akan abadi tak lekang oleh waktu tak lapuk oleh keadaan. Menamatkan novel ini membuat perasaanku teraduk-aduk membaca kisah dalam novel ayah.
Satu subbagian yang aku pilih dari sekian banyak subbagian yang membuat aku susah memilih adalah bahasa Indonesia. Gaya bahasa penulis yang terkesan humor dan tidak membosankan. Mampu menyampaikan pesan dalam cerita. Bisa aku bilang kocak, tapi maknanya dapat dan pas.
Salah satu bidang ilmu yang sering disinggung dalam novel ini adalah bahasa Indonesia, misalnya juga Sabari yang suka puisi, bapaknya Sabari juga suka puisi, kemudain Zarro juga ternyata suka puisi.
Aku ceritakan sedikit tentang subbagian ini. Saat itu, Tamat menunjuk Ukun untuk menjadi juru bicara saat perjalan mereka mencari Lena dan Zorro. Karena merasa tidak becus berbahasa Indonesia maka dia menemui Ibu Norma guru bahasa Indonesianya sewaktu SMA dan sekaligus wali kelasnya, diberi sedikit petuah tentang bahasa Indonesia, kemudian mereka diberikan Kamus Umum Bahasa Indonesia, dibawanya saat mencari Lena dan Zorro, saat itu pula Ukun belajar berbahasa Indonesia yang baik.
Subbagian yang berjudul bahasa Indonesia ini mengingatkan betapa bahasa Indonesia penting untuk dipelajari dengan baik dan benar, agar tak menyinggung beberapa pihak ketika berada di daerah lain. Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara yang luas dengan beragam bahasa daerah, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka semua akan mudah ketika berada di daerah lain.
Begitulah yang dirasakan Ukun dan Tamat kawan Sabari yang membantunya untuk mencari Marlena dan Zorro. Aku tidak menyangka hanya dengan berbahasa nan sopan Ukun dan Tamat dapat membuka pintu rumah Jonpijareli dengan mudah, hal yang tak berhasil dilakukan orang-orang lain sebelumnya. Di sini sangat terlihat kebaikan kecil yang dapat mengubah JonPijareli lewat cara berbahasa Ukun, Satu karakter yang patut dijadikan contoh dari penulis.
Di novel ini orang terpesona dengan cara bicara bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal kalo di dunia nyata malah di olok lho he he he
Aku punya tetangga yang anaknya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Alih-alih dipuji malah rasanya koq aneh ya he he he
LikeLike
Tapi kok maknanya bisa dapat yah seolah-olah saya terpesona dan terdorong untuk seperti Ukun dan Tamat agar bisa berbahasa Indonesia baik dan benar😁
LikeLiked by 1 person
Maknanya memang dapat sih…
Tapi itu, kebiasaan orang kita yang suka aneh melihat yang benar he hehehe
LikeLike
Nice! Berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Itu adalah salah satu pesan moral dari Andrea Hirata untuk para pembaca.
Tentu tidak harus selalu berkata baku dan kaku dalam obrolan sehari-hari. Tapi keahlian berbahasa Indonesia sewaktu-waktu dapat sangat membantu semisal pada kasus Ukun.
Sedikit koreksi :
1. berada di derah lain (daerah)
2. Seperi yang kita ketahui (Seperti)
3. Begitulah yang di rasakan (dirasakan)
LikeLike
Terima kasih koreksinya 😁
LikeLike
sip!
LikeLike