
Menuju Temu
Puan, badai telah berlalu
Dan aku sudah sampai di persimpangan itu
Menunggumu menitih jalanmu
Menunjukkan arah itu
Sebuah arah menuju temu
Sidoarjo, 21 Desember 2019
***
Puan, Dimana?
Puan, dimana?
Mengapa lama sekali?
Ada apa denganmu?
Dan jalanan tetap basah oleh air mata
Yang semakin jelas karena disinari temaramnya lampu
Dengan dinginnya yang membuat suasana semakin sendu
Puan, kenapa?
Puan, ada dimana?
Aku masih disini, di pertigaan itu
Berusaha menterjemahkan semua pertanyaan,
Sebuah tanya yang semua itu tentangmu
Sidoarjo, 21 Desember 2019
***
Sebuah Rindu
Puan aku masih menunggu
Disini, di pertigaan itu
Pada sebuah bangku
Berteman hawa dingin
Merangkap sunyi
Dan angin malam membawaku pada imaji besar
Sebuah ingatan tentang kau dan aku
Tentang kita yang pernah tertawa
Tentang kita yang pernah dirunding duka
Puan, aku melihatnya
Aku melihat kenangan itu
Dan jika kau sudi mendengarkanku, aku ingin berkata,
Aku rindu.
Sidoarjo, 21 Desember 2019
***
Khayal
Puan, ini masih soal penantian
Di pertigaan itu
Dalam petang yang semakin larut
Lantas bersiap digantikan oleh pagi
Dan kau tak kunjung datang
Disini, menemuiku
Bercerita soal kehidupan yang begitu lucu
Sambil duduk dan mengayun kaki denganku
Atau langsung bergegas menunjukkan sebuah arah
Oh puan, maaf aku berkhayal
Tapi dengan begini,
Aku tenang.
Sidoarjo, 21 Desember 2019
***
Puan, Sampai Kapan?
Puan, mau sampai kapan?
Mau sampai kapan kau buat aku menunggu?
Aku lelah untuk tersesat
Aku lelah untuk mencari
Aku lelah untuk memulai
Semakin kurus badanku
Semakin keriput wajahku
Semakin gelap katup mataku
Puan, sampai kapan?
Oh puan tolonglah
Hari sudah mulai pagi
Tolong kabarkan sesuatu meski hanya lewat angin
Lalu biarlah aku yang menterjemahkannya
Sidoarjo, 21 Desember 2019
*PENULIS adalah Faris Fauzan Abdi. Anggota komunitas blogger Ikatan Kata. Kunjungi situs pribadinya melalui https://farisfauzan.com
*** Untuk Tuan ***
Tuan, badai memang telah berlalu
Namun tsunami datang tergesa-gesa menyapu
Hilanglah semua arah itu
Menguaplah rencana untuk bertemu
Puan bilang ia sedang menimbang-nimbang
Apakah mau bertemu Tuan atau seseorang
Bukan hanya Tuan yang sedang bimbang
Hatinya labil, kadang surut kadang pasang
Obat rindu adalah bertemu
Jangan hanya menunggu di pertigaan itu
Bangkitlah dari bangku
Ayunkanlah kakimu
Puan bilang tak suka pria pengkhayal
Hanya berimajinasi tak gunakan akal
Bergegaslah melangkah dan jadikan sebuah awal
Jangan hanya diam, hei Pria Ikal!
Aku adalah angin yang membawa kabar
Untuk Faris yang hatinya berdebar-debar
Puan lebih suka Tuan yang aktif mengejar
Bukan hanya menunggu di sini dengan sabar
Bangun dan bergegaslah
Melangkahlah dengan gagah
Tepislah semua galau dan gundah
Melajulah dan bacakan basmalah
—-
Pada pos ‘Puan Puisi’ karyamu ini ada kata-kata yang mesti dikoreksi. Seperti kata ‘meniti’ bukan ‘menitih’, ‘di mana’ bukan ‘dimana’, ‘di sini’ bukan ‘disini’, dan ‘dirundung’ bukan ‘dirunding’.
LikeLike
Puisi dibalas puisi 😂 terimakasih mas buat koreksinya 😂
LikeLiked by 1 person
Dear Faris, jangan lupa untuk sisipkan MORE pada pos ini. Cek https://ikatankata.home.blog/2019/12/03/bmw-8-read-more/
LikeLike
Puisinya bagus mas! 👍
LikeLike
Bagus puisinya, Faris. Kalau gak salah “puan” itu sebuah panggilan yang sering dipakai untuk perempuan di kalangan raja-raja ya? Mungkin kalau sekarang lebih sebagai penghormatan untuk orang yang didambakan.
LikeLike
Puisinya menarik ini..
LikeLike